Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

UNICEF: Anak-Anak di Gaza Alami Tekanan Mental yang Tak Terbayangkan

ilustrasi anak di Gaza (pixabay.com/hosnysalah)

Jakarta, IDN Times - Dana Anak-anak PBB (UNICEF) mengatakan intensitas stres dan tekanan yang dialami anak-anak di Jalur Gaza adalah sesuatu yang jarang terlihat dalam konflik lainnya.

“Intensitas dan frekuensi apa yang kita lihat di Gaza dalam hal tekanan mental pada anak-anak dan tekanan psikologis adalah sesuatu yang jarang kita lihat," kata Adele Khodr, Direktur Regional UNICEF ​​untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, kepada The National.

"Tidak ada tempat yang aman di Gaza,” ungkapnya, menambahkan banyak anak-anak di Gaza terus berpindah-pindah untuk menghindari pemboman. Adapun mereka masih terjebak dalam siklus kekerasan dan ketakutan.

Serangan Israel di Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 20 ribu orang, termasuk 8 ribu anak-anak dan 6.200 perempuan, dan melukai lebih dari 53 ribu lainnya.

Israel menyatakan perang terhadap Hamas, setelah kelompok Palestina menerobos masuk ke wilayah perbatasannya pada 7 Oktober. Tel Aviv mengatakan, serangan Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang dan sekitar 240 lainnya di sandera.

1. Jumlah anak-anak yang tewas di Gaza termasuk yang paling tinggi dalam konflik dunia

Khodr mengatakan, jumlah anak-anak yang terbunuh selama 11 minggu pemboman tanpa henti di Gaza adalah salah satu yang tertinggi dalam konflik lainnya baru-baru ini.

“Jumlah anak-anak (yang terbunuh) termasuk yang tertinggi yang pernah kami lihat dibandingkan dengan situasi konflik lainnya,” ujarnya.

Data PBB menunjukkan bahwa jumlah anak-anak yang terbunuh di Gaza dalam 11 minggu terakhir telah melampaui jumlah tahunan anak-anak yang terbunuh di zona konflik dunia sejak 2019.

Menurut Laporan Tahunan Sekretaris Jenderal PBB tentang Anak-anak dan Konflik Bersenjata, sekitar 2.674 anak terbunuh di 22 negara pada 2020, 2,515 anak terbunuh di 24 negara pada 2021, 2,985 anak terbunuh di 24 negara pada 2022, dan 4.019 anak terbunuh di 20 negara pada 2019.

Perang di Gaza juga telah menyebabkan banyak anak menjadi yatim piatu. Mereka diberi label sebagai “anak yang terluka, tidak ada keluarga yang selamat” (WCNSF) oleh para pekerja medis. 

2. Banyak anak di Gaza mengalami malnutrisi parah

Menurut sistem pemantauan kelaparan PBB, 1 dari 4 rumah tangga di Gaza menghadapi kelaparan ekstrem. Selain itu, ada sekitar 335 ribu anak di bawah usia lima tahun yang berisiko tinggi mengalami kekurangan pangan parah.

“Anak-anak yang mengalami malnutrisi parah ditambah dengan infeksi dapat menyebabkan kematian,” kata Khodr.

UNICEF mengungkapkan banyak anak yang tidak mendapatkan makanan bergizi atau protein sama sekali, bahkan ada yang hanya makan nasi atau roti sambil minum teh. Selain itu, anak-anak juga hanya mempunyai akses terhadap 1,5 liter hingga dua liter air setiap hari, jauh di bawah kebutuhan yang direkomendasikan untuk bertahan hidup.

Berdasarkan standar kemanusiaan, jumlah minimal air yang dibutuhkan dalam keadaan darurat adalah 15 liter, yang mencakup air untuk minum, mencuci, dan memasak. Untuk kelangsungan hidup saja, minimal air yang dibutuhkan adalah 3 liter per hari.

Khodr mengatakan, UNICEF ​​membutuhkan keamanan untuk dapat mendistribusikan bantuan ke seluruh wilayah tersebut, dan menyerukan akses kemanusiaan yang berkelanjutan.

“Keamanan adalah sesuatu yang sangat penting karena jika kita tidak memilikinya, maka truk tidak dapat bergerak, dan pekerja serta mitra kami tidak dapat berada di lapangan untuk mengantarkan bantuan,” katanya.

3. Distribusi bantuan di Gaza akan terkendala tanpa gencatan senjata

Pada Jumat (22/12/2023), Dewan Keamanan (DK) PBB mengadopsi resolusi yang menyerukan pengiriman bantuan segera kepada warga sipil di Gaza, namun tidak untuk gencatan senjata.

Hamas mengkritik keputusan tersebut dan menyebutnya sebagai langkah yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan masyarakat di Gaza. Pihaknya juga menuduh AS berupaya keras untuk mengosongkan esensi resolusi tersebut.

Resolusi itu juga menyerukan pembebasan segera dan tanpa syarat semua sandera. Militer Israel mendesak komunitas dan organisasi internasional untuk menegakkannya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengatakan serangan Israel yang terus berlangsung akan menyulitkan distribusi bantuan di Gaza.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us