Aksi Puluhan Ribu Demonstran Antipemerintah Mengguncang Israel

Warga Israel tolak rencana perombakan sistem peradilan

Jakarta, IDN Times - Sekitar 110 ribu demonstran berbaris dan memenuhi jalanan di ibu kota Tel Aviv, Isarel pada Sabtu (21/1/2023) malam. Mereka melakukan protes rencana pemerintahan baru Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu untuk merombak sistem peradilan.

Para demonstran antipemerintah itu mengatakan, rencana perombakan sistem peradilan membahayakan fondasi demokrasi Israel. Tapi, pemerintah mengatakan ketidakseimbangan kekuatan membuat hakim dan penasihat hukum mempengaruhi pembuatan undang-undang dan pemerintahan.

Baca Juga: Warganya Ditahan Hamas, Israel Ngadu ke Paus hingga Sekjen PBB

1. Mantan PM Israel ikut turun melakukan demonstrasi

https://www.youtube.com/embed/L88p4Pz1C3I

Pemerintahan PM Netanyahu saat ini disebut sebagai pemerintahan ultranasional dan ultra-Ortodoks. Mereka juga disebut berencana merombak sistem peradilan, yang menurut aktivis prodemokrasi secara fundamental membahayakan negara itu.

Pekan lalu, protes dengan puluhan ribu orang menentang rencana pemerintahan Netanyahu telah dilakukan. Sabtu, para demonstran kembali melakukan protes dengan tuntutan yang sama.

Dilansir VOA News, pada demonstran berbaris di jalanan sambil membawa spanduk bertuliskan "Anak-anak Kami Tidak akan Hidup dalam Kediktatoran."

Mantan PM Yair Lapid juga ikut dalam protes tersebut dan menjadi salah satu pemimpin oposisi tertinggi yang melakukan protes. "Ini adalah protes untuk membela negara. Orang-orang datang ke sini hari ini untuk melindungi demokrasi mereka," kata Lapid.

Baca Juga: Profil Yair Lapid, Menlu Israel yang Akan Jadi PM Gantikan Bennet

2. Protes menyebar di kota lain di Israel

Selain di ibu kota Tel Aviv, protes anti-pemerintah itu juga meluas ke kota-kota lainnya di Israel. Di Haifa dan Bersyeba, ribuan orang terlihat ikut bergabung dalam protes tersebut, kutip Associated Press.

Tekanan lain juga diterima oleh PM Netanyahu. Jaksa Agung Israel memintanya untuk memecat sekutu utama kabinet yang dibentuk, menyusul keputusan Mahkamah Agung mendiskualifikasi dari memegang jabatan pemerintah karena pelanggaran pajak.

Tapi Netanyahu sepertinya mengabaikan keputusan pengadilan sehingga memperdalam keretakan hubungan antar pemerintah di Israel, khususnya terhadap sistem peradilan di negara itu.

Di dalam kabinet Netanyahu sendiri, juga terjadi keretakan. Menteri Pertahanan Yoav Galant, memindahkan pos terdepan yang tidak sah di daerah pemukiman Palestina. Keputusan itu membuat marah anggota kabinet propemukiman.

Baca Juga: Puluhan Ribu Demonstran Israel: Demokrasi Terancam oleh Netanyahu!

3. Israel sedang dalam keadaan tidak beres

Aksi Puluhan Ribu Demonstran Antipemerintah Mengguncang IsraelPM Benjamin Netanyahu. (Twitter.com/PM of Israel)

Gelombang demonstrasi anti-pemerintah yang terjadi di Israel menjadi tantangan utama PM Netanyahu yang baru saja kembali terpilih menjadi penguasa Israel. Netanyahu, sejauh ini adalah sosok yang paling lama memerintah Israel modern sepanjang sejarahnya.

Dilansir Times of Israel, meski protes itu melibatkan sekitar 110 ribu orang di beberapa kota, tapi berlangsung secara damai. Tidak ada laporan aksi kekerasan atau bentrokan antara demonstran dengan pasukan keamanan.

David Grossman, penulis terkemuka di Israel, ikut turun melakukan demonstrasi dan berbicara di atas panggung. Dia menyebut bahwa Israel saat ini sedang tidak beres.

"Negara Israel didirikan agar ada satu tempat di dunia di mana orang-orang Yahudi, akan merasa betah. Tapi jika begitu banyak orang Israel merasa seperti orang asing di negara mereka sendiri, jelas ada yang tidak beres," kata Grossman.

"Sekarang adalah saat yang gelap. Sekarang saatnya untuk berdiri dan berteriak: Tanah ini ada di dalam jiwa kami," tegasnya.

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya