Fakta Perang Talas, Pasukan China Kalah Telak oleh Pasukan Abbasiyah

Pengaruh Islam di Asia Tengah jadi mengakar

Jakarta, IDN Times - Perang Talas terjadi pada tahun 751 Masehi. Meski banyak ahli berpendapat bahwa perang ini adalah salah satu perang penting dalam sejarah, tapi Perang Talas tidak populer. 

Perang Talas berlangsung di Sungai Talas yang saat ini berada di negara Kyrgyzstan. Ambisi Dinasti Tang China dalam ekspansinya ke Asia Tengah, terpaksa pupus karena pasukannya dihabisi oleh pasukan Khalifah Abbasiyah.

Dampak dari Perang Talas juga dapat dibilang signifikan. Usai perang tersebut, pengaruh Arab-Islam sampai saat ini masih mendominasi lanskap Asia Tengah.

Selain aksi saling melukai layaknya dalam setiap pertarungan, dalam Perang Talas juga terjadi pertunangan ilmu pengetahuan. Islam mendapatkan teknologi pembuatan kertas yang didapat dari tahanan perang China. Teknologi itu disebarkan Islam sampai Afrika dan Eropa.

Berikut ini adalah fakta-fakta Perang Talas, salah satu perang penting yang membuat China harus memutar balik ambisinya dalam melebarkan ekspansi.

1. Tabrakan dua peradaban raksasa

Fakta Perang Talas, Pasukan China Kalah Telak oleh Pasukan AbbasiyahIlustrasi tentara China klasik (youtube.com/Magnolia Pictures & Magnet Releasing)

Ekspansi Arab-Islam adalah salah satu ekspansi yang menakjubkan. Hampir dua dekade sejak Nabi Muhammad wafat, pengaruh Islam telah terbentang di seluruh Timur Tengah. Agama Islam menciptakan sebuah peradaban raksasa yang berpatokan pada kitab suci al-Qur'an dan Hadist Sang Nabi.

Tapi Asia Tengah yang dihuni orang-orang Iran dan suku Turki nomaden, secara militer harus diakui sulit ditaklukkan.

Namun dengan semangat penyebaran agama yang bergairah, Jenderal Qutaiba yang cerdik dari Kekhalifahan Ummayah Damaskus meraih kesuksesan awal, membawa Islam ke Asia Tengah.

Pasukannya mampu menaklukkan kota-kota Bukhara dan Samarkand yang kaya dan makmur karena jadi persinggahan utama perdagangan Jalur Sutra.

Penaklukan Arab-Islam ke timur inilah yang akhirnya membawanya bertabrakan dengan peradaban raksasa China. Dinasti Tang China saat itu juga sedang dalam bersemangat melebarkan ekspansi ke barat.

Kedua peradaban tersebut dapat dibilang menyadari bahwa pertempuran di Jalur Sutra hanya akan mengganggu perdagangan dan merugikan secara komersial. Kedua peradaban sama-sama sudah menjalin komunikasi dengan saling mengirim duta besar.

Tapi kemunculan Kerajaan Tibet yang kaya, membuat jalan sejarah menjadi berbeda.

2. Terlibatnya kerajaan Tibet

Fakta Perang Talas, Pasukan China Kalah Telak oleh Pasukan Abbasiyahilustrasi (Unsplash.com/Xuyu Chi)

Tibet yang mulai memiliki kekuatan telah lama bertemu dengan pasukan China dalam perebutan wilayah. Bahkan Tibet sempat menguasai daerah-daerah vital. China kemudian menjalin aliansi dengan kerajaan kecil di belakang Tibet. China dengan aliansinya dapat membendung langkah ekspansi pasukan Tibet yang pemberani.

Pasukan Tibet kemudian meminta bantuan pasukan Arab-Islam menggulingkan Raja Ilkhsid dan mengangkat Alutar sebagai pengganti pada tahun 715 Masehi. Ilkhsid meminta China untuk menggulingkan Alutar dan mengembalikan kekuasaannya.

Koalisi Arab-Tibet kemudian melakukan pengepungan di sebuah kota di Xinjiang saat ini. China mengirim tentara bayaran, orang-orang suku Turki nomaden yang disebut Turki Karluk. Pasukan Arab-Tibet kemudian berhasil dipukul mundur.

Kelompok Turki Karluk ini nantinya akan memiliki pengaruh signifikan dalam Islam di Asia Tengah.

Krisis tersebut yang kemudian nantinya membawa dua pasukan besar dari Arab-Islam Kekhalifahan Abbasiyah bertemu dengan pasukan Dinasti Tang China.

Pada tahun 750 Kekhalifahan Umayyah jatuh, digulingkan oleh Kekhalifahan Abbasiyah. Peta politik internal kekuatan Islam berubah, namun pasukan Abbaisyah terbukti lebih agresif. Pusat Islam yang tadi berada di Damaskus Suriah, berpindah ke Baghdad Irak.

