Nursultan Nazarbayev Melarang Kabinet Menggunakan Bahasa Rusia

Astana, IDN Times - Presiden Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev baru saja mengumumkan bahwa dirinya telah melarang penggunaan bahasa Rusia di kabinetnya pada hari Selasa (27/2/2018).
Alasan utama Narzarbayev menghentikan penggunaan bahasa Rusia di dalam jajaran kabinetnya, adalah untuk mempromosikan bahasa nasional Kazakh yang rata-rata penggunaanya jauh lebih rendah.
Walaupun begitu belum ada peraturan permanen yang mengatur warga negara ataupun unsur pemerintahan lainnya, untuk menggantikan bahasa Rusia sebagai bahasa sehari-hari, seperti yang dilansir dari Reuters.
1. Hanya 69 persen warga negara Kazakhstan yang fasih berbahasa Kazakh, sedangkan 85 persen lainnya lebih menguasai bahasa Rusia
Hasil penilitian menunjukkan data, bahwa warga negara Kazakhstan masih lebih jauh menguasai bahasa Rusia baik secara tertulis maupun verbal. Setidaknya hanya 69 persen dari mereka yang fasih dalam bahasa Kazakh, dan 85 persen menguasai secara penuh bahasa Rusia.
Sampel ini diambil pada saat sensus bahasa yang dilakukan Pemerintah Kazakhstan pada tahun 2009. Semua ini disebabkan oleh pengaruh kependudukan Uni Soviet hingga keruntuhannya pada tahun 1991.
Pemerintah Kazakhstan mulai memerintah pada tahun 1991, telah membuat negaranya mulai bergerak menuju keterbukaan dan penguasaan ekonomi dunia, terutama dalam sektor minyak bumi.
Presiden Nursultan Nazarbayev yang masih berkuasa sejak tahun 1989 terus mengupayakan segala cara agar warga Kazakhstan dapat kembali menguasai secara penuh bahasa nasional mereka sendiri. Walaupun begitu banyak warga dan pejabat resmi yang masih memilih bahasa Rusia.
Ditambah lagi sebelumnya kabinet sering menggunakan sistem dwibahasa dalam setiap pertemuan menyebabkan keraguan untuk pindah ke bahasa Kazakh.
2. Tuntutan masyarakat yang meminta nasionalisasi segala hal yang telah diadaptasi dari kebudayaan Rusia
Presiden Nursultan Nazarbayev sudah lama menyetujui bahwa bahasa utama yang ada di Kazakhstan adalah bahasa Kazakh. Sedangkan bahasa Rusia menjadi bahasa kedua yang dapat digunakan.
Tapi karena pengaruh Uni Soviet yang telah mengindoktrinasi rakyat Kazakh dalam penggunaan bahasa Rusia, hal ini terus terbawa hingga sekarang.
Ketika masih di bawah pengaruh Uni Soviet, secara garis besar etnis Rusia jauh lebih banyak dari pada etnis Kazakh di Kazakhstan. Hal ini pula yang ikut memicu penggunaan bahasa Rusia yang cukup kuat.
Tetapi ketika Soviet runtuh, etnis Rusia mulai berkurang secara drastis dan orang-orang Kazakh mulai menggantikan peran dominasi di negara mereka sendiri.
Semenjak kejatuhan Soviet hingga sekarang, publik meminta Pemerintah terutama Presiden mereka Nursultan Nazarbayev, untuk lebih mempromosikan bahasa Kazakh. Nazarbayev sendiri sudah menggunakan banyak cara agar bahasa Kazakh mereka, yaitu bahasa Turkic, dapat bersaing dan menjadi bahasa nasional sepenuhnya.
Ia juga sudah menyampaikan akan segera melakukan nasionalisasi buku tulis yang menggunakan alfabet Cyrillic yang diadaptasi dari Rusia, diubah menjadi huruf latin Kazakh. Ditambah lagi, para menteri yang tergabung dalam kabinetnya sudah diwajibkan menggunakan bahasa Kazakh dalam setiap pertemuan.
Sedangkan bagi menteri atau pejabat kementerian yang belum dapat menguasai bahasa Kazakh dengan baik, akan mendapat penerjemahan khusus. Mereka diharapkan segera menguasai bahasa Kazakh. Sehingga kabinet Presiden dapat 100 persen bebas dari bahasa asing.
3. Negara pecahan Soviet yang mencoba untuk de-Rusifikasi
Ketika Uni Soviet runtuh pada 26 Desember 1991, seluruh republik yang pernah tergabung dalam kesatuannya mulai memisahkan diri dan membentuk negara baru. 15 negara baru terbentuk dengan keunikan dan tujuan mereka sendiri-sendiri.
Meskipun sudah merdeka, mereka masih memiliki banyak masalah yang harus dihadapi seperti pengaruh budaya Rusia yang terlalu kental. Memang telah terbukti bahwa pada era Soviet, negara-negara ini terpaksa mengesampingkan kebudayaan lokal, dan lebih wajib menguasai kebudayaan Rusia.
Sekarang mereka mencoba untuk melakukan "de-Rusifikasi" atau upaya pemisahan, atau upaya penghapusan beberapa budaya Rusia yang dianggap dapat merusak aspek nasionalitas. Seperti penggunaan bahasa, tulisan, dan sistem apapun yang sudah tertanam baik sebelumnya oleh pihak Soviet.
Dilansir dari Euronews.com, khusus untuk Kazakhstan mereka akan melakukan de-Rusifikasi secara bertahap, dan tetap memastikan hubungan bersama Federasi Rusia tetap kuat tanpa harus menimbulkan kecurigaan satu dengan lainnya.