Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pasukan Ukraina beroperasi di wilayah timur Ukraina. (commons.wikimedia.org/Ministry of Defense of Ukraine (free to use))
Pasukan Ukraina beroperasi di wilayah timur Ukraina. (commons.wikimedia.org/Ministry of Defense of Ukraine (free to use))

Intinya sih...

  • Rusia siap mengampuni pasukan Ukraina di Kursk jika menyerah, sesuai seruan Trump
  • Ukraina membantah pasukannya terkepung, meski Zelenskyy akui situasi sulit
  • Upaya perundingan gencatan senjata 30 hari tengah digodok oleh AS dan Rusia
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Rusia menyatakan siap mengampuni pasukan Ukraina yang terkepung di wilayah Kursk jika mereka menyatakan menyerah, Jumat (14/3/2025). Kursk berhasil dikuasai oleh Rusia pada Selasa dan mendorong pasukan Kiev untuk mundur.

“Sehubungan dengan hal ini, saya ingin menekankan bahwa jika pasukan Ukraina meletakkan senjata dan menyerah, mereka akan dijamin kehidupan dan perlakuan yang layak sesuai dengan hukum internasional dan hukum Federasi Rusia,” kata Presiden Rusia Vladimir Putin, dilansir Al Jazeera.

Putin menambahkan bahwa langkah itu untuk mengabulkan seruan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Melalui media sosial pada Jumat, Trump meminta agar Putin mengampuni mereka.

"Saya telah meminta dengan sungguh-sungguh kepada Presiden Putin agar nyawa mereka diampuni. Ini akan menjadi pembantaian yang mengerikan, yang belum pernah terjadi sejak Perang Dunia II," kata Trump.

1. Ukraina bantah pasukannya terkepung

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. (commons.wikimedia.org/The Presidential Office of Ukraine, cc0)

Sementara itu, Ukraina membantah bahwa pasukannya terkepung di Kursk. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan pernyataan itu hanya rekayasa Rusia.

Meski begitu, Zelenskyy tak menampik bahwa pasukannya di Kursk berada di situasi yang sangat sulit.

Dilansir Times of India, komandan tertinggi Ukraina mengatakan bahwa mereka memiliki posisi pertahanan yang baik.

Penaklukkan Kursk pada Selasa merupakan kemajuan di sisi Rusia. Pernyataan Putin pada Jumat sekaligus mencerminkan tekanan militer Rusia terhadap Ukraina.

2. Putin sempat kunjungi Kursk setelah penaklukkan

Presiden Rusia, Vladimir Putin (twitter.com/President of Russia)

Tak lama setelah penaklukkan Kursk, Putin segera mengunjungi wilayah itu. Kunjungan itu merupakan yang pertama kali sejak terjadinya konflik.

Putin terlihat dalam tayangan televisi tengah memakai baju loreng Rusia. Ia berharap wilayah itu segera dibebaskan sepenuhnya.

"Saya berharap semua tugas tempur yang dihadapi unit kita akan terpenuhi, dan wilayah wilayah Kursk akan segera dibebaskan sepenuhnya dari musuh," katanya, dilansir The Moscow Times.

Penarikan pasukan Ukraina kemudian dilakukan tak lama setelah penaklukkan Rusia. Jenderal Oleksandr Syrsky mengataka pihaknya masih terus mempertahankan Kursk dari gempuran Rusia.

Ia mengatakan bahwa tindakannya untuk menarik pasukan adalah untuk meminimalkan kerugian. Ia juga akan melakukan manuver ke arah yang lebih menguntungkan.

3. Upaya perdamaian masih dalam proses

Ilustrasi pengunjuk rasa mengibarkan bendera Ukraina. (unsplash.com/Gayatri Malhotra)

Upaya perundingan gencatan senjata dua pihak kini tengah digodok oleh AS. Pada Kamis, utusan AS, Steve Witkoff, berbicara kepada Putin di Moskow terkait gencatan senjata 30 hari.

Ukraina telah menyatakan mendukung usulan tersebut. Sementara Rusia akan mempertimbangkan beberapa persyaratan terlebih dahulu.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa pihaknya khawatir Ukraina akan meningkatkan persenjataan selama gencatan senjata 30 hari.

Adapun Putin mengatakan bahwa Rusia lebih menginginkan gencatan senjata jangka panjang. Zelenskyy kemudian melihat gelagat Moskow ini sebagai upaya untuk mengulur-ulur waktu atau menolak perundingan secara halus.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team