Dilansir VOA News, Kagame dianggap berjasa membangun kembali negara yang hancur setelah genosida, ketika ekstremis etnis Hutu melancarkan 100 hari pertumpahan darah kejam yang menyasar minoritas Tutsi. Peristiwa genosida itu menewaskan sekitar 800 ribu orang, sebagian besar orang Tutsi dan juga orang Hutu moderat.
Dengan 65 persen penduduk berusia di bawah 30 tahun, ia adalah satu-satunya pemimpin yang pernah dikenal sebagian besar warga Rwanda.
"Saya dengan bangga memberikan suara saya untuk Presiden Kagame dan menjadikannya prioritas untuk berada di sini hari ini untuk menyaksikan pelantikan bersejarah ini," kata Tania Iriza, seorang pedagang berusia 27 tahun, salah satu dari puluhan ribu orang yang hadir dalam upacara tersebut.
"Kepemimpinannya telah mengubah negara kita. Di bawah kepemimpinannya, Rwanda telah bangkit dari masa lalu yang tragis dan menapaki jalan menuju kemakmuran, persatuan, dan inovasi."
Kagame telah memenangi setiap pemilihan presiden yang diikutinya, masing-masing dengan lebih dari 93 persen suara.
Pada tahun 2015, ia mengawasi amandemen konstitusional kontroversial yang memperpendek masa jabatan presiden dari tujuh tahun menjadi lima tahun, tapi mengatur ulang waktu bagi pemimpin Rwanda, yang memungkinkannya untuk memimpin hingga tahun 2034.