Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret kendaraan lapis baja Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo. (pexels.com/Safi Erneste)
Potret kendaraan lapis baja Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo. (pexels.com/Safi Erneste)

Intinya sih...

  • AS menunggak pembayaran 1,5 miliar dolar AS dan berutang tambahan 1,3 miliar dolar AS kepada PBB.

  • Pemotongan pasukan penjaga perdamaian mencakup 9 misi aktif di seluruh dunia, mengancam keamanan warga sipil dan risiko konflik baru.

  • Anggaran pemeliharaan perdamaian hanya sebagian kecil dari pengeluaran militer global, namun merupakan alat efektif untuk perdamaian internasional.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - PBB akan memangkas pasukan penjaga perdamaian globalnya sekitar 25 persen. Badan tersebut berencana untuk memulangkan sekitar 13 ribu hingga 14 ribu personel militer dan polisi dari pasukan penjaga perdamaian yang berjumlah lebih dari 50 ribu orang yang saat ini dikerahkan.

Pengurangan ini merupakan bagian dari rencana untuk memotong sekitar 15 persen dari total anggaran penjaga perdamaian. Perombakan besar-besaran terjadi akibat kekurangan dana yang signifikan terkait dengan pemotongan bantuan Amerika Serikat (AS).

AS adalah penyumbang dana terbesar, dengan 26 persen dari total dana. Lalu, diikuti oleh China yang menyumbang hampir 24 persen. Pembayaran ini tidak bersifat sukarela, dilansir Reuters pada Kamis (9/10/2025).

1. Tekanan pendanaan AS di bawah kebijakan Trump

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. (x.com/WhiteHouse)

Seorang pejabat PBB mengatakan bahwa Washington telah menunggak 1,5 miliar dolar AS (sekitar Rp24,8 triliun) sebelum tahun fiskal baru dimulai pada 1 Juli. Negara tersebut juga berutang tambahan 1,3 miliar dolar AS (Rp21,5 triliun), sehingga total tagihannya menjadi lebih dari 2,8 miliar dolar AS (Rp46,4 triliun). Washington telah memberi tahu PBB bahwa mereka akan segera melakukan pembayaran sebesar 680 juta dolar AS (Rp11,2 triliun) untuk upaya pemeliharaan perdamaian tersebut.

Pejabat AS menyatakan pemotongan untuk menyelaraskan dengan visi 'America First'. Pihaknya mengklaim bahwa anggaran PBB membengkak dan berjanji untuk menilai kembali efektivitas setiap badan PBB.

Pada Agustus, pemerintahan Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada Kongres bahwa secara sepihak membatalkan dana pemeliharaan perdamaian sebesar 800 juta dolar AS (Rp13,2 triliun) yang dialokasikan untuk 2024 dan 2025.

2. Apa saja konsekuensi dari penarikan pasukan?

Potret pasukan penjaga perdamaian PBB di wilayah konflik. (x.com/UNPeacekeeping)

Pemangkasan tersebut mencakup 9 misi perdamaian yang aktif di seluruh dunia. PBB akan akan mengurangi kehadiran di zona konflik, seperti misi di Republik Demokratik Kongo, Lebanon, Kosovo, Siprus, Republik Afrika Tengah, Sudan Selatan, dan Sahara Barat.

Pejabat PBB dan organisasi hak asasi manusia telah memperingatkan bahwa pengurangan pasukan akan memiliki konsekuensi serius di lapangan. Pasukan penjaga perdamaian kerap kali menjalankan peran, seperti melindungi warga sipil, memantau gencatan senjata, dan memfasilitasi koridor kemanusiaan.

Pengurangan jumlah pasukan dapat meningkatkan risiko bagi populasi rentan. Selain itu, keputusan tersebut mengirimkan sinyal yang sangat buruk di wilayah yang bergejolak, seperti Sudan Selatan, di mana pasukan penjaga perdamaian memainkan peran penting dalam mencegah konflik baru.

3. Anggaran pengeluaran pasukan penjaga perdamaian hanya bagian kecil dari pengeluaran militer global

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres. (instagram.com/António Guterres)

Kendala anggaran lebih dari sekedar pemeliharaan perdamaian. PBB juga menghadapi tekanan keuangan yang lebih luas, seperti kemungkinan adanya pemutusan hubungan kerja, pengurangan program, dan pengurangan kegiatan non-inti.

"Anggaran pemeliharaan perdamaian hanyalah sebagian kecil dari pengeluaran militer global. Hal ini menjadikannya salah satu alat yang paling efektif dan hemat biaya untuk perdamaian dan keamanan internasional," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, dikutip dari AP News.

Operasi penjaga perdamaian PBB telah berkembang pesat. Pada akhir Perang Dingin di awal 1990-an, terdapat 11 ribu pasukan penjaga perdamaian PBB. Namun, jumlahnya meningkat menjadi 130 ribu pasukan dalam 16 operasi penjaga perdamaian pada 2014. Saat ini, sekitar 52 ribu laki-laki dan perempuan bertugas di 11 wilayah konflik di Afrika, Asia, Eropa, dan Timur Tengah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team