Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi media sosial (unsplash.com/dole777)

Jakarta, IDN Times - Media sosial dan platform digital berperan penting dalam mempublikasikan perang di Gaza, namun kini menghadapi tuduhan terkait bias algoritmik dan sensor konten.

Selama setahun terakhir, masyarakat Palestina telah memanfaatkan konten digital untuk menyampaikan tragedi di Gaza kepada khalayak luas, yang kemudian memicu demonstrasi dan dukungan di seluruh dunia. Namun, para ahli percaya bahwa algoritma platform media sosial telah membatasi penyebaran konten terkait Palestina.

1. Israel targetkan tokoh media sosial terkemuka, pemilik saluran YouTube, dan jurnalis

Dilansir dari Anadolu, Abdoulhakim Ahmine, pakar media dan komunikasi Maroko, mengatakan bahwa aktivitas digital yang intens di kalangan pemuda Palestina telah mendorong Israel menargetkan tokoh media sosial terkemuka, pemilik saluran YouTube, dan jurnalis yang melakukan siaran langsung dari Gaza.

“Beberapa negara, terutama Prancis dan Jerman, pada awalnya memberlakukan semacam pembatasan digital, namun terpaksa mundur karena meningkatnya dukungan masyarakat terhadap Palestina,” kata Ahmine.

Dia juga mengungkapkan adanya tekanan komunikatif terhadap generasi muda yang mengekspresikan diri mereka di platform tersebut.

2. Algoritma platform digital menyensor dan membatasi distribusi konten terkait Palestina

Editorial Team

EditorFatimah

Tonton lebih seru di