Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bendera Tanzania
ilustrasi bendera Tanzania (pixabay.com/David_Peterson)

Intinya sih...

  • 350 kematian terjadi di Dar es Salaam dan lebih dari 200 kematian tercatat di Mwanza.

  • Angka-angka ini, ditambah dengan korban dari wilayah lain di seluruh negara, menghasilkan total keseluruhan sekitar 700 orang.

  • Pemerintah bantah angka korban tewas capai 700 orang

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times- Partai oposisi Tanzania, Chadema, mengklaim sekitar 700 orang telah tewas dalam kekerasan terkait protes pemilu yang terjadi sejak pemungutan suara hari Rabu (29/10/2025). Klaim mengejutkan ini muncul di tengah meluasnya protes dan kerusuhan di jalanan kota-kota utama Tanzania.

Namun, klaim tersebut sangat kontras dengan laporan PBB yang mencatat angka korban jauh lebih rendah. Kantor Hak Asasi Manusia PBB menyatakan bahwa mereka hanya memiliki laporan kredibel tentang setidaknya 10 pengunjuk rasa yang terbunuh akibat penggunaan senjata api oleh pasukan keamanan.

1. Rincian klaim 700 kematian dan hambatan verifikasi di lapangan

Juru bicara Chadema, John Kitoka, merinci bahwa sekitar 350 kematian terjadi di Dar es Salaam dan lebih dari 200 kematian tercatat di Mwanza. Angka-angka ini, ditambah dengan korban dari wilayah lain di seluruh negara, menghasilkan total keseluruhan sekitar 700 orang.

Kitoka memperingatkan bahwa jumlah korban tewas yang sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi. Oposisi khawatir pembunuhan dapat terjadi selama pemberlakuan jam malam yang diterapkan pemerintah. Data ini disebut dikumpulkan dengan meninjau sejumlah rumah sakit di seluruh negeri.

Di sisi lain, Amnesty International melaporkan telah menerima informasi setidaknya 100 orang yang terbunuh. Sementara, sumber keamanan dan diplomatik di Dar es Salaam melaporkan bahwa korban tewas berada dalam rentang 700 hingga 800 di seluruh negeri, dilansir France24.

Media dilaporkan kesulitan memverifikasi angka ini karena pemadaman internet yang telah memasuki hari ketiga sejak pemilu. Selain itu, banyak rumah sakit dan klinik kesehatan menolak berbicara langsung kepada wartawan karena takut memberikan informasi tentang korban.

2. Pemerintah bantah angka korban tewas capai 700 orang

Pemerintah Tanzania membantah menggunakan kekuatan berlebihan terhadap para demonstran yang turun ke jalan. Menteri Luar Negeri Tanzania, Mahmoud Thabit Kombo, menyatakan bahwa pemerintah tidak memiliki angka resmi mengenai jumlah pengunjuk rasa yang tewas dalam kerusuhan tersebut.

Kombo mengklaim kekerasan yang terjadi hanyalah insiden-insiden terisolasi yang melibatkan vandalisme terhadap properti pemerintah.

“Saya belum melihat angka 700 ini di mana pun. Belum ada angka resmi sampai sekarang mengenai pengunjuk rasa yang terbunuh,” ungkap Kombo, dilansir Al Jazeera.

Sementara itu, PBB mendesak pasukan keamanan untuk menghentikan penggunaan kekuatan yang berlebihan atau tidak proporsional, termasuk senjata mematikan, terhadap pengunjuk rasa. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga menyerukan diadakannya penyelidikan terhadap berbagai tuduhan kekerasan yang menyasar pengunjuk rasa.

3. Pemilu Tanzania diwarnai boikot dan intimidasi

Kekerasan ini meletus setelah pemilihan umum yang kacau, di mana Presiden Samia Suluhu Hassan mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua tanpa lawan. Hassan diduga berupaya mengamankan posisi dan membungkam para kritikus.

Chadema memboikot pemilu setelah pemimpin mereka, Tundu Lissu, dipenjara dan didakwa atas tuduhan pengkhianatan. Pesaing oposisi lainnya, Luhaga Mpina dari ACT-Wazalendo, juga didiskualifikasi oleh Komisi Pemilihan Tanzania.

Para kritikus dan kelompok hak asasi manusia mengecam peningkatan penculikan dan intimidasi terhadap tokoh oposisi menjelang pemilu. Pembungkaman ini memicu kemarahan publik, yang kemudian turun ke jalan, merobek-robek poster Hassan dan menyerang kantor polisi serta tempat pemungutan suara.

Konflik juga meluas ke Zanzibar, wilayah semi-otonom, di mana partai berkuasa (CCM) dinyatakan menang dalam pemilu lokal, tetapi oposisi ACT-Wazalendo menolak hasilnya. Oposisi mengklaim terjadi kecurangan besar-besaran, termasuk penemuan kotak suara yang diisi serta pengusiran pengamat pemilu.

“Mereka telah merampok suara rakyat Zanzibar. Satu-satunya solusi untuk memberikan keadilan adalah melalui pemilihan ulang,” kata oposisi ACT-Wazalendo, dilansir CBS News.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team