Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden Prancis, Emmanuel Macron. (commons.wikimedia.org/Jacques Paquier, free to use)

Jakarta, IDN Times – Presiden Prancis, Emmanuel Macron, tidak setuju dengan rencana Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, soal relokasi warga Gaza ke wilayah lain. Macron menyebut tindakan semacam itu melanggar hukum internasional.

"Anda tidak bisa berkata kepada 2 juta orang warga Gaza bahwa, 'oke, kalian akan dipindahkan'," kata Macron pada Rabu (12/2/2025), dilansir Anadolu Agency.

Ia mengatakan bahwa jawaban yang tepat bukanlah operasi real estate, melainkan operasi politik.

Macron juga secara vokal mengkritik invasi Israel ke Jalur Gaza dan Lebanon. Prancis menangguhkan ekspor senjata ke Israel pada Oktober 2024 dan mendesak negara lain untuk melakukan hal serupa.

“Saya selalu menegaskan kembali ketidaksetujuan saya dengan Perdana Menteri (Israel) Benjamin Netanyahu. Saya tidak percaya bahwa operasi besar-besaran yang terkadang menyasar warga sipil adalah jawaban yang tepat," tambahnya.

1. Trump ngotot untuk kuasai Gaza

Presiden AS, Donald Trump. (commons.wikimedia.org/Gage Skidmore)

Pernyataan Macron bersumber dari keinginan Trump untuk merelokasi warga Gaza ke negara tetangga seperti Mesir dan Yordania. Trump ingin membangun Gaza di bawah kekuasaan Washington.

Menurut Trump, ia akan menjadikan Gaza sebagai kawasan real estate yang megah di Timur Tengah. Langkah tersebut telah dikecam oleh berbagai negara, termasuk PBB.

"Jika AS yang memegang kendali atas sebidang tanah itu, Anda akan merasakan stabilitas di Timur Tengah untuk pertama kalinya," kata Trump saat bertemu dengan Raja Yordania, Abdullah II, Selasa (11/2/2025), dilansir Al Jazeera.

Trump berdalih bahwa Gaza kini hancur lebur dan membutuhkan pembangunan ulang. Sementara warga Gaza diragukan untuk melakukan hal itu.

Ia mengatakan, setelah masa pembangunan oleh AS, warga Gaza tak akan diperbolehkan untuk kembali ke wilayah itu. Sebab, kawasan lain yang disediakan untuk mereka akan jauh lebih baik.

2. Mesir tawarkan proposal alternatif

Editorial Team

Tonton lebih seru di