Bendungan Jebol, Raksasa Tambang Brasil Bayar Puluhan Triliun

Penduduk yang tewas lebih dari 270 orang 

Rio de Janeiro, IDN Times – Perusahaan pertambangan raksasa Vale SA yang berbasis di Brasil sepakat untuk membayar denda sebanyak 7 miliar USD atau sekitar Rp. 98,6 triliun kepada kota Brumadinho di negara bagian Minas Gerais, sekitar 450 km sebelah barat laut dari ibukota Rio de Janeiro.

Pembayaran yang hampir mencapai angka Rp. 100 triliun itu karena pada tahun Januari 2019 silam, bendungan perusahaan yang digunakan untuk menampung limbah, jebol dan menghancurkan pinggiran kota Brumadinho. Limbah kemudian mengubur 300 lapangan sepak bola serta membuat lebih dari 270 orang meninggal dunia. Sebanyak 11 orang hingga saat ini masih belum ditemukan.

Vale SA adalah perusahaan yang berdiri pada tahun 1942 dan telah melakukan ekspansi ke lebih dari 30 negara di dunia. Fokus utama perusahaan tersebut adalah pertambangan logam. Di sisi lain, Vale juga menjadi salah satu operator logistik terbesar di Brasil.

1. Ganti rugi tidak akan berpengaruh pada kasus pidana atau perdata

Bendungan Jebol, Raksasa Tambang Brasil Bayar Puluhan TriliunIlustrasi Persidangan (IDN Times/Mardya Shakti)

Jebolnya bendungan perusahaan Vale adalah salah satu bencana pertambangan paling mematikan di Brasil. Insiden tersebut juga menjadi salah satu bencana lingkungan terparah karena limbah pertambangan mencemari salah satu sungai utama yang menjadi sumber mata air bagi penduduk pinggiran kota Brumadinho.

Pada hari Kamis (4/2) dua tahun setelah bencana itu terjadi, Romeu Zema, gubernur Minas Gerais, mengumumkan bahwa Vale sepakat untuk membayar ganti rugi sebanyak 7 miliar USD atau sekitar Rp. 98,6 triliun terhadap negara bagian.

“Kita berhasil” tulis Zema lewat akun media sosialnya. Melansir dari laman The Guardian, ganti rugi puluhan triliun itu diklaim sebagai paket pemulihan terbesar yang pernah terjadi di Amerika Latin. Namun ganti rugi tetap tidak akan bisa mempengaruhi tuntutan pidana atau perdata terkait kerugian manusia dan lingkungan.

Kepala eksekutif perusahaan juga mengakui bahwa mereka berkomitmen penuh untuk sepenuhnya memperbaiki dan memberi kompensasi kerusakan yang disebabkan oleh tragedi di Brumadinho. Eduardo Bartolomeo, nama kepala eksekutif Vale juga menyatakan “perusahaan akan semakin berkontribusi pada perbaikan dan pengembangan masyarakat tempat kami beroperasi,” katanya.

2. Negosiasi tidak melibatkan penduduk yang menjadi korban

Bendungan Jebol, Raksasa Tambang Brasil Bayar Puluhan TriliunRel kereta api yang putus karena diterjang limbah. (Wikimedia.org/Guilherme Venaglia)

Meskipun pemerintah negara bagian Minas Gerais yang diwakili oleh gubernur bersorak karena menganggap kesepakatan pembayaran dari Vale adalah sebuah keberhasilan, tapi para korban meragukan bahwa uang itu akan digunakan untuk membangun kembali Burmadinho.

Tiga kelompok masyarakat korban yang terdampak dari jebolnya bendungan mengaku tidak pernah dilibatkan dalam negosiasi dengan perusahaan. Joceli Andrioli, salah satu orang yang mewakili masyarakat terdampak mengatakan “itu adalah kesepakatan yang dibuat secara tertutup, tanpa partisipasi dari mereka yang terdampak,” jelasnya seperti dikutip dari Associated Press.

Sekitar 106.000 penduduk korban yang terdampak telah mendapatkan pembayaran bulanan dari Vale sambil menunggu semua proses penyelesaian dirampungkan. Namun hingga kini mereka belum diberitahu apa yang akan sekarang mereka terima.

Andrioli menjelaskan uang tersebut akan digunakan untuk membiayai proyek-proyek mahal di seluruh negara bagian. Diantaranya adalah jalan baru di sekitar ibukota Belo Horizonte dan perbaikan kereta bawah tanah. Andrioli menilai bahwa investasi uang dari perusahaan hanya akan menguntungkan penduduk kota dan politisi negara bagian dari pada meningkatkan kehidupan mereka yang menderita.

Baca Juga: Gagal Kontrol COVID-19, Publik Brasil Minta Bolsonaro Mundur

3. Dampak destruktif dari jebolnya bendungan

Bendungan Jebol, Raksasa Tambang Brasil Bayar Puluhan TriliunOperasi pencarian korban. (Twitter.com/Revista Brasil Mineral)

Total ada 272 orang yang meninggal karena terseret lumpur limbah yang ditampung oleh bendungan yang jebol tersebut. Sebagian besar dari korban adalah karyawan perusahaan Vale. Namun, jebolnya bendungan membuat limbah melaju 80 km/jam dan menghancurkan beberapa desa.

Sungai Paraopeba yang jadi sumber mata air irigasi dan sumber mencari ikan penduduk, hingga saat ini masih belum bisa digunakan karena tercemar. Kepala koordinator dari aktivis SOS Mata Atlantica, Malu Ribeiro, mengatakan jebolnya bendungan telah membuat kontaminasi yang parah.

“Unsur-unsur seperti besi, tembaga dan mangan, dalam konsentrasi tinggi dan pada tingkat sekarang, bahkan bersifat karsinogenik,” kata Ribeiro. Karsinogenik adalah zat yang memicu pertumbuhan sel-sel yang menjadi penyebab tumbuhnya bermacam kanker.

Geraldo, salah satu korban penduduk terdampak mengatakan “Orang-orang di Vale itu mengakhiri hidup kami, kami kehilangan keinginan untuk hidup. Saya memiliki pemikiran yang seharusnya tidak saya bicarakan. Saya hanya ingin putri saya kembali—tetapi saya tahu itu tidak akan terjadi,” katanya kepada BBC.

Tragedi jebolnya bendungan perusahaan tambang yang menimbulkan bencana tak tertahanan bagi para korban, membuat Fabio Schvartsman, mantan bos Vale, mundur dari jabatananya. Dia termasuk salah satu orang yang oleh jaksa penuntut dituduh terlibat dalam “kejahatan” tragedi itu.

Baca Juga: Kecelakaan Pesawat, Presiden dan 4 Pemain Klub Brasil Palmas Tewas 

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya