Jakarta, IDN Times - Hanan, perempuan berusia 50 tahun, tidak menyangka akan mengurus delapan anaknya seorang diri. Suaminya yang telah mendampinginya selama 25 tahun, Muhammad, tewas akibat serangan udara Israel pada 16 Oktober lalu. Ia dibunuh tak jauh dari rumah mereka, di lingkungan Al Sabra di Gaza, saat pergi membeli roti untuk keluarga.
“Semuanya diselimuti warna hitam. Saya merasa sangat tersesat tanpa dia,” kata Hanan kepada The National.
Kepergian suaminya masih menyisakan luka yang mendalam bagi Hanan, namun ia berkewajiban untuk tetap kuat demi anak-anaknya.
“Putra sulung saya berusia 22 tahun, dan putri bungsu saya baru berusia tujuh tahun. Mengelola tantangan dalam membesarkan dan melindungi mereka sendirian adalah tugas yang sangat sulit bagi saya,” ujarnya.