Kerusuhan besar-besaran bermula pada Senin (8/9/2025), setelah pemerintah Nepal memberlakukan larangan terhadap sejumlah media sosial, seperti YouTube, Facebook, dan WhatsApp. Larangan ini memantik kemarahan generasi muda yang menuntut transparansi dan akuntabilitas pemerintah serta menolak korupsi pejabat.
Situasi makin tak terkendali pada Selasa (9/9/2025). Para demonstran mengabaikan jam malam yang telah ditetapkan polisi dan membakar gedung Mahkamah Agung, parlemen, serta beberapa kantor pemerintah lainnya.
“Saya melihat lautan demonstran, banyak berseragam sekolah, bergerak menuju parlemen sekitar pukul 11,” ungkap Sahana Vajracharya, seorang jurnalis kepada Human Rights Watch.
Pada Rabu (10/9/2025), usai dua hari kekacauan yang menyebabkan lebih dari 70 korban jiwa dan ratusan luka-luka, Perdana Menteri K.P. Sharma Oli mengundurkan diri.
“Tindakan kekerasan, perusakan gedung publik, dan kerusuhan ini jelas perlu investigasi menyeluruh,” kata juru bicara Kepolisian Nepal, Abi Narayan Kafle, dilansir BSS News.