Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Tunisia Rujuk dengan Suriah setelah Putus Satu Dekade Lebih

ilustrasi bendera Suriah (Unsplash.com/Engin Akyurt)
ilustrasi bendera Suriah (Unsplash.com/Engin Akyurt)

Jakarta, IDN Times - Tunisia dan Suriah dikabarkan menjalin kembali misi diplomatik antara dua negara. Pada Rabu (12/4/2023), Suriah akan menunjuk duta besar untuk Tunisia. Hubungan dua negara yang dingin selama belasan tahun, kini mulai menghangat.

Keputusan Damaskus itu mengikuti langkah Tunis lebih dari seminggu lalu. Presiden Tunisia Kais Saied telah memulai proses menunjuk seorang duta besar untuk Suriah. Kedua negara Arab itu putus hubungan pada 2012 ketika Tunisa mengusir duta besar Suriah.

Berikut ini adalah fakta-fakta membaiknya hubungan antara Tunisia dan Suriah.

1. Perang Saudara Suriah dan krisis diplomasi

ilustrasi pasukan oposisi di Suriah (Twitter.com/Coordination & Military Ops Center - SDF)
ilustrasi pasukan oposisi di Suriah (Twitter.com/Coordination & Military Ops Center - SDF)

Musim Semi Arab atau disebut juga Pemberontakan Arab terjadi pada 2010. Ini dimulai dari Tunisia, di mana kelompok pro-demokrasi melakukan protes atas korupsi dan layanan kesehatan yang buruk.

Demonstrasi itu menular ke negara lain seperti ke Aljazair, Yordania, Mesir dan Yaman serta Suriah. Di Suriah, protes untuk menggulingkan Presiden Bashar al-Assad menemukan jalan perlawanan sengit.

Assad didukung Rusia dan Iran sedangkan kelompok demonstran didukung oleh Amerika Serikat (AS), Arab Saudi, Turki, dan negara Arab lain seperti Uni Emirat Arab (UEA), kutip CFR.

Rezim Assad dinilai melakukan tindakan brutal untuk meredam kelompok pro-demokrasi yang akhirnya berujung pada perang saudara yang masih berlangsung sampai saat ini.

Tindakan brutal rezim Assad terhadap rakyatnya itu, memicu negara-negara Arab memutuskan hubungan diplomatik. Tunisia adalah salah satunya yang mengusir duta besar Damaskus pada 2012. Tahun itu, Suriah juga ditendang dari keanggotaan Liga Arab.

2. Oman jaga netralitas dan dialog

ilustrasi bendera Oman (Unsplash.com/Silas Baisch)
ilustrasi bendera Oman (Unsplash.com/Silas Baisch)

Negara-negara Arab segera ramai-ramai memutuskan hubungan dengan Suriah sejak perang saudara semakin memburuk. Bahkan, beberapa negara Arab ikut andil memberi senjata kepada kelompok prodemokrasi yang berusaha menggulingkan Presiden Assad.

Tapi Oman tidak. Negara itu tidak pernah memutuskan hubungan dengan Suriah. Justru, Oman berusaha menjaga hubungan, menekankan dialog dan mencari peran kemanusiaan untuk memberi bantuan.

Dijelaskan dalam Carnegie Endowment for International Peace, diplomat Oman menginginkan penyelesaian krisis Suriah yang berlarut-larut dan berdarah serta berupaya berkontribusi mencapai perdamaian.

Pada 2018, Oman merangkul UEA untuk kembali membuka hubungan dengan Damaskus meski Doha disebut memberikan dukungan kepada pejuang demokrasi yang melawan Assad. Namun Oman setidaknya berhasil sebagai perantara, agar Arab kembali berbaikan dengan Suriah.

3. Diplomasi gempa bumi

ilustrasi (Unsplash.com/mohammed al bardawil)
ilustrasi (Unsplash.com/mohammed al bardawil)

Perang saudara Suriah, dengan awalnya Presiden Assad yang terdesak, tampil berbalik sejak tahun 2015. Saat itu, Rusia mulai melakukan intervensi dengan membantu Damaskus, termasuk menggunakan jet tempur.

Alur perang saudara berubah dengan Presiden Assad berhasil menguasai sebagian besar wilayah Suriah yang tadinya dikuasai oleh pejuang pro-demokrasi. Kembalinya hubungan Damaskus dengan Abu Dhabi, juga membawa angin segar pertimbangan perbaikan diplomatik negara-negara Arab dengan Suriah.

Gempa bumi yang melanda Turki dan Suriah pada Februari tahun ini, jadi momentum bagaimana negara-negara Arab dengan jelas membuka uluran tangan untuk membantu Suriah.

Dilansir Arab Center Washington DC, gempa itu membawa simpati negara Arab kepada Suriah yang menderita karena perang saudara dan bencana alam. Yordania, Mesir dan negara Arab lain seperti Tunisia mulai mengucurkan bantuan untuk Damaskus.

Saudi juga mulai menjajaki perbaikan hubungan diplomatik dengan Suriah, setelah secara resmi memperbaiki hubungan dengan Iran.

4. Rekonsiliasi Tunisia-Suriah secara bertahap

Kais Saied (kanan), Presiden Tunisia (Twitter.com/Tunisian Presidency)
Kais Saied (kanan), Presiden Tunisia (Twitter.com/Tunisian Presidency)

Meski Tunisia mengikuti negara Arab lain dalam memutus hubungan diplomatik dengan Suriah, tapi negara itu secara bertahap berupaya melakukan rekonsiliasi. Pada 2017, Tunis melanjutkan kehadiran diplomatik terbatas di Damaskus.

Tujuannya, mereka ingin melacak warga Tunisia yang pergi berperang dalam perang saudara Suriah. Diperkirakan sekitar 4.000 warga Tunisia bergabung dengan ISIS di Suriah, Irak, Libya dan Irak, kutip Al Monitor.

Tunisia secara luas digambarkan sebagai sumber pejuang asing terbesar yang bergabung dengan ISIS. Presiden Tunisia Kais Saied yang kemudian menjadi penguasa Tunisia pada 2019, membangun kembali hubungan dengan Suriah.

Tunisia adalah salah satu kisah sukses dari Musim Semi Arab. Tapi berkuasanya Kais Saied membuat kekhawatiran akan kembalinya otoriterianisme. Saied telah mengkudeta parlemen dan menahan banyak tokoh oposisi. Negara itu kini terancam isolasi internasional.

5. Tunisia-Suriah resmi buka kantor kedutaan besar masing-masing

ilustrasi bendera Tunisia (Pixabay.com/jorono)
ilustrasi bendera Tunisia (Pixabay.com/jorono)

Pada 3 April, Presiden Saied memberi instruksi Menteri Luar Negerinya untuk memulai prosedur penunjukan duta besar untuk Suriah. Lalu Damaskus kemudian merespon balik, segera akan mengikuti langkah tersebut dengan menunjuk misi diplomatik di ibu kota Tunis.

"Menanggapi inisiatif Presiden Republik Tunisia, pemerintah Suriah memutuskan untuk membuka kembali kedutaan Suriah di Tunisia dan segera menunjuk seorang duta besar," kata media pemerintah Damaskus, dikutip Al Jazeera.

"Dari keinginan kedua belah pihak untuk memulihkan hubungan Suriah-Tunisia ke jalur normal, konsultasi dan koordinasi sedang berlangsung antara menteri luar negeri untuk lebih mengkonsolidasikan ikatan persaudaraan yang mengakar yang mengikat Suriah dan Tunisia," jelas pernyataan tersebut.

Pemutusan hubungan Suriah, terjadi ketika Tunisia dikuasai oleh Presiden Moncef Marzouki. Saat itu, kelompok oposisi Tunisia mengkritik keras langkah tersebut. Kini Kedua negara akan kembali menjalin hubungan usai sekitar satu dekade terputus.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us