Mantan Menteri Luar Negeri RI, Hassan Wirajuda. (dok. Twitter Kemlu RI)
Hassan, yang menjabat sebagai menlu dari 2001 hingga 2009, mengungkapkan saat itu, pusat kegiatan lain diplomasi Indonesia sejak tahun 1947 adalah di Markas PBB di New York.
“Mengapa? Karena sejak agresi militer Belanda pertama pada 1947, masalah Indonesia dibawa ke sidang keamanan. Tokoh-tokoh kita seperti Pak Sutan Sjahrir tidak lagi sebagai perdana menteri, tapi sebagai utusan khusus. Kemudian Pak Agus Salim, Pak Soemitro Djojohadikoesoemo, Pak Sudarto, bolak-balik ke New York untuk menghadiri sidang Dewan Keamanan,” kata Hassan dalam wawancara khusus dengan IDN Times, Jumat (12/8/2022).
Indonesia yang saat itu menghadapi blokade militer Belanda, mendapat bantuan dari Mesir. Pemerintahan republik sudah pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Lalu, Mesir mengutus Konsul Jenderal Mesir di Mumbai menyewa pesawat untuk menerobos blokade Belanda, membawa bantuan pangan ke Yogyakarta.
“Tapi pesawat itu yang kembalinya akan kosong justru dimanfaatkan oleh para pejuang kita untuk mereka menggunakan pesawat itu, termasuk Pak Sjahrir dan lainnya, yang akan menuju New York. Ada yang turun di Singapura dari situ ke London terus ke New York,” kata Hassan.