Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer. (Simon Dawson / No 10 Downing Street, OGL 3, via Wikimedia Commons)
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer. (Simon Dawson / No 10 Downing Street, OGL 3, via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri (PM) Inggris, Keir Starmer, siap untuk menempatkan pasukannya di Ukraina jika kesepakatan untuk mengakhiri perang telah tercapai. Namun, dia mengakui bahwa rencana tersebut dapat menempatkan pasukannya dalam bahaya jika Moskow kembali melancarkan serangannya.

Pernyataan itu merupakan pertama kalinya pemimpin Inggris secara eksplisit menyatakan untuk mempertimbangkan pengerahan pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina. Komentar itu muncul saat pembicaraan darurat dengan para pemimpin Eropa di Paris akan digelar.

Starmer mengatakan, konflik Rusia-Ukraina adalah momen yang terjadi sekali dalam satu generasi dan merupakan pertanyaan eksistensial bagi Eropa. Dia mengatakan pihaknya siap memainkan peran utama dalam pertahanan dan keamanan Kiev, termasuk komitmen sebesar 3 miliar pounds sterling (setara Rp61 triliun) per tahun hingga 2030.

"Tetapi peran apa pun dalam membantu menjamin keamanan Ukraina berarti membantu menjamin keamanan benua kita, dan keamanan negara ini. Akhir dari perang ini, jika sudah tiba, tidak bisa hanya menjadi jeda sementara sebelum Putin menyerang lagi," ujar Starmer, dikutip dari The Guardian.

1. Keraguan Inggris akan memenuhi komitmen militernya

Partai Buruh telah berjanji meningkatkan belanja pertahanan menjadi 2,5 persen dari PDB, sementara Presiden AS, Donald Trump, menyerukan semua negara Eropa untuk meningkatkannya menjadi 5 persen. Laporan menunjukkan para pemimpin militer Inggris mendorong peningkatan dari waktu ke waktu menjadi 2,65 persen.

Dilansir Politico, Starmer mengatakan bahwa pihaknya harus menunjukkan keseriusan mengenai pertahanan dan menanggung beban negaranya sendiri.

Meski demikian, para panglima militer percaya bahwa Inggris tidak dapat memenuhi komitmen militernya, bahkan sebelum adanya keterlibatan dalam pasukan penjaga perdamaian Ukraina. Peningkatan keterlibatan militer London akan menambah tekanan biaya di saat keadaan militer berada pada jumlah terkecil dalam lebih dari 200 tahun.

Kepala dinas percaya bahwa meskipun ada kekhawatiran Departemen Keuangan mengenai pengeluaran tambahan, tidak mungkin bagi Inggris untuk mempertahankan komitmen politiknya terhadap NATO, program kapal selam nuklir AUKUS, dan jet tempur generasi terbaru sesuai anggaran yang ada.

2. Ukraina harus terlibat dalam setiap negosiasi dengan Moskow

ilustrasi tentara Ukraina (pixabay.com/LukasJohnns)

Perwakilan pemerintah AS dan Rusia diperkirakan akan bertemu di Arab Saudi sebagai tindak lanjut pembicaraan telepon antara Trump dan Putin pada Rabu lalu. Namun, pembicaraan tersebut diperkirakan tidak akan melibatkan para pejabat Ukraina dan pemimpin Eropa.

Starmer bersama Kanselir Jerman Olaf Scholz menyuarakan perlunya memastikan Kiev terlibat dalam setiap negosiasi dengan Moskow. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, telah mengatakan bahwa tidak akan menerima negosiasi apa pun yang tidak melibatkan negaranya.

"Ukraina harus ikut serta dalam perundingan ini karena jika tidak, maka hal ini akan menerima posisi Putin bahwa Ukraina bukanlah sebuah negara yang nyata," kata Starmer. 

"Ukraina harus menjadi negara yang demokratis dan berdaulat. Sebagai warga Eropa, kami tidak akan membiarkan hal itu terjadi (negosiasi tanpa Kiev). Dan kami juga tidak akan membiarkan siapa pun setuju bahwa Ukraina harus didemiliterisasi. Sebaliknya, dibutuhkan tentara yang sangat kuat agar tidak diserbu lagi jika kesepakatan damai tercapai," kata Scholz.

3. Para pemimpin siap respons dorongan Trump untuk mencapai kesepakatan dengan Putin

ilustrasi bendera Ukraina (unsplash.com/Max Kukurudziak)

Dalam pembicaraan darurat di Paris, para pemimpin akan merancang strategi sebagai respons terhadap dorongan Trump untuk mencapai kesepakatan dengan Putin, serta kekhawatiran AS akan mengurangi komitmen pertahanannya di Eropa. Itu bertujuan menyatukan semua mitra pada perdamaian dan keamanan di benua biru tersebut. 

Sebelumnya, Trump mengatakan bahwa dirinya percaya Putin ingin berhenti berperang. Trump mencatat bahwa Rusia memiliki mesin perang yang sangat kuat dan telah berperang sejak lama, mengutip Sky News.

"Meskipun negara-negara Eropa harus mengambil tindakan saat ini, dan kami (juga) akan melakukannya, dukungan AS akan tetap penting dan jaminan keamanan AS sangat penting untuk perdamaian abadi, karena hanya AS yang dapat mencegah Putin melakukan serangan lagi," ujar Starmer. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team