AS Ribut dengan Rusia-China di Dewan Keamanan PBB Gegara Korut

AS ingin DK PBB menjatuhkan sanksi kepada Korut

Jakarta, IDN Times - Melalui rapat yang digelar oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), Amerika Serikat (AS) dan sekutunya terlibat cek-cok dengan China dan Rusia. Rapat itu membahas peningkatan peluncuran rudal balistik oleh Korea Utara.

AS mengatakan bahwa peluncuran rudal balistik Korut telah meningkatkan ketegangan dan memicu ketakutan negara-negara tetangga. Dia mengajak sekutu untuk mengutuk aksi yang telah dilakukan Pyongyang.

Namun, China dan Rusia disebut melindungi Korut. China mengatakan peluncuran rudal Korut dipicu oleh latihan militer besar-besaran AS dan Korea Selatan (Korsel).

Sedangkan, Rusia menyebut Washington berusaha secara sepihak melucuti senjata Pyongyang dengan sanksi dan tekanan.

1. AS ingin Korut dapat sanksi

AS Ribut dengan Rusia-China di Dewan Keamanan PBB Gegara KorutLinda Thomas-Greenfield, Dubes AS untuk PBB. (Twitter.com/Ambassador Linda Thomas-Greenfield)

Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, meminta DK PBB untuk menjatuhkan sanksi kepada Korut. Ini karena aksi peluncuran rudal balistik yang dinilai provokatif dan bandel.

"Selama satu setengah minggu terakhir, Korut telah memperburuk tren yang sangat mengkhawatirkan yang telah kita lihat sepanjang tahun, (yaitu) peningkatan jumlah peluncuran (rudal) yang melanggar Resolusi Dewan Keamanan secara mencolok, retorika yang tidak stabil dan mengancam, dan eskalasi yang terus berlanjut," kata Thomas-Greenfield dikutip dari Yonhap.

Dia mengatakan, AS mengutuk 59 peluncuran rudal balistik, termasuk 13 peluncuran rudal Pyongyang yang telah dilakukan sejak 27 Oktober. Dia juga mengatakan bahwa uji coba Korut tentang peluncuran rudal balistik antarbenua sangat memprihatinkan.

Baca Juga: Memanas! Korut Tembak 80 Artileri, Korsel-AS Murka 

2. China dan Rusia membela Korut

Duta Besar China untuk PBB, Zhang Jun, mengatakan bahwa peluncuran rudal Korut merupakan respons atas latihan militer AS-Korsel berskala besar. 

Melansir Associated Press, Zhang Jun juga mengatakan bahwa Tinjauan Postur Nuklir 2022, yang diterbitkan Departemen Pertahanan AS, disebut sebagai langkah Washington untuk mengakhiri rezim Korut.

Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB, Anna Evstigneeva, menyalahkan situasi yang memburuk di Semenanjung Korea pada upaya Washington memaksa Pyongyang melucuti senjata secara sepihak. AS dinilai menggunakan sanksi, memberikan tekanan, dan kekuatannya.

Evstigneeva juga menyebut latihan militer AS-Korsel adalah latihan besar-besaran untuk melakukan serangan ke wilayah Korut.

3. Semua pihak sepakat mencari solusi diplomatik

Dari total 15 anggota DK PBB, 13 di antaranya mendukung AS. Hanya Rusia dan China yang menentangnya. Thomas-Greenfield membela diri bahwa latihan militer AS-Korsel adalah latihan defensif dan tidak menimbulkan ancaman bagi siapa pun.

Melansir ABC, Zhang meminta AS untuk berhenti meningkatkan ketegangan dan konfrontasi. Dia menyarankan ketimbang DK PBB memeri sanksi tambahan kepada Korut, lebih baik memulai kembali dialog dan negosiasi.

Evstigneeva juga menilai sanksi lebih lanjut akan mengancam warga Korut. Dia menegaskan kembali perlunya diplomasi pencegahan dan pentingnya menemukan solusi diplomatik.

Sedangkan, Thomas-Greenfield mengatakan bahwa negaranya tetap memiliki komitmen untuk solusi diplomatik terkait masalah tersebut. Dia juga mengatakan telah menyampaikan permintaan kepada Korut untuk pembicaraan di semua tingkat pemerintah, meski keterlibatan Pyongyang sangat kurang.

Baca Juga: Putin Peringatkan Korsel: Bagaimana jika Kami Kirim Senjata ke Korut?

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya