Bank Dunia akan Cairkan Dana Bantuan untuk Afghanistan

Jumlahnya diperkirakan sekitar Rp7 triliun

Jakarta, IDN Times - Bank Dunia sedang mengupayakan untuk mencairkan dana bantuan bagi Afghanistan. Langkah tersebut dilakukan untuk mengatasi masalah di sektor kesehatan yang limbung.

Dana yang diperkirakan mencapai 500 juta dolar atau sekitar Rp7,1 triliun tersebut, akan disalurkan ke badan-badan kemanusiaan. Proposal pengajuan pencairan dana sedang disusun dan para anggota dewan Bank Dunia akan bertemu secara informal pada hari Selasa (30/11/21) untuk membahasnya.

Sejak Taliban mengambil alih Afghanistan, negara tersebut mengalami goncangan ekonomi. Ribuan pekerja pemerintah tidak mendapatkan gaji selama berbulan-bulan, dan sektor kesehatan terpukul. Selain itu, sekitar 39 juta penduduk berada dalam ancaman kemiskinan.

1. Upaya untuk membantu masalah di sektor kesehatan dan pendidikan

Kepergian pasukan Amerika Serikat (AS) dari Afghanistan, membuat Taliban bangkit dan dengan cepat mengambil alih negara tersebut. Tiga bulan setelah itu, situasi Afghanistan mengalami guncangan ekonomi.

Saat ini, negara tersebut akan menghadapi musim dingin tetapi hampir 40 juta rakyatnya terancam masuk ke jurang kemiskinan. Taliban yang menguasai Afghanistan belum mampu memberikan stabilitas ekonomi yang cukup. Selain itu, ada juga ancaman kekurangan pangan.

Langkah Bank Dunia yang akan mengajukan proposal untuk mencairkan dana bantuan yang dibekukan, adalah salah satu upaya untuk membantu guncangan tersebut. Pakar Afghanistan, menurut Al Jazeera, mengatakan bantuan tersebut akan membantu tetapi kesenjangan besar masih akan tetap ada.

Upaya pencairan dana Bank Dunia untuk membantu Afghanistan, akan digunakan terutama untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan yang sangat mendesak. Dana tersebut belum akan digunakan untuk membayar guru-guru dan para pekerja pemerintah yang telah berbulan-bulan tidak mendapatkan gaji.

Jika kondisi kekacauan ekonomi di Afghanistan tidak menuju perbaikan, maka akan ada ratusan ribu pekerja berhenti melakukan kewajibannya dan akhirnya melakukan eksodus secara besar-besaran dari negara tersebut.

2. Bank Dunia tidak akan melakukan pengawasan terhadap dana bantuan

Baca Juga: Taliban Janji Perempuan Afghanistan Boleh Kuliah 

Menurut salah satu sumber yang mengetahui rencana pengajuan proposal bantuan untuk Afghanistan, Bank Dunia tidak akan melakukan pengawasan terhadap dana tersebut setelah ditransfer ke Afghanistan.

Dilansir Reuters, "proposal itu meminta Bank Dunia untuk mentransfer dana ke PBB dan lembaga kemanusiaan lainnya, tanpa pengawasan atau pelaporan apa pun." Rincian tentang bagaimana dana tersebut akan masuk ke Afghanistan juga tidak disebutkan.

Salah satu kendala utama saat ini oleh pemerintah Taliban yang menguasai Afghanistan adalah sanksi ekonomi dari AS yang sangat mencekik. Washington telah membekukan sekitar 9 miliar dolar atau Rp128 triliun aset bank sentral Afghanistan. AS juga telah menghentikan bantuan keuangan.

Tapi di saat yang sama, AS juga mengupayakan untuk tetap membantu Afghanistan melalui ARTF (Afghanistan Reconstruction Trust Funds) yang telah berdiri sejak tahun 2002 lalu. Di lembaga tersebut, AS adalah donatur terbesar. 70 persen dana ARTF dikucurkan oleh bantuan asing.

Seorang juru bicara Bank Dunia mengonfirmasi bahwa staf dan anggota dewan eksekutif lembaga tersebut sedang melakukan penjajakan pengalihan dara ARTF ke badan-badan PBB, khususnya badan kemanusiaan. Tetapi rincian lebih lanjut tentang hal itu tidak tersedia. PBB sendiri menolak berkomentar.

Salah satu kemungkinan yang pasti dari saluran dana bantuan tersebut adalah, akan melewatkan peran otoritas Taliban yang saat ini berkuasa. Jadi dana bantuan itu akan dikucurkan ke lembaga kemanusiaan dan akan langsung dibagikan ke masyarakat Afghanistan.

3. Mengapa aset Afghanistan dibekukan dan mengapa bantuan dana ke negara tersebut dihentikan?

Bank Dunia akan Cairkan Dana Bantuan untuk AfghanistanIlustrasi penduduk Afghanistan. (Twitter.com/IOM Afghanistan)

Sejak Taliban mengalahkan pasukan pemerintah Afghanistan dan akhirnya menguasai ibu kota Kabul, kelompok tersebut kemudian menguasai Afghanistan secara hampir keseluruhan.

Sejak itu, semua akses perbankan Afghanistan ke internasional kemudian diputus dan semua bantuan dihentikan. AS juga membekukan aset bank sentral negara tersebut yang disimpan di New York.

AS dan PBB terhadap menjatuhkan sanksi kepada para pemimpin Taliban dan melarang bantuan keuangan kepada siapa pun yang berafiliasi dengan pemerintah mereka.

Dilansir Associated Press, alasan pemutusan bantuan dan pembekuan aset adalah, untuk menekan para pemimpin Taliban agar menghormati hak-hak perempuan dan agama minoritas.

Tapi faktanya, Taliban mengangkat semua laki-laki di kabinetnya pada September lalu, dan beberapa di antaranya adalah tokoh dengan keyakinan garis keras. Salah satu orang bahkan pernah menjadi target FBI dengan hadiah 5 juta dolar (Rp71,5 milar) untuk kepalanya.

Dunia internasional kemudian mengalami kebingungan bagaimana membantu orang-orang miskin Afghanistan, tanpa melibatkan para pemimpin Taliban. Banyak organisasi nirlaba kesehatan masyatakat yang berjuang dengan susah payah untuk membayar gaji pegawai, membeli makanan dan bahan bakar untuk rumah sakit agar tetap berfungsi.

Ada sebuah kekhawatiran yang menakutkan atas sanksi yang melumpuhkan bagi Afghanistan. Para pekerja sektor publik yang tidak mendapatkan gaji, dapat menciptakan lebih banyak pengungsi, lebih banyak rakyat miskin menghadapi keputusasaan dan lebih banyak esktremisme akan muncul.

Baca Juga: Jokowi Janji Beri Beasiswa untuk Perempuan di Afghanistan

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya