Israel: Penembakan 15 Paramedis Gaza Tidak Disengaja

Jakarta, IDN Times - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan hasil penyelidikan internal terkait penembakan tim medis di Rafah, Gaza Selatan. Insiden yang terjadi pada 23 Maret 2025 itu menewaskan 15 pekerja bantuan, termasuk delapan paramedis Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS), enam petugas pertahanan sipil, dan satu staf PBB.
Dilansir BBC, penyelidikan menemukan serangkaian kegagalan prosedur dan pelanggaran perintah operasi oleh pasukan Israel di lapangan. IDF juga mengakui adanya pelaporan yang tidak akurat dari komandan di lokasi kejadian.
Penyelidikan ini dilakukan setelah muncul kecaman keras dari komunitas internasional. IDF beralasan mereka menembak ambulans kelompok paramedis karena jarak pandang yang terbatas pada malam hari.
1. Sanksi terhadap komandan IDF
IDF memutuskan untuk memecat wakil komandan Batalion Pengintai Golani karena memberikan laporan yang tidak akurat saat pemeriksaan. Komandan Brigade ke-14 juga menerima teguran resmi yang akan tercatat dalam berkas personelnya.
"Ini adalah rangkaian kesalahan profesional tanpa celah etis. Tidak pernah ada niat untuk menipu publik," ujar Brigadir Jenderal Ephraim Defrin, juru bicara IDF, dilansir NBC News.
Meski demikian, Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, mengkritik pemecatan tersebut. Ia menyebut pemecatan wakil komandan sebagai kesalahan besar yang harus dibatalkan. Menurutnya, pemerintah harus mendukung para tentara Israel, dilansir Al Jazeera.
2. Bukti video bantah klaim awal Israel
Dilansir The Guardian, IDF awalnya mengklaim konvoi ambulans mendekat secara mencurigakan tanpa lampu atau sinyal darurat.
Namun, video dari ponsel salah satu korban membantah pernyataan tersebut. Rekaman menunjukkan ambulans bergerak dengan lampu darurat menyala dan tanda Palang Merah yang jelas terlihat.
Para korban ditemukan terkubur di lubang galian dangkal bersama ambulans mereka yang hancur. Tim PBB dan pejabat Palestina menemukan kuburan massal tersebut setelah IDF akhirnya mengizinkan mereka mengakses area kota Rafah.
"Laporan ini mengejutkan dan menimbulkan banyak pertanyaan, terutama soal klaim bahwa enam korban adalah anggota aktif Hamas. IDF sama sekali tidak menunjukkan bukti untuk mendukung tuduhan itu," ujar pengacara HAM Geoffrey Nice.
3. Hasil penyelidikan Israel dikecam
Organisasi Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) langsung menolak laporan penyelidikan IDF.
"Laporan ini tidak valid dan tidak bisa diterima karena hanya membenarkan pembunuhan dengan mengalihkan tanggung jawab ke kesalahan personal," ujar juru bicara PRCS, Nebal Farsakh.
Presiden PRCS, Younis al-Khatib, mempertanyakan tindakan tentara Israel yang menguburkan jenazah paramedis secara tidak manusiawi. PRCS juga membantah narasi Israel soal jarak pandang dengan menunjukkan bukti bahwa tentara Israel berkomunikasi dengan korban sebelum insiden penembakan terjadi.
Breaking the Silence, organisasi anti-pendudukan Israel, mengkritik laporan penyelidikan tersebut karena dinilai penuh kontradiksi dan mengabaikan fakta-fakta penting di lapangan. Mereka menyebut ini sebagai upaya lain Israel untuk menutupi kebenaran.