6 Fakta Teror Merah, Episode Kelam Sejarah Ethiopia

Lebih dari 50 ribu orang tewas dibunuh dengan kejam

Jakarta, IDN Times - Hal yang paling bisa diingat oleh masyarakat Indonesia tentang Ethiopia adalah bencana kelaparan yang melanda negara tersebut pada tahun 1980-an. Bencana itu diabadikan oleh musikus Iwan Fals dalam lagunya yang berjudul Ethiopia.

Tapi beberapa tahun persis sebelum bencana kelaparan itu terjadi, Ethiopia dilanda sebuah episode sejarah yang kejam dan brutal. Kekacauan melanda di kota besar dan kecil. Diperkirakan lebih dari 50.000 orang tewas terbunuh.

Episode sejarah brutal itu disebut Teror Merah dan terjadi pada tahun 1977 hingga 1978. Saat itu, Ethiopia dikuasai oleh kekuatan komunis yang disebut rezim Derg. Pemimpin rezim adalah Mengistu Haile Mariam.

Berikut ini fakta-fakta tentang Teror Merah atau orang Ethiopia menyebutnya sebagai Qey Shibir.

1. Revolusi untuk menurunkan Kaisar Ethiopia Haile Selasie

6 Fakta Teror Merah, Episode Kelam Sejarah EthiopiaBendera Ethiopia. (Pixabay.com/jorono)

Kaisar Haile Selassie yang memimpin Ethiopia diturunkan dari singgasana pada 12 September 1974. Kaisar mendapatkan protes yang kuat dari rakyat.

Para perwira militer yang terdiri dari sekitar 120 orang kemudian mengambil alih pemerintahan. Mereka membentuk sebuah komite yang bernama Derg.

Komite inilah yang kemudian memerintah Ethiopia.

Parlemen Ethiopia dibubarkan, konstitusi ditangguhkan dan semua anggota pemerintahan kekaisaran ditangkap atas tuduhan kejahatan terhadap rakyat Ethiopia. Semua tanah dan industri serta institusi dinasionalisasi.

Dalam proses transisi awal pemerintahan, semua berjalan relatif aman terkendali tanpa adanya korban. Proses transisi pemerintahan tersebut juga diiringi slogan "tanpa (pertumpahan) darah."

Akan tetapi, perebutan kekuasaan elit penguasa yang baru menyebabkan munculnya seorang pemimpin bernama Mengistu Haile Mariam. Dan slogan "tanpa darah" itu segera tersingkir.

2. Persaingan para elit politik dalam meraih kepemimpinan

6 Fakta Teror Merah, Episode Kelam Sejarah EthiopiaTank T-55 berkeliaran di ibu kota Addis Ababa setelah kaisar digulingkan. (Wikipedia.org/MSGT ED BOYCE)

Baca Juga: Ethiopia Serang Pabrik Senjata Pemberontak di Tigray, 10 Orang Tewas

Di dalam tubuh Derg, setidaknya ada dua kelompok mayoritas kekuatan. Dua kelompok tersebut yakni Ethiopian People's Revolutionary Party (EPRP) dan All-Ethiopia Socialist Movement (MEISON).

Kedua kelompok tersebut berhaluan Marxis dan bersama mengerahkan kekuatan untuk menumbangkan kekaisaran Ethiopia. Namun kemudian, perebutan kekuasaan oleh elit membuat beberapa pemimpin utama Derg ditangkap dan dieksekusi.

Mereka yang ditangkap dan dieksekusi adalah para elit dari EPRP. Orang yang kemudian mengambil alih kekuasaan utama Derg adalah Mengistu Haile Mariam dari MEISON. Dia menyingkirkan dan mengeksekusi para pemimpin Derg lainnya.

Kaisar Haile Selassie yang meninggal pada tahun 1975 ketika dokter pribadinya tidak ada, juga diduga dibunuh dengan perintah dari Mengistu.

Selama upaya untuk mendapatkan kekuasaan mutlak dalam persaingan di dalam Derg, pertikaian para pendukung Mengistu dan para saingannya itulah yang membuat sejarah Ethiopia berlumuran darah dalam sebuah episode yang disebut Teror Merah.

Dalam sebuah pidato publik pada tahun 1977, Mengistu membawa tiga botol berisi cairan seperti darah. Menurut laporan Human Rights Watch, dia mengajak rakyat untuk melawan para musuh revolusi, sambil membanting botol-botol tersebut.

Setelah itu, Teror Merah mulai dilaksanakan. Serangan kepada EPRP serta anggota dan rakyat Ethiopia yang dituduh berpihak kepada EPRP diluncurkan setidaknya dalam tiga gelombang.

3. Gelombang pertama Teror Merah

6 Fakta Teror Merah, Episode Kelam Sejarah EthiopiaIlustrasi Pistol (IDN Times/Mardya Shakti)

Menurut dokumen sejarah yang dikeluarkan oleh United States Bureau of Citizenship and Immigration Services dan dimuat di laman resmi UNHCR, dalam gelombang pertama Teror Merah, sekitar 2.500 pemuda Ethiopia terbunuh.

Pasukan Mengistu mengejar dan menangkap siapa pun yang dicurigai sebagai anggota atau pendukung EPRP. Polisi rahasia dilibatkan dan dia mengirim persenjataan ke pemerintah lokal untuk membantu menghabisi kelompok yang dia sebut "kontra-revolusioner" itu.

Selain ribuan orang yang terbunuh, ribuan pria, wanita dan anak-anak juga ditahan. Mereka dipenjara di ruang bawah tanah dan harus berjejalan dengan lainnya. Mereka saling mendengar jerit kesakitan tahanan yang disiksa sambil menantikan giliran untuk menerima siksaan serupa.

Brutalitas operasi Teror Merah bahkan mengeksekusi orang-orang di pinggir jalan dan dibiarkan begitu saja dengan ditempeli slogan-slogan untuk menakuti lawan politik.

Salah satu hal yang mengerikan lainnya yakni para keluarga yang masih hidup, diharuskan membayar kepada pemerintah untuk peluru yang dikeluarkan guna membunuh anggota keluarga yang dieksekusi sebelum jenazahnya diberikan untuk dimakamkan.

Sampai pertengahan tahun 1977, Mengistu dapat dibilang telah hampir menetralkan lawan politik di ibu kota Addis Ababa dengan cara kejam itu. Selanjutnya ia meluncurkan operasi "pembantaian" yang lebih luas ke wilayah lain.

4. Teror Merah gelombang kedua

6 Fakta Teror Merah, Episode Kelam Sejarah EthiopiaIlustrasi Pembunuhan (IDN Times/ Mardya Shakti)

Tidak ada angka pasti yang bisa disebutkan dalam korban Teror Merah. Hanya ada perkiraan saja yang bisa diungkapkan.

Dalam gelombang kedua Teror Merah, operasi masih berjalan di ibu kota Addis Ababa tapi juga meluas ke provinsi lainnya di perdesaan Ethiopia.

Mulai pertengah tahun 1977 sampai bulan Oktober, gelombang kedua dari Teror Merah diperkirakan telah menewaskan antara 3.000 sampai 4.000 orang.

Di akhir tahun, setidaknya diperkirakan ada 10.000 orang rakyat di Addis Ababa yang tewas. Operasi terus berlanjut untuk menumpas orang-orang yang dicurigai dan dianggap "kontra revolusioner" di tahun berikutnya meski intensitasnya menurun.

5. Gelombang ketiga Teror Merah

6 Fakta Teror Merah, Episode Kelam Sejarah EthiopiaMuseum untuk mengenang korban Teror Merah di Ethiopia. (Wikipedia.org/Soman)

Mulai Desember 1977 sampai Februai 1978, gelombang ketiga Teror Merah terus dijalankan untuk menghancurkan lawan politik Mengistu Haile Mariam. Ribuan orang ditahan di penjara, tetapi intensitas pembunuhan di tempat publik mulai berkurang.

Sudah jarang ditemukan orang-orang dibunuh di pinggir jalan dan proses eksekusi tersembunyi di dalam penjara.

Menurut laporan Human Rights Watch, pada 21 Desember 1977, pasukan Mengistu menggunakan senapan mesin yang diarahkan ke dalam masjid ketika orang-orang sedang bersembahyang. Sekitar 30 orang tewas.

Dalam periode ini, sekitar 5.000 orang tewas di ibu kota Addis Ababa. Di provinsi lainnya juga banyak yang tewas tapi tidak ada angka pasti yang bisa diberikan untuk jumlah korban pembunuhan itu.

Menurut Amnesty International, sekitar 30.000 orang lawan politik Mengistu Haile dipenjara dan ditahan dalam kondisi yang menderita.

6. Mengistu menjadi Presiden Pertama Ethiopia

6 Fakta Teror Merah, Episode Kelam Sejarah EthiopiaSalah satu pemandangan ibu kota Addis Ababa saat ini. (Unsplash.com/Yohannes Minas)

Banyak dari para korban pembunuhan Teror Merah yang diluncurkan oleh rezim Mengistu adalah para pemuda. Ada juga para pedagang makanan pokok tapi jumlahnya jauh lebih sedikit.

Pemenjaraan rakyat dan pembunuhan para pedagang itu juga dinilai menjadi salah satu kontributor atas bencana kelaparan Ethiopia yang terjadi pada pertengahan tahun 1980-an.

Mengistu Haile Mariam kemudian menjadi penguasa mutlak setelah para lawan politik saingan menyerah. Pada tahun 1983, Mengistu membubarkan Derg dan kemudian menjadi Presiden Ethiopia pertama.

Dari mulai menjabat sebagai presiden sampai tahun 1985, Ethiopia mengalami bencana kelaparan yang membunuh ratusan ribu orang. Akhir tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an, pemberontakan untuk menumbangkan rezim Mengistu terjadi dan pada tahun 1991, dia dilengserkan.

Salah satu kelompok kuat yang mengorganisir pemberontakan itu adalah Tigrayan People's Liberation Front (TPLF). Saat ini, TPLF dianggap kelompok teroris dan diperangi oleh pasukan Perdana Menteri Abiy Ahmed Ali.

Pertempuran antara TPLF dengan pasukan pemerintah Ethiopia masih berlangsung sampai saat ini dan ribuan orang dikabarkan tewas. Tiga wilayah pertempuran yang terjadi adalah di Tigray, Afar dan Amhara.

Setelah digulingkan, Mengistu kemudian melarikan diri ke Zimbabwe. Dia hidup dalam pengasingan. Dilansir Al Jazeera, pada tahun 2008, dia dijatuhi hukuman mati secara in absentia.

Itulah fakta-fakta yang terjadi dalam sejarah berlumuran darah di Ethiopia pada akhir tahun 1970-an yang disebut sebagai Teror Merah.

Baca Juga: Serbu TPLF, Ethiopia Luncurkan Serangan Besar

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya