Kementerian Luar Negeri Aljazair pada Rabu (29/9/2021) mengatakan, keputusan Prancis ini dilakukan secara sepihak tanpa konsultasi sebelumnya, sehingga pemerintah Aljazair memanggil Duta Besar Prancis, Francois Gouyette untuk menyampaikan protes resmi, dan ingin meminta keterangan mengenai alasan keputusan itu.
Menteri Luar Negeri Maroko, Nasser Bourita, mengatakan negaranya telah mengeluarkan 400 dokumen konsuler untuk pemulangan warga Maroko, tapi jumlahnya terbatas karena banyak yang menolak tes COVID-19 sebagai syarat untuk pulang. Karena merasa sudah melakukan tindakan yang benar atas masalah migrasi ilegal, Bourita mengatakan masalah tersebut harus Prancis yang mengatasinya.
Tunisia telah memberikan tanggapan atas pengumuman Prancis, dengan mengatakan telah bersikap kooperatif dalam masalah ini dan memiliki hubungan yang sangat baik dengan Prancis.
Prancis dalam enam bulan terakhir tahun ini telah menolak 7.731 permohonan visa warga Aljazair, tapi hanya 22 orang yang diusir. Untuk Maroko, ada 80 pengusiran meskipun 3.301 permohonan visa ditolak. Adapun Tunisia ada 131 pengusiran dari 3.424 permohonan visa yang gagal.
Prancis sulit memulangkan warga dari ketiga negara itu karena setelah visa ditolak Prancis membutuhkan izin konsuler. Dokumen itu tidak dikeluarkan oleh Maroko, Aljazair, dan Tunisia, menurut keterangan pemerintah Prancis. Visa yang dikeluarkan Prancis untuk ketiga negara itu telah menurun, dengan 874.309 visa diberikan pada 2017 dan pada 2019 jumlahnya menurun menjadi 766.575.