Pasu Fransiskus. (wikimedia.commons.org/Casa Rosada (Argentina Presidency of the Nation))
Reformasi yang dibahas mencakup cara memberikan peran yang lebih besar kepada perempuan di Gereja Katolik. Ini termasuk menahbiskan mereka sebagai diakon, dan pelibatan kaum awam yang lebih besar dalam tata kelola dan pengambilan keputusan.
Reformasi tersebut telah diperiksa melalui sebuah struktur yang disebut Sinode Uskup, yang telah menjadi sarana utama yang digunakan Paus untuk melaksanakan agenda pastoralnya selama masa kepausannya. Dalam beberapa tahun terakhir, ia berupaya melibatkan umat Katolik dari seluruh dunia dalam proses pembaruan.
Pada Oktober 2023 dan 2024, dua majelis Vatikan - yang untuk pertama kalinya mengikutsertakan anggota pemilih perempuan - masing-masing bertemu selama hampir satu bulan untuk berdiskusi dan berunding dengan dokumen akhir yang disetujui oleh Paus.
Dokumen tersebut tidak membahas masalah penahbisan diakon perempuan, yang menjalankan semua fungsi pendeta selain memimpin Misa dan mendengarkan pengakuan dosa. Dokumen tersebut juga menegaskan bahwa perempuan harus diberi semua kesempatan yang disediakan oleh hukum gereja untuk bertindak sebagai pemimpin.
Keputusan terbaru Fransiskus memperpanjang proses tersebut selama tiga tahun lagi dan akan berpuncak pada "majelis gerejawi" di Vatikan pada Oktober 2028. Tidak seperti sinode para uskup, ini akan menjadi pertemuan unik para uskup, pendeta, biarawan, biarawati, dan awam pria dan wanita.