Jaringan Al-Qaeda dan Milisi Etnis Lakukan Kekejaman di Mali

45 orang dibunuh dalam serangan terpisah

Jakarta, IDN Times - Human Rights Watch (HRW) melaporkan bahwa kelompok ekstremis bersenjata Jama'at Nusrat al-Islam wa al-Muslimeen (JNIM) melakukan pembunuhan terhadap 32 orang pada akhir Januari di desa Ogota dan Ouembe, Mali. Kelompok itu diketahui berafiliasi dengan jaringan al-Qaeda.

Pada Rabu (6/5/2024), laporan HRW juga menyebutkan ada kelompok milisi etnis Duzo yang membunuh 13 orang dan menculik 24 warga sipil di desa lain di Mali tengah pada 6 Januari.

Para ekstremis dan milisi bersenjata itu saling melakukan aksi balas dendam. Kelompok bersenjata telah menyebabkan banyak kejahatan dengan ribuan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Kelompok tersebut juga kerap melakukan kekerasan seperti pembakaran rumah-rumah penduduk.

Baca Juga: PBB: Militan Afiliasi Al-Qaeda Bunuh 40 Warga Sipil di Burkina Faso

1. Lebih dari 350 rumah dibakar

Korban yang dibunuh JNIM termasuk tiga orang anak-anak. Selain itu, dalam aksi yang dilancarkan pada 27 Januari, mereka juga membakar lebih dari 350 rumah.

Dilansir Al Jazeera, aksi tersebut memaksa sekitar 2.000 orang mengungsi. HRW menyebut bahwa kejahatan brutal itu melanggar hukum kemanusiaan internasional dan jelas merupakan kejahatan perang.

"Pihak berwenang perlu bertindak untuk mengakhiri siklus kekerasan yang mematikan dan pembunuhan balas dendam serta memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap warga sipil yang terancam," katanya.

Kelompok jaringan al-Qaeda dan ISIS telah beroperasi di Mali sejak 2015. Mereka banyak merebut wilayah dan membuat sebagian besar negara tidak dapat diatur.

2. Aksi kekerasan bermotif balas dendam

Dilansir Associated Press, para penyintas mengatakan mereka menjadi sasaran karena etnis mereka dan meminta pemerintah berbuat lebih banyak untuk melindungi mereka.

Aksi pembunuhan brutal itu merupakan serangan balas dendam. Milisi Dozo yang sebagian besar terdiri dari etnis Bambara, melakukan kejahatan di desa Kalala yang mayoritas penduduk adalah etnis Fulani.

Sedangkan JNIM adalah ekstremis bersenjata yang sebagian besar anggotanya merupakan etnis Fulani.

"Dozo menargetkan kami karena kami adalah Fulani, dan mereka menganggap semua Fulani adalah teroris," kata salah satu saksi.

Baca Juga: Al-Qaeda-ISIS Serukan Anggotanya Serang Israel, Etnis Yahudi, dan AS

3. Pemerintah Mali gagal menuntut kejahatan kelompok bersenjata

Mali dan negara tetangganya Burkina Faso dan Niger, merupakan tempat kelompok bersenjata beroperasi lintas batas. Tiga negara itu dipimpin junta militer yang telah mengusir pasukan Prancis, yang membantu mereka memukul mundul kelompok bersenjata. Kini mereka memilih Rusia untuk membantu keamanannya.

Dilansir laman resmi HRW, Pakar Independen PBB Alioune Tine pada Februari mengatakan, situasi hak asasi manusia di Mali tidak ada kemajuan yang signifikan dalam mengadili para tersangka pelaku pelanggaran.

Ilaria Allegrozzi, peneliti senior Sahel di HRW, menjelaskan bahwa kegagalan pemerintah meminta pertanggungjawaban kelompok ekstremis dan milisi etnis, hanya menambah keberanian kelompok tersebut untuk melakukan kejahatan lebih lanjut.

"Pihak berwenang harus meningkatkan upaya untuk menyelidiki dan mengadili semua orang yang bertanggung jawab atas pelanggaran berat," katanya.

Baca Juga: PBB: Militan Afiliasi Al-Qaeda Bunuh 40 Warga Sipil di Burkina Faso

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya