anak perempuan dan anak laki-laki (pixabay.com/Bessi)
Duta Besar Palestina untuk PBB, Mansour, sangat kecewa karena Israel tidak masuk dalam daftar hitam. Dia takut hal itu bisa membuat pasukan Israel semakin brutal terhadap anak-anak Palestina.
“Sekretaris Jenderal membuat kesalahan besar dengan tidak mencantumkan pemerintah Israel saat ini. Inilah pemerintahan yang paling ekstrem, sarat dengan unsur-unsur fasis. Jika mereka tidak mendaftarkan pemerintah ini (Israel) sekarang, kapan mereka akan mendaftarkan pemerintah Israel?” kata Mansour.
Laporan terbaru PBB secara keseluruhan memverifikasi bahwa 24.300 pelanggaran telah dilakukan terhadap anak-anak sepanjang 2022. Pelanggaran terbanyak terjadi di Republik Demokratik Kongo, Israel, Palestina, Somalia, Suriah, Ukraina, Afghanistan, dan Yaman.
"Sementara kelompok bersenjata non-pemerintah bertanggung jawab atas 50 persen dari pelanggaran berat, pasukan pemerintah adalah pelaku utama pembunuhan dan telah melukai anak-anak, serangan terhadap sekolah dan rumah sakit, dan penolakan akses kemanusiaan," kata Guterres.