Ilustrasi ruang perawatan di rumah sakit. (Unsplash.com/Adhy Savala)
Para pebabat mengatakan, jumlah pengungsi yang tewas saat menyeberang dari Tunisia ke Eropa telah membuat kamar mayat dan rumah sakit di kota landasan peluncuran utama Sfax penuh.
“Pada Selasa, kami memiliki lebih dari 200 jenazah, jauh di luar kapasitas rumah sakit, yang menimbulkan masalah kesehatan," kata Faouzi Masmoudi, pejabat kehakiman di kota pelabuhan tempat kamar mayat, dilansir Al Jazeera.
"Ada masalah dengan banyaknya mayat yang tiba di pantai. Kami tidak tahu siapa mereka atau dari kapal karam mana mereka berasal, dan jumlahnya terus bertambah," tambahnya.
Masmoudi mengatakan, hampir setiap hari ada pemakaman untuk mengurangi tekanan pada rumah sakit. Pada 20 April, setidaknya 30 orang dimakamkan. Beberapa hari kemudian, lebih banyak mayat ditemukan di laut.
Pejabat itu juga mengatakan untuk mengidentifikasi identitas, DNA telah diambil dari jenazah sebelum dimakamkan.
Romdhane Ben Amor, dari Forum Tunisia untuk Hak Ekonomi dan Sosial, mengatakan bahwa setidaknya 220 orang tewas dan hilang hingga 24 April 2023. Sebagian besar dari sub-Sahara Afrika dan lebih dari tiga perempat pengungsi meninggalkan Tunisia melalui pantai Sfax atau Mahdia.