Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dokter Gaza Kehilangan 9 Anaknya Akibat Serangan Udara Israel  

petugas Bulan Sabit Merah Palestina. (Basel Yazouri, CC BY 2.0 , via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Dokter anak Palestina kehilangan 9 dari 10 anaknya dalam serangan udara Israel di Gaza Selatan.
  • Suaminya yang pulang dari mengantarnya bekerja, rumah keluarganya dihantam serangan hanya beberapa menit setelahnya.
  • Israel memberlakukan blokade bantuan kemanusiaan sejak Maret, menyebabkan Gaza menghadapi krisis kemanusiaan parah.

Jakarta, IDN Times - Dokter anak Palestina Dr. Alaa al-Najjar kehilangan sembilan dari sepuluh anaknya dalam serangan udara Israel di Khan Younis, Gaza Selatan pada Jumat (23/5/2025). Dr. Alaa sedang bertugas merawat korban serangan di Rumah Sakit al-Tahrir ketika jenazah anak-anaknya yang terbakar parah dibawa ke rumah sakit tempat dia bekerja.

Serangan menghantam rumah keluarganya hanya beberapa menit setelah suaminya pulang dari mengantarnya bekerja. Sembilan anak yang tewas berusia antara enam bulan hingga 12 tahun, sementara satu anak selamat namun terluka.  Suaminya, Dr. Hamdi al-Najjar, kini dalam kondisi kritis di unit perawatan intensif. 

"Seorang ibu, dokter, dan wanita dengan kekuatan yang tak terbayangkan, dia (Dr. Alaa) harus mengidentifikasi jenazah anak-anaknya yang hangus di rumah sakit tempat dia bekerja. Ini adalah pembunuhan seluruh keluarga dan tindakan yang sangat brutal terhadap anak-anak, keluarga Palestina, dan kemanusiaan itu sendiri," kata koalisi Doctors Against Genocide, dilansir Maktoob.

1. Suami dan satu anaknya selamat dengan luka parah

Serangan udara Israel menghantam rumah keluarga al-Najjar di area Qizan al-Najjar pada Jumat sore (23/5/2025). Bangunan hancur total dan terbakar hebat sehingga mempersulit upaya penyelamatan tim Pertahanan Sipil Palestina.

Sembilan anak yang tewas adalah Yahya, Rakan, Ruslan, Jubran, Eve, Revan, Sayden, Luqman, dan Sidra. Tim penyelamat awalnya mengevakuasi tujuh jenazah, kemudian menemukan dua korban terakhir termasuk bayi berusia enam bulan yang terperangkap reruntuhan.

Satu anak bernama Adam berhasil selamat namun mengalami luka-luka. Dr. Hamdi yang juga mengalami luka parah kini dirawat di unit perawatan intensif Rumah Sakit Lapangan Yordania.

"Cukup! Kasihanilah kami! Kami memohon kepada semua negara, masyarakat internasional, rakyat, Hamas, dan semua kelompok untuk mengasihani kami. Kami lelah dengan pengungsian dan kelaparan, cukup!" kata Youssef al-Najjar, kerabat keluarga korban, dilansir BBC.

2. Dipandang sebagai dokter yang berdedikasi

Dr. Alaa dikenal sebagai dokter yang sangat berdedikasi melayani anak-anak Gaza. Dia kembali bekerja hanya enam bulan setelah melahirkan anak bungsunya karena kurangnya tenaga medis di Gaza.

"Saya melihat Dr. Alaa al-Najjar berdiri di depan ruang operasi menunggu kabar satu-satunya anaknya yang selamat. Dia adalah contoh luar biasa, seorang dokter yang rela meninggalkan anak-anaknya di rumah untuk merawat anak-anak lain di Rumah Sakit Nasser," kata Dr. Yousef Abu al-Rish, Wakil Menteri Kesehatan Palestina, dilansir Middle East Eye.

Sejak Oktober 2023, sedikitnya 1.400 petugas kesehatan tewas dalam serangan Israel, menurut Palang Merah Palestina. Selain itu, 111 pekerja pertahanan sipil juga menjadi korban. 

3. Ribuan anak Gaza jadi korban perang

Kementerian Kesehatan Gaza mencatat 53.822 warga Palestina tewas sejak Oktober 2023, termasuk 16.503 anak-anak dari berbagai kelompok usia. Korban anak terbanyak berasal dari kelompok usia 6-12 tahun dengan 6.101 jiwa.

Gaza menghadapi krisis kemanusiaan parah dengan 2,1 juta penduduk terancam kelaparan. Israel memberlakukan blokade bantuan kemanusiaan sejak Maret yang baru sebagian dicabut minggu ini.

PBB memperingatkan populasi Gaza berisiko mengalami kelaparan parah di tengah eskalasi kekerasan yang terus berlanjut. Serangan Israel pada Jumat (23/5/2025) menewaskan lebih dari 70 orang, sementara enam lainnya tewas pada Sabtu (24/5/2025).

"Ini kenyataan yang dihadapi staf medis kami di Gaza. Kata-kata tidak cukup menggambarkan rasa sakit ini. Di Gaza, bukan hanya petugas kesehatan yang jadi sasaran. Serangan Israel juga memusnahkan seluruh keluarga," kata Dr. Munir al-Bursh, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Palestina.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us