Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi (Unsplash.com/Romeo. A)
ilustrasi (Unsplash.com/Romeo. A)

Jakarta, IDN Times - Dua raksasa Asia Timur, China dan Jepang, melakukan pertemuan di Tokyo Pada Rabu (22/2/2023). Keduanya melakukan pembicaraan keamanan secara formal, pertama kali sejak empat tahun terakhir.

China menyatakan keprihatinan atas pembangunan militer Jepang yang meningkat sedangkan Tokyo fokus pada hubungan dekat Beijing dengan Rusia. Isu keamanan santer penggunaan balon pengintai juga jadi pembicaraan utama.

Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dibicarakan oleh Jepang dan China dalam pertemuan tersebut.

1. Masalah ketegangan dengan Taiwan

ilustrasi tentara Taiwan latihan (Twitter.com/Ministry of National Defense, R.O.C.)

Dalam satu tahun terakhir, China semakin dikhawatirkan bisa mengambil paksa Taiwan, pulau yang memiliki pemerintahan demokratis yang diklaim bagian dari Beijing. Kekhawatiran itu meningkat dengan serangan Rusia di Ukraina.

Ada ancaman konflik yang meluas jika China benar-benar mengambil alih Taiwan. Jepang dan sekutu utamanya Amerika Serikat (AS) bisa terlibat dalam konflik itu serta bisa mengganggu perdagangan global.

"Situasi keamanan internasional telah mengalami perubahan besar dan kami melihat kembalinya unilateralisme, proteksionisme, dan mentalitas Perang Dingin," kata Wakil Menteri Luar Negeri China Sun Weidong dikutip Al Jazeera.

Weidong memperingatkan gerakan negatif Jepang sehubungan dengan Taiwan dan dianggap melakukan kolusi dengan kekuatan di luar kawasan, tanpa menyebut kekuatan dari negara mana.

2. Sengketa pulau tak berpenghuni

Di sisi sebaliknya, Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Shigeo Yamada khawatir dengan sengketa teritorial pulau tak berpenghuni di Laut China Timur, yang disebut Senkaku oleh Tokyo dan Diaoyu oleh Beijing.

Yamada merujuk masalah tersebut yang hingga kini belum selesai. Dia juga mengatakan latihan militer terbaru China dan Rusia juga menimbulkan kekhawatiran lain. Lebih dari itu, dugaan balon pengintai China yang terlihat di atas Jepang setidaknya sejak 2019 sebanyak tiga kali.

"Sementara hubungan antara Jepang dan China memiliki banyak kemungkinan, kami juga menghadapi banyak masalah dan kekhawatiran," kata Yamada dikutip Reuters.

Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan bahwa pihaknya menekankan pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan. Kedua negara akan mencoba membangun komunikasi langsung untuk memperkuat dialog antar pejabat keamanan.

3. Peningkatan militer Jepang

ilustrasi (Twitter.com/Japan Air Self-Defense Force)

Bagi Jepang, China merupakan mitra dagang potensial. Sekitar seperlima ekspor Tokyo diserap oleh Beijing dan hampir seperempat impornya juga berasal dari negara itu. China juga telah menjadi basis manufaktur utama bagi perusahaan teknologi dan otomotif Jepang.

Namun peningkatan pembangunan militer Jepang, juga menjadi kekhawatiran tersendiri bagi China. Dilansir The Guardian, Negeri Samurai mencetak rekor bersejarah dalam pembelanjaan pertahanan dan berjanji meningkatkan anggaran pertahanannya menjadi 2 persen dari PDB pada 2027.

Anggaran pertahanan Jepang pada 2023 ini meningkat 26 persen yang rencananya akan digunakan untuk memborong jet tempur F-35 buatan AS, membeli amunisi, penelitian rudal hipersonik dan mencari rudal jarak jauh yang mampu menjangkau China.

Jepang sendiri semakin khawatir ancaman keamanan dari China, Rusia dan Korea Utara, yang dalam satu tahun terakhir Pyongyang berulangkali melakukan uji coba rudal balistiknya.

Dalam hal balon pengintai, China secara tegas membantahnya. Mereka mengatakan tuduhan tersebut tidak berdasar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team