Proses dehorning untuk menghindarkan badak agar tidak dibunuh oleh pemburu. (Twitter.com/Good Things Guy)
Selama wabah virus corona, taman nasional telah berjuang dengan pemangkasan anggaran yang ketat. Tindakan ini terpaksa mengurangi patroli anti-perburuan. Selain itu, virus corona juga menyebabkan kunjungan wisatawan anjlok yang membuat pengelola taman nasional kesulitan mendapatkan dana tambahan.
Meskipun perburuan terbukti menurun selama wabah virus corona, tapi kecemasan meningkat ketika penguncian mulai dilonggarkan sedangkan di sisi lain taman nasional belum bisa mendapatkan penambahan anggaran pengelolaan.
Melansir dari laman BBC, Prof Keith Somerville dari Durrell Institute of Conservation and Ecology (DICE) University of Kent di Inggris berpendapat bahwa menurunnya jumlah perburuan itu "tidak mungkin dipertahankan ketika pembatasan saat ini berakhir di Afrika Selatan."
Ada berbagai upaya untuk melawan para pemburu badak yang biasanya dilakukan oleh para pemburu lokal yang bekerjasama dengan sindikat perdagangan satwa liar internasional. Salah satu upaya tersebut adalah melakukan patroli secara rutin dan dehorning, atau pemangkasan cula badak.
Metode ini diyakini akan dapat menghindarkan badak jadi sasaran oleh pemburu. Namun, metode tersebut masih banyak diperdebatkan.
Tingkat ancaman hukuman yang lebih tinggi terhadap pemburu dan upaya terkoordinasi yang melibatkan pemerintah negara tetangga Afrika juga telah membantu menurunkan tingkat perburuan. Namun upaya itu dianggap masih belum cukup untuk membantu mengurangi aktivitas perburuan.
Saat ini Afrika Selatan diperkirakan memiliki sekitar 16.000 badak. Namun tiap tahun perburuan terus terjadi dan badak sendiri semakin kesulitan hidup di habitatnya sebab bencana kekeringan yang meluas.