Debat Keras AS-Rusia di DK PBB tentang Ukraina

China mendukung Rusia

Jakarta, IDN Times - Upaya meredakan krisis di Ukraina terus berlangsung. Masalah itu dibahas di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). Dalam forum tersebut, Amerika Serikat (AS) dan Rusia terlibat perdebatan keras.

Menurut perwakilan AS, Rusia telah menyerang inti dari piagam PBB. Tindakan Rusia dianggap mengancam keamanan dan perdamaian.

Di sisi sebaliknya, Rusia menuduh AS menghidupkan ancaman perang. Padahal, tidak ada pejabat publik satu pun dari pemerintahan Kremlin yang pernah menyatakan bahwa Rusia berencana menyerang Ukraina.

Rusia telah dituduh merencanakan invasi ke Ukraina. Tuduhan itu berdasarkan pada informasi penumpukan pasukan Moskow di sekitar Ukraina, yang jumlahnya sekitar 100 ribu personel.

1. Rusia mengancam keamanan global

Debat Keras AS-Rusia di DK PBB tentang UkrainaKendaraan tempur Rusia. (Twitter.com/ Минобороны России)

Krisis Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran bagi banyak pihak, khususnya pemerintah negara-negara Eropa. Militer Rusia yang menumpuk pasukan di sekitar Ukraina, memicu krisis diplomatik dan meningkatkan kecemasan bahwa Moskow mungkin telah bersiap untuk menyerang Ukraina.

Rusia telah berulangkali menyangkal tuduhan merencanakan invasi. Tapi Rusia meminta AS sebagai ketua NATO, agar Ukraina tidak diterima sebagai anggotanya. Rusia juga menuntut jaminan keamanan jangka panjang berdasarkan hukum.

Upaya meredakan ketegangan itu dibahas di PBB. Dilansir Al Jazeera, Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengatakan bahwa invasi Rusia ke Ukraina akan mengancam keamanan global.

Thomas-Greenfield juga mengatakan "tindakan Rusia menyerang inti dari piagam PBB. Ini jelas dan konsekuensial sebagai ancaman terhadap perdamaian dan keamanan seperti yang bisa dibayangkan siapa pun."

Pemerintahan Joe Biden telah mengatakan akan menjatuhkan sanksi yang mengerikan kepada Rusia jika rencana invasi ke Ukraina benar-benar dilakukan.

2. AS dituduh memprovokasi situasi

Baca Juga: AS Manfaatkan Dewan Keamanan PBB untuk Akhiri Krisis Rusia-Ukraina

Pembahasan masalah krisis Ukraina di PBB berlangsung dengan panas. Dikabarkan, perdebatan keras terjadi antara AS dan Rusia.

Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menuduh bahwa Washington telah menimbulkan ketegangan dengan retorika perang dan memprovokasi eskalasi.

Dilansir Associated Press, Nebenzia mengatakan "Anda ingin itu (perang) terjadi. Anda sedang menunggu hal itu (perang) terjadi, seolah-olah Anda ingin membuat kata-kata Anda menjadi kenyataan."

Nebenzia juga menyalahkan AS atas penggulingan Presiden Ukraina pada tahun 2014. Saat itu, Ukraina dipimpin oleh Viktor Yanukovich yang dekat dengan Kremlin. Yanukovich lengser dari jabatan dan melarikan diri ke Rusia.

Menurut Nebenzia, penggulingan itu telah membawa kekuasaan nasional, radikal, Russophobia serta Nazi murni di Ukraina, sehingga menciptakan antagonisme Ukraina-Rusia. "Jika mereka tidak melakukan ini, maka kita sampai saat ini akan hidup dalam semangat hubungan bertetangga yang baik dan kerja sama," kata Nebenzia.

Ketika Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya mulai berbicara dalam membahas masalah tersebut, Nebenzia meninggalkan ruang dewan. 

3. China dukung Rusia

Debat Keras AS-Rusia di DK PBB tentang Ukrainailustrasi ranpur Ukraina (Twitter.com/Defence of Ukraine)

Rusia sebelumnya telah menolak pertemuan terbuka seperti yang baru saja dilakukan di DK PBB. Ini karena, Rusia menganggap bahwa tuduhan AS tidak berdasar dan juga telah disangkal.

Nebenzia menyinggung jumlah pasukan di dekat Ukraina yang menurut AS sekitar 100 ribu personel. Jumlah itu, hanya dibuat-buat oleh AS karena jumlah pastinya tidak pernah disebutkan oleh pejabat Rusia mana pun.

Selain itu, Moskow juga telah menyangkal merencanakan invasi ke Ukraina. Rencana invasi juga tidak pernah disebutkan oleh pejabat Rusia.

China yang berada di DK PBB, mendukung Rusia dengan mengatakan bahwa pertemuan seperti itu seharusnya tidak diadakan.

Dilansir Politico, Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun mengatakan "alasan mengapa AS meminta dewan untuk mengadakan pertemuan terbuka ini adalah karena penempatan pasukan Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina menimbulkan ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional. China tidak dapat menyelaraskan diri dengan poin ini.”

Menurut Gedung Putih, AS tidak mengarang soal jumlah pasukan Rusia di sekitar Ukraina. Laporan itu didapat dari pengumpulan intelijen terkoordinasi dengan mitra di lapangan.

Perdebatan panas di DK PBB tersebut juga melibatkan Duta Besar Kenya untuk PBB. Martin Kimani mengatakan "ketika gajah berkelahi, rumputlah yang menderita."

Baca Juga: AS Manfaatkan Dewan Keamanan PBB untuk Akhiri Krisis Rusia-Ukraina

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya