Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Di Tiongkok, Restoran Ini Mengharuskan Konsumennya Membayar Udara yang Mereka Hirup!

Sumber gambar: twitter.com/BostonGlobe

Tiongkok dan polusi udara memang sudah menjadi masalah lama yang berkepanjangan. Hampir sepanjang tahun dan secara reguler, kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai didera masalah polusi udara.

Default Image IDN

Beberapa minggu lalu Beijing kembali mengalami polusi udara parah dan kemudian segera diikuti oleh Shanghai dan sekitarnya. Sebuah kota kecil bernama Zhangjiagang di dekat Shanghai sudah sangat teracuni sehingga alat pengukur polusi udara menunjukkan PM 2.5 untuk tingkat partikel udara yang berbahaya. Jumlah tersebut merupakan sepuluh kali lipat dari batas maksimum polusi yang ditetapkan oleh WHO, organisasi kesehatan PBB.

Default Image IDN

Dilansir oleh kantor berita resmi di Tiongkok yaitu Xinhua, rupanya kondisi ini dimanfaatkan oleh sebuah restoran bernama Jing Yue Hui yang menyajikan menu dimsum di kota Zhangjiagang. Restoran ini menarik bayaran dari konsumennya atas udara bersih yang mereka hirup di dalam restoran tersebut. Udara bersih dibebankan kepada tamu seharga satu Renminbi, atau sekitar 2.000 rupiah.

Default Image IDN

Harga tersebut memang tidak mahal dibandingkan dengan sesak napas yang harus dialami penduduk, namun hal ini memicu perdebatan sengit di negara berbasis komunisme tersebut. Satu pihak mengatakan bahwa udara merupakan hak asasi dan kebutuhan dasar manusia jadi tidak sepantasnya mereka harus membayar untuk bernapas dengan udara bersih. Mereka berpendapat bahwa yang harus membayar harusnya adalah oknum penyebab polusi, bukannya masyarakat.

Namun banyak juga yang mengatakan satu Renminbi adalah harga yang pantas untuk udara bersih yang langka di negara itu.

Ini adalah kota Shanghai ketika tanpa polusi.

Default Image IDN

Sementara ini adalah foto kota Shanghai yang tercekik karena polusi.

http://cdn.idntimes.com/content-images/post/20151216/shanghai-e369aec1bcb096e51ea554c720c7c0de.jpg

Saat berita ini diturunkan dan ditulis oleh media New York Times, restoran tersebut telah berhenti meminta pengunjungnya untuk membayar untuk menghirup udara tersebut setelah memicu kontroversi masyarakat di Tiongkok.

Share
Topics
Editorial Team
Raden Mas Suparman
EditorRaden Mas Suparman
Follow Us