3. Perselisihan kerajaan lokal

Fakta Perang Talas, Pasukan China Kalah Telak oleh Pasukan Abbasiyahilustrasi pasukan Abbasiyah (youtube.com/Parliament Cinema Club 4k)

Sebab lain Perang Talas yang spektakuler pada dasarnya adalah karena perselisihan kerajaan kecil di Lembah Ferghana. Lembah tersebut membentang di wilayah Uzbekistan, Tajikistan dan Kirgizstan saat ini.

Raja Ferghana bersengketa dan bentrok dengan Raja Chach Tashkent tentang perbatasan. Raja Chach sebelumnya telah menjalin hubungan dekat dengan pasukan Arab-Islam. Raja Ferghana pada tahun 750 Masehi meminta bantuan China, dan Dinasti Tang mengirim Jenderal Go Seong-ji, seorang etnis Korea.

Jenderal Go, dengan taktiknya yang licik dan cerdas berhasil menghancurkan Raja Chach. Tapi putra raja berhasil melarikan diri dan melaporkan hal itu pada gubernur Abbasiyah di Khorasan yang bernama Abu Muslim.

Abbasiyah kemudian mengumpulkan pasukannya dan berbaris menuju timur. Mereka datang untuk menegaskan supremasinya di wilayah tersebut. Pada akhirnya, dua pasukan dari dua peradaban besar Asia akan berjumpa dalam pertempuran berdarah di dekat Sungai Talas pada tahun 751 Masehi.

Baca Juga: Sejarah Anglo-Zanzibar, Perang Tersingkat dalam Sejarah

4. Pertemuan pasukan Khalifah Abbasiyah dan Dinasti Tang di Sungai Talas

Fakta Perang Talas, Pasukan China Kalah Telak oleh Pasukan Abbasiyahilustrasi perang (Unsplash.com/Hasan Almasi)

Dengan berbagai sebab yang jadi latar belakang, akhirnya pasukan Khalifah Abbasiyah dan Dinasti Tang berjumpa di arena peperangan. Gubernur Khorasan Abu Muslim mengirim Jenderal Ziyad bin Shalih, yang juga Gubernur Bukhara, membawa pasukannya ke timur dan bertemu pasukan Jenderal Go Seong-ji dari Dinasti Tang China.

Tentara Abbasiyah terdiri dari pasukan Arab dan daerah taklukkan Transoxiana serta koalisi pasukan Tibet. Sedangkan tentara Tang terdiri dari pasukan China, Ferghana dan Turki Karluk.

Masing-masing pihak menilai pasukan terdiri dari lebih 100 ribu tentara. Tapi para analisis memperkirakan jumlah tersebut terlalu berlebihan dan kedua pasukan itu kemungkinan besar antara 30.000 sampai 50.000 tentara.

Komposisi masing-masing pasukan menggunakan pemanah di barisan pertama dan tombak di bagian kedua. Di belakang, pasukan Abbasiyah memiliki kavaleri berat, keunggulan yang tak dimiliki pasukan Tang.

Tentara Tang Cina memiliki jumlah infanteri dan pemanah yang lebih banyak, sedangkan pasukan Abbasiyah terdiri dari 50 persen infanteri dan 50 persen kavaleri.

Kedua pasukan berjumpa di dekat Sungai Talas yang saat ini berada di daerah perbatasan Kyrgyzstan dan Kazakhstan modern. Pertempuran berdarah dan sengit terjadi selama lima hari.

Tentara Tang China berhasil dipukul dengan keras, bahkan sampai sebagian besar gugur di medan peperangan. Jenderal Go dikisahkan pulang ke China hanya dengan sisa pasukan yang jumlahnya sedikit.

5. Peran Turki Karluk yang kontroversi

Fakta Perang Talas, Pasukan China Kalah Telak oleh Pasukan Abbasiyahilustrasi (Unsplash.com/Yang Shuo)

Dari banyak catatan tetang Perang Talas, sebagian besar menempatkan kelompok Turki Karluk sebagai kelompok yang memiliki peran penting dalam pertempuran tersebut.

Sejak awal kisah, orang-orang suku nomaden Asia Tengah tersebut telah memiliki kedekatan dengan China. Di Talas, mereka juga bertempur di pihak tentara Tang.

Tapi di tengah pertempuran, pasukan Turki Karluk berbalik menghajar tentara Tang yang kemudian secara signifikan membuat pasukan China itu terpukul berantakan. Dampak dari serangan Turki Karluk ke pasukan Tang sangat luar biasa, karena melemahkan kekuatan.

Mengikuti serangan tersebut, tentara gabungan Abbasiyah melakukan serangan frontal habis-habisan, mendorong mundur tentara Tang yang dipimpin oleh Jenderal Go. Korban tewas di pihak Tang diperkirakan mencapai 30.000 orang sedangkan di pihak Abbasiyah sekitar 10.000 tentara.

Dinasti Tang menyalahkan peran Turki Karluk yang berkhianat. Tapi di wilayah yang jauh dari pusat kekuatan besar tersebut, aliansi dengan mudah dapat dibuat cepat, atau berbelok arah menjadi musuh. Berbeloknya Turki Karluk ke pihak Abbasiyah, juga bukanlah hal yang mengejutkan.

Beberapa analis menyebutkan, Jenderal Ziyad telah mengoordinasikan hal itu dengan kelompok nomaden Turki Karluk sebelum pertempuran benar-benar terjadi. Dan bagaimanapun, kemenangan pihak Abbasiyah benar-benar menentukan. Asia Tengah menjadi semakin Islam, termasuk mempengaruhi Xinjiang yang saat ini jadi bagian China.

6. Tersebarnya teknologi pembuatan kertas

Fakta Perang Talas, Pasukan China Kalah Telak oleh Pasukan Abbasiyahilustrasi (Unsplash.com/Dan Cristian Paduret)

Banyak anekdot yang tersebar bahwa setelah Perang Talas, maka dunia muslim berkenalan dengan teknologi pembuatan kertas yang diajarkan oleh tahanan perang dari tentara Dinasti Tang.

Ada ribuan tentara Tang yang ditahan setelah Perang Talas di Samarkand, banyak di antaranya bisa bebas jika mengajarkan ketrampilannya. Salah satunya mengajarkan teknologi pembuatan kertas.

Teknologi tersebut kemudian segera membuat Samarkand menjadi salah satu kota produksi dan distribusi kertas, yang mendapat dukungan dari Jalur Sutra yang ramai. Kertas teknologi dari China itu lebih berkualitas, lebih kuat dan lebih murah dibandingkan dengan kertas perkamen, papirus atau sutra yang telah digunakan lebih dulu.

Ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah Baghdad kemudian menyerap teknologi tersebut pada tahun 793 Masehi. Tenaga air digunakan untuk membuat kertas dan secara cepat benda tersebut sangat berharga.

Buku-buku dan kitab yang dihasilkan oleh para sarjana Islam di Baghdad dituliskan dengan kertas. Wilayah Islam yang luas sampai Afrika Utara dan Eropa Selatan, akhirnya juga mengenal kertas. Teknologi pembuatan kertas menjadi tersebar merata di wilayah kekuasaan Islam.

Di Eropa, teknologi kertas sampai ke wilayah tersebut pada abad ke-10. Spanyol pertama kali yang mengenalnya, kemudian menyebar ke Prancis dan akhirnya dengan pelan ke seluruh Eropa. Pada abad ke-15, kertas secara luas digunakan di seluruh Eropa.

Perang Talas dianggap sebagai titik awal bagaimana kertas menjadi benda berharga dan tersebar ke seluruh dunia.

Tapi sebenarnya, hal yang paling dasar tentang teknologi pembuatan kertas itu telah digunakan oleh para biksu Buddha untuk menuliskan kitab-kitab mereka. Teknologi itu telah berkembang pesat di Asia Selatan, di anak benua India, pada pertengahan tahun 600-an Masehi.

Praktik keagamaan Buddhis tersebut berperan penting dalam persebaran kertas. Agama Buddha yang berkembang sampai China, Korea dan Jepang, turut membawa teknologi pembuatan kertas.

Sampai kemudian peradaban China bertemu dengan peradaban Islam, persebaran kertas juga berkembang pesat karena praktik keagamaan. Kitab-kitab karya sarjana Islam, banyak dibuat dengan teknologi tersebut. Kitab-kitab itu ditulis di kertas dari sarjana Islam di Baghdad, Damaskus, Kairo, sampai Cordoba.

7. Asia Tengah semakin Islam hingga saat ini

Fakta Perang Talas, Pasukan China Kalah Telak oleh Pasukan Abbasiyahilustrasi Samarkand (Unsplash.com/Snowscat)

Usar Perang Talas, kekalahan telak pasukan China membuat Dinasti Tang tak lagi melebarkan ekspansinya ke arah barat. Abbasiyah semakin menegaskan kekuasaan Islam di Asia Tengah dan wilayah itu menjadi semakin muslim, sampai saat ini.

Tapi kemenangan besar pasukan Abbasiyah, bukan semata-mata sebab utama mengapa China menghentikan ekspansinya ke barat. China saat itu telah sibuk menghadapi pemberontakan di selatan, timur dan utara.

Setelah Perang Talas, Dinasti Tang sibuk memerangi pemberontakan tersebut. Pemberontakan paling terkenal dipimpin oleh Jenderal An Lushan. Dia mulai memobilