Jakarta, IDN Times - Krisis pangan global kini menjadi tantangan baru negara-negara di dunia. Padahal, pandemik COVID-19 juga belum berakhir.
Situasi yang kini terjadi juga tidak lepas dari efek perang di Ukraina yang menyebabkan rantai pangan global terganggu. Akibatnya, negara-negara berkembang pun mengalami krisis pangan.
Selain itu, harga-harga kebutuhan pokok juga melambung tinggi, hampir di semua negara di dunia.
Duta Besar RI untuk Singapura Suryopratomo mengatakan, salah satu peran Indonesia yang saat ini memegang presidensi G20 adalah mengajak dan mengimbau semua negara untuk bergerak mengatasi krisis pangan global ini.
“Salah satu pandangan utama Indonesia di G20 adalah krisis pangan dunia. Indonesia mengajak semua negara, tak hanya anggota G20 untuk bergerak mengatasi ini,” kata Tomi, sapaan akrabnya, dalam diskusi ISEAS dan Yusof Ishak Institute, Jumat (26/8/2022).
Tomi menambahkan, pandemik yang belum selesai lalu adanya krisis pangan tentu berlanjut mempengaruhi usaha dunia untuk bangkit lagi.
Selain itu, dengan status presiden G20, Indonesia juga bisa membantu negara-negara berkembang untuk bersama-sama keluar dari krisis ini.
“G20 adalah forum yang tepat untuk membahas krisis pangan dunia. Kita (Indonesia) harus mengirim pesan yang jelas di G20 untuk komitmen kuat mengatasi krisis,” ujar Tomi menjelaskan.
“Kita tahu bahwa kita bisa menangani masalah ini,” lanjut dia.
Krisis pangan dunia ini tentu berpengaruh terhadap negara-negara berkembang. Usai memegang presidensi G20, tahun depan Indonesia akan memegang keketuaan ASEAN.
“Di ASEAN, Indonesia jelas memiliki peranan penting di kawasan. Indonesia juga akan mengajak negara-negara ASEAN untuk sama-sama bangkit untuk mengatasi krisis pangan global ini,” pungkas dia.