Perang Dagang Tekan Korsel Pangkas Suku Bunga Lebih Cepat

- Kebijakan tarif AS tekan ekonomi Korsel, BOK siap pangkas suku bunga untuk hindari resesi.
- Tarif AS sebesar 25% hantam ekspor Korsel, pemerintah bergerak cepat cari strategi penyelamatan.
Jakarta, IDN Times - Perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) memberikan tekanan besar pada Korea Selatan (Korsel). Pada Rabu (9/4/2025), para ekonom memperingatkan Bank of Korea (BOK) mungkin harus mempercepat dan memperdalam pemangkasan suku bunga untuk mencegah ekonomi keempat terbesar di Asia ini jatuh ke jurang resesi.
Tarif sebesar 25 persen yang dikenakan AS terhadap ekspor Korsel menjadi pukulan telak, terutama karena negara ini bergantung pada perdagangan global. Dengan meningkatnya ketidakpastian pasar dan ancaman perlambatan ekonomi, pemerintah Korsel kini bergerak cepat untuk merumuskan strategi penyelamatan.
1. Tarif AS ancam stabilitas ekonomi

Tarif tinggi yang diberlakukan AS terhadap Korsel, salah satu sekutu keamanannya, memicu kekhawatiran di kalangan pelaku pasar. Sebelumnya, BOK diperkirakan hanya akan memangkas suku bunga sebesar 0,25 poin pada kuartal II dan III tahun ini, tetapi kini skenario itu berubah drastis.
“Tarif ini bisa memicu guncangan ekonomi yang lebih besar dari perkiraan awal,” kata Kim Min-jae, ekonom senior di Seoul National University, dikutip dari MSN
Ia menambahkan, pemangkasan suku bunga yang lebih agresif mungkin diperlukan secepatnya, bahkan dalam minggu depan, untuk menyelamatkan perekonomian yang sedang melemah.
2. Bank of Korea hadapi dilema kebijakan

BOK kini berada di persimpangan sulit antara menjaga stabilitas moneter dan merespons tekanan eksternal. Pasar global yang terguncang akibat perang dagang AS membuat nilai tukar won melemah, sementara ekspor Korsel, terutama otomotif dan baja, terancam anjlok akibat tarif tersebut.
“Kami sedang bernegosiasi dengan AS untuk menurunkan tarif, tetapi kami juga harus bersiap menghadapi skenario terburuk.” kata seorang pejabat Kementerian Keuangan Korsel.
Langkah darurat ini mencakup dukungan bagi bisnis lokal yang terdampak.
3. Respon pemerintah dan prospek masa depan

Pemerintah Korsel di bawah kepemimpinan Presiden Han Duck-soo berjanji memberikan respons sekuat tenaga terhadap krisis ini. Selain mendorong negosiasi dengan AS, rencana peningkatan impor energi dari AS juga dipertimbangkan untuk mengurangi surplus perdagangan yang menjadi pemicu tarif.
Namun, para ahli memperingatkan bahwa dampak jangka panjang dari perang dagang ini bisa sulit diatasi.
"Jika situasi tidak membaik, Korsel mungkin terpaksa mengandalkan stimulus domestik yang lebih besar,” ujar Park Soo-young, analis ekonomi dari Korea Economic Institute, menyoroti ketidakpastian yang masih membayangi.