Parah! Menteri Israel Serukan Bulan Ramadan Harus 'Dihapus'

05 Mar 2024, 13:21 WIB

Puluhan ribu rumah dan infrastruktur hancur sejak serangan brutal Israel yang membombardir wilayah Palestina pada 7 Oktober 2023. (twitter.com/UNRWA)

Jakarta, IDN Times – Di tengah-tengah konflik Palestina-Israel yang masih belum menunjukkan tanda-tanda berakhir, Menteri Warisan Israel, Amichai Eliyahu, menyerukan 'penghapusan' Ramadan. Dia juga mengimbau untuk mengabaikan ketegangan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur selama bulan suci itu.

“Apa yang disebut sebagai bulan Ramadan harus dihilangkan, dan ketakutan kita terhadap bulan ini juga harus dihilangkan,” kata dia kepada Radio Angkatan Darat, dikutip dari Anadolu Agency pada Selasa (5/3/2024).

Politikus ekstremis yang tergolong sayap kanan ini adalah menteri dari partai Otzma Yehudit yang dipimpin oleh Menteri Keamanan nasional, Itamar Ben Gvir. Pada November lalu, Amichai pun mengatakan bahwa menjatuhkan bom nuklir di kawasan Gaza adalah sebuah opsi.

1. Pemerintahan Tel Aviv ingin memberlakukan pembatasan di Masjid Al-Aqsa

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri). (twitter.com/netanyahu)

Dilansir Anadolu Agency, kebocoran dari keamanan Israel menunjukkan kekhawatiran akan memburuknya situasi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, terutama pada bulan suci Ramadan, sebagai dampak dari perang antara Israel dan Gaza dan pembatasan yang ingin diberlakukan oleh pemerintahan Tel Aviv di Masjid Al-Aqsa.

Media Israel mengatakan bahwa pemerintah Amerika Serikat (AS) memberikan tekanan terhadap Tel Aviv untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas terkait pertukaran sandera serta gencatan senjata di Gaza sebelum memasuki bulan suci Ramadan, yang akan mulai sekitar lima hari lagi.

Sementara pada Kamis (29/2/2024), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan, “Terlalu dini untuk mengatakan Tel Aviv telah mencapai kesepakatan mengenai pertukaran sandera dengan Hamas.”

2. Israel akan menghentikan serangan jika kesepakatan pelepasan sandera dicapai

Kompas

Pembicaraan terkait kesepakatan pembebasan sandera terus berlangsung hingga sekarang. AS, Qatar, dan Mesir juga berperan dalam memediasi upaya tersebut.

Pada Senin (26/2/2024), Presiden AS Joe Biden menyampaikan bahwa Israel akan menghentikan perang dengan Gaza pada bulan suci Ramadan jika sebuah kesepakatan tercapai.

Sementara itu, Hamas diketahui telah menyandera lebih dari 130 negara Israel. Mereka kini masih menuntut diakhirinya serangan Israel di Gaza sebagai imbalan atas kesepakatan pelepasan sandera.

Kesepakatan terakhir yang terjadi pada November 2023 berhasil membuat Hamas melepaskan 81 orang Israel dan 24 warga asing. Sedangkan Israel sendiri melepaskan 240 warga Palestina, termasuk 71 wanita dan 169 anak-anak.

3. Setidaknya 30 ribu warga Palestina tewas akibat serangan Israel

Seorang anak perempuan di Gaza sedang menyantap makanan di tenga krisis akibat konflik Israel dan Hamas. (twitter.com/@WFP)

Operasi militer Israel di Jalur Gaza telah berlangsung sejak serangan Hamas yang terjadi pada 7 Oktober 2023. Serangan Hamas dilaporkan menghilangkan nyawa kurang dari 1.200 orang. Sementara itu, setidaknya 30 ribu warga Palestina telah tewas dan 70 ribu lainnya terluka di tengah kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.

Israel juga telah memberlakukan blokade di Jalur Gaza, membuat sebagian besar dari populasinya, terutama mereka yang tinggal di Gaza Utara, berada di ambang kelaparan.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), perang ini juga menyebabkan 85 persen dari penduduk Gaza mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur.

Israel telah dituduh melakukan genosida oleh Mahkamah Internasional. Pada Januari 2024, keputusan sementara memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida ini dan menjamin bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga di Gaza.