Lee berjanji untuk memperbaiki polarisasi ekonomi yang menurutnya merupakan sumber utama konflik sosial. Menurutnya, hal ini telah memperburuk kekacauan politik baru-baru ini setelah perintah darurat militer Yoon.
Ia juga akan mendorong investasi skala besar di tingkat pemerintah dalam pengembangan teknologi dan bakat untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi.
Kritikus konservatif telah memperingatkan kembalinya kekuasaan oleh oposisi dapat merusak aliansi dengan Amerika Serikat. Mereka juga mengatakan, hal tersebut bisa mengancam hubungan lebih baik dengan Jepang. Namun, Lee mengusulkan akan melakukan pendekatan pragmatis terhadap diplomasi.
"Secara realistis, aliansi Korea Selatan-AS penting, dan kerja sama Korea Selatan, AS-Jepang penting. Dalam hal itu, prinsip yang konsisten adalah kepentingan nasional Republik Korea adalah prioritas utama," kata Lee, dilansir dari Channel News Asia.
Pemimpin baru Korea Selatan kemungkinan akan menghadapi tugas berat untuk bernegosiasi dengan AS, sekutu keamanan utama negara itu. Terlebih mengenai tarif yang telah membayangi ekonomi yang bergantung pada ekspor.