Analisis menemukan bahwa hingga bulan lalu, lebih dari 80 persen dari total lahan pertanian Gaza telah rusak, yakni 12.537 hektar dari 15.053. Disebutkan, sebanyak 77,8 persen tidak dapat diakses oleh petani, sehingga hanya menyisakan 688 hektar atau 4,6 persen yang tersedia untuk bercocok tanam.
Penilaian tersebut juga mengatakan 71,2 persen rumah kaca di Gaza dan 82,8 persen sumur pertaniannya telah rusak.
"Tingkat kerusakan ini bukan hanya hilangnya infrastruktur. Ini adalah runtuhnya sistem pertanian dan pangan Gaza, serta jalur kehidupan. Apa yang dulunya menyediakan makanan, pendapatan, dan stabilitas bagi ratusan ribu orang kini hancur," kata Beth Bechdol, Wakil Direktur Jenderal FAO.
"Dengan hancurnya lahan pertanian, rumah kaca, dan sumur, maka produksi pangan lokal terhenti. Pembangunan kembali akan membutuhkan investasi besar-besaran dan komitmen berkelanjutan untuk memulihkan mata pencaharian dan harapan," sambungnya.
Temuan tersebut datang setelah dirilisnya analisis Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) pada awal bulan ini. IPC memperingatkan bahwa seluruh populasi Gaza yang berjumlah sekitar 2,1 juta orang, menghadapi risiko kelaparan akut setelah 19 bulan perang. Mereka juga harus menghadapi pengungsian massal dan pembatasan pada bantuan kemanusiaan.