Istana Presiden Estonia di Tallin. twitter.com/KerstiKaljulaid/
Pengunduran diri PM Juri Ratas menjadi akhir dari koalisi paling kontroversial sejak negara Baltik tersebut merdeka dari Uni Soviet di tahun 1991. Sebelumnya Ratas sempat kalah dalam pemilihan umum namun partainya membentuk koalisi bersama partai Fatherland dan partai sayap kanan anti Uni Eropa, EKRE, dikutip dari The Guardian.
Salah satu partai anggota koalisi bernama Ekre telah memberikan berbagai ucapan kontroversial yang berlawan dengan pandangan Uni Eropa pada umumnya. Pemimpin partai tersebut memberikan kritik terhadap kelompok LGBT, imigran hingga PM Finlandia, Pemerintah Lithuania dan Presiden AS terpilih Joe Biden, dilansir dari Financial Times.
Di sisi lain, pemimpin Partai Reformasi, Kaja Kallas mengungkapkan akan berusaha sebaik mungkin untuk membangun pemerintahan baru tanpa meremehkan keinginan dari partai koalisi yang berkuasa saat ini. Ia juga mengatakan, "Pemerintah saat ini telah jatuh, tapi sayangnya koalisinya masih ada"
Namun apabila keputusan antara partai anggota parlemen tidak dapat diputuskan dalam jangka waktu dua minggu, maka akan diusulkan pemilihan umum ulang. dikutip dari RT.