Dugaan Penipuan Dana Publik, Capres Prancis Marine Le Pen Diselidiki

Bukan pertama kalinya tersandung kasus yang sama 

Jakarta, IDN Times - Agen antipenipuan Uni Eropa (UE) OLAF, memberikan laporan dugaan penipuan yang dilakukan Marine Le Pen, kandidat Presiden Prancis yang jadi lawan petahana Emmanuel Macron. Jaksa Prancis saat ini sedang menganalisis laporan tersebut.

Laporan dari OLAF itu awalnya diberitakan oleh media investigasi Prancis. Le Pen yang saat ini tinggal beberapa hari lagi bertanding dalam pilpres putaran kedua melawan Macron, membantah telah melakukan kesalahan dan menyebut laporan itu sebagai permainan kotor.

Dugaan kasus penipuan yang menjerat Le Pen terjadi saat kandidat Presiden Prancis itu menjadi anggota parlemen UE. Le Pen dan anggota partai lainnya dituduh menggunakan ratusan ribu euro dana publik untuk alasan fiktif seperti membiayai perusahaan yang dekat dengannya atau untuk kepentingan partai.

Baca Juga: Emmanuel Macron Menang Putaran Pertama Pilpres Prancis

1. Tuduhan penipuan penyalahgunaan dana publik

Dugaan Penipuan Dana Publik, Capres Prancis Marine Le Pen Diselidikiilustrasi uang Euro (Pexels.com/Pixabay)

Marine Le Pen menjadi kandidat Presiden Prancis setelah mendapatkan suara terbanyak kedua dalam pilpres putaran pertama. Emmanuel Macron meraih suara terbanyak dalam putaran tersebut. Le Pen saat ini bertanding melawan petahana Emmanuel Macron untuk pilpres putaran kedua yang dijadwalkan berlangsung pada 24 Februari.

Tapi kabar tak sedap kini tengah menerpa Le Pen. Dia diduga melakukan penipuan dengan menyalahgunakan anggaran publik ketika menjabat sebagai anggota parlemen UE pada tahun 2004-2017.

Laporan dari OLAF yang telah diberikan kepada kantor kejaksaan Paris untuk diselidiki sudah diberikan bulan lalu. Tapi baru kali ini itu diketahui oleh publik. Dikutip dari Associated Press, kantor kejaksaandisebut sedang menganalisis laporan tersebut pada Senin (18/4/22) .

OLAF menuduh Le Pen dan anggota partai melakukan pelanggaran berat dan mengatakan terjadi perilaku yang tidak pantas dari anggota National Rally, partai yang didirikan oleh ayah Marine Le Pen, Jean-Marie Le Pen. Perilaku tersebut bahkan dianggap membahayakan reputasi UE.

Baca Juga: Pemimpin Prancis dan Polandia Saling Ejek Imbas Perang Rusia-Ukraina

2. Bukan pertama kalinya tersandung kasus serupa

Sampai sejauh ini belum ada penyelidikan resmi yang dibuka atas kasus dugaan penipuan yang menjerat Le Pen. Pihak OLAF belum mau memberikan komentar terkait hal itu. Rilis resmi dari pihak berwenang juga belum diterbitkan.

Dilansir Euronews, Le Pen, ayahnya dan anggota partai lain dari National Rally dituduh telah menggunakan dana publik sebesar 617 ribu euro atau sekitar Rp9,56 miliar. Penggunaan dana itu untuk kepentingan perusahaan yang dekat dengan National Rally dan digunakan dengan asalan fiktif.

Laporan yang menjerat Le Pen saat ini juga bukan pertama kalinya dia dituduh menyalahgunakan dana UE. Pada tahun 2018 lalu, Le Pen didakwa menggunakan asisten fiktif dalam daftar untuk mendapat gaji parlemen UE yang kemudian uang itu digunakan sebagai aktivitas partai politik.

Baca Juga: Temui Presiden Prancis, Prabowo Bahas Kelanjutan Pembelian Jet Rafale

3. Le Pen membantah tuduhan tentang penipuan

Dugaan Penipuan Dana Publik, Capres Prancis Marine Le Pen DiselidikiMarine Le Pen berfoto dengan para pendukung di belakangnya ketika kampanye (Twitter.com/Marine Le Pen)

OLAF telah melakukan investigasi sejak 2016 lalu. Marine Le Pen disebut telah diinterogasi melalui layanan pos pada Maret tahun 2021. Pengacara Le Pen, Rodolphe Bosselut mengatakan kliennya membantah tuduhan tersebut.

Dikutip dari Al Jazeera, Bosselut juga menepis laporan adanya interograsi yang dilakukan terhadap Le Pen. Kliennya itu, menurut pengacara, juga belum melihat laporan dari OLAF.

Jordan Bardella, presiden National Rally mengatakan "Prancis tidak akan tertipu oleh upaya Uni Eropa dan lembaga-lembaga Eropa untuk ikut campur dalam kampanye presiden dan merugikan Marine Le Pen."

Marine Le Pen adalah kandidat Presiden Prancis dari sayap kanan yang jadi lawan terkuat Emmanuel Macron. Selama menjabat di UE, dia kerap melancarkan kritik terhadap blok tersebut. Le Pen bahkan punya gagasan untuk mengeluarkan Prancis dari UE (Frexit), seperti yang dilakukan oleh Inggris dalam peristiwa Brexit.

Tapi dalam kampanye pilpres kali ini, Le Pen secara tegas mengatakan tidak ingin meninggalkan UE. Namun para analis melihat program kebijakan kampanye kandidat presiden sayap kanan itu, banyak yang bertentangan dengan nilai-nilai dan hukum UE.

Dikutip dari The Guardian, Mujtaba Rahman, direktur dari lembaga konsultan Eurasia Group di Eropa, mengatakan kebijakan UE Le Pen merupakan ancaman yang jauh lebih besar bagi status quo UE daripada Brexit.

"Kami akan tetap berada di dalam bus tetapi mengendarainya dari tebing, mencoba untuk menghancurkan UE dari dalam," ujarnya mengibaratkan kebijakan Le Pen itu.

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya