Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
anak-anak menggunakan keffiyeh (unsplash.com/Tristan Sosteric)

Jakarta, IDN Times - Sekelompok pemukim Israel menculik dua anak Palestina dan mengikat mereka di batang pohon. Insiden itu terjadi di dekat kota Nablus, wilayah utara Tepi Barat yang diduduki, pada Sabtu (19/4/2025).

Maryam dan adik laki-lakinya Ahmed, masing-masing berusia 13 dan 3 tahun, diculik oleh para pemukim saat sedang bermain di dekat rumah mereka di pinggiran Beit Furik pada sore hari. Salah satu sepupu mereka berusaha mencegah penculikan itu, namun para pemukim menyerangnya dengan batu.

Kakak beradik itu kemudian dibawa ke daerah terpencil dan diikatkan ke sebuah pohon zaitun. Untungnya, mereka berhasil diselamatkan oleh penduduk setempat.

1. Korban alami trauma

Paman korban, Mohammed Hanani, mengatakan bahwa kedua putrinya dan sepupu mereka sedang bermain di luar rumah, ketika sekelompok pemukim datang dari pos permukiman yang baru didirikan di kota tersebut.

“Dua putri kecil saya datang sambil menangis dan menjerit, jadi kami langsung mengejar para pemukim. Akhirnya kami menemukan anak-anak itu dalam keadaan tak sadarkan diri dan terikat pada sebuah pohon,” katanya kepada Middle East Eye, seraya menambahkan  bahwa para penculik telah melarikan diri ke pos permukiman.

Anak-anak tersebut langsung dibawa ke pusat kesehatan usai insiden itu. Meskipun tidak mengalami luka fisik, keduanya masih ketakutan dan mengalami trauma psikologis yang mendalam.

“Putri saya yang menyaksikan kejadian tersebut masih menolak keluar rumah dan terus menangis," ujar Hanani.

2. Kasus penculikan anak pertama di Beit Furik

Insiden penculikan anak oleh pemukim Israel ini adalah yang pertama kali dilaporkan di Beit Furik. Kota tersebut sebelumnya kerap menjadi sasaran serangan sejak munculnya pos-pos permukiman baru menyusul perang di Gaza

Hanani mengatakan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, para pemukim telah membakar mobil pribadi dan truknya, membakar ladangnya, serta berulang kali melempari rumahnya dengan batu.

"Semua kerusakan materi ini telah diganti, namun penculikan dan penyerangan terhadap anak-anak memicu alarm dan menempatkan hidup kami dalam bahaya," katanya.

Menurut Hanani, tujuan dari serangan-serangan tersebut adalah untuk memaksa warga Palestina meninggalkan tempat tinggal mereka, sehingga para pemukim dapat mengambil alih wilayah tersebut.

3. Pemukim bersenjata serang desa Badui

Dilansir dari The New Arab, para pemukim bersenjata Israel juga menyerbu desa Badui Ras Ein al-Auja, dekat Jericho, pada Sabtu. Mereka membawa kawanan domba dan menggembalakannya di sekitar rumah-rumah warga Palestina. Selain itu, mereka juga merusak properti pribadi dan berusaha menghalangi penduduk desa untuk mengakses lahan mereka sendiri.

“Serangan pemukim terhadap komunitas Badui meningkat tajam dan kini menargetkan setiap aspek kehidupan Badui,” kata Hassan Mleihat, koordinator Organisasi al-Baydar untuk Pembela Hak-Hak Badui, kepada media lokal.

Sejak dimulainya perang Israel di Gaza pada Oktober 2023, kekerasan yang dilakukan oleh pemukim telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebanyak 60 pos permukiman ilegal baru di dirikan di seluruh Tepi Barat, dengan 51 di antaranya dibangun sejak awal 2024.

Menurut Komisi Kolonisasi dan Perlawanan Tembok, gelombang serangan terbaru ini telah menyebabkan sedikitnya 2 ribu warga Palestina mengungsi. Sebanyak 29 desa juga ditinggalkan akibat serangan yang dilakukan oleh pemukim dan tentara Israel.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama