Boris Johnson (tengah) (Twitter.com/UK Prime Minister)
PM Boris Johnson telah diguncang dan dituduh gagal memimpin ketika dia dan stafnya mengadakan pesta di Downing Street tahun lalu, meski aturan COVID-19 tidak memperbolehkannya.
Terbongkarnya partygate, skandal pesta di Downing Street, beberapa di antaranya dilakukan menjelang pemakaman Pangeran Philip, membuat publik Inggris benar-benar marah.
Penyelidikan yang dilakukan oleh pegawai negeri senior Sue Gray menemukan fakta bahwa perilaku pesta seharusnya tidak pernah terjadi. Kini skandal itu juga telah diselidiki oleh Kepolisian Metro London.
PM Boris Johnson telah meminta maaf secara resmi kepada House of Commons, Parlemen Inggris. Dia berjanji akan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah terjadi.
Tapi setelah permintaan maaf tersebut, kini Boris mendapatkan hantaman lain. Empat staf utamanya yang dapat dibilang sangat berpengaruh memutuskan untuk mengundurkan diri.
Dilansir BBC, dari empat pembantu PM Boris tersebut, tiga di antaranya pernah terlibat dalam skandal partygate dan sedang diselidiki oleh Kepolisian Metro London.
Angela Rayner, wakil pemimpin Partai Buruh yang oposisi mengatakan, "tidak ada reorganisasi Downing Street yang dapat membersihkan kebusukan yang datang langsung dari atas (PM Inggris)."
"Mungkin inilah saatnya baginya (PM Boris) untuk melihat ke cermin dan mempertimbangkan apakah dia mungkin saja yang menjadi masalahnya," tambah Rayner, terkait empat stafnya yang resign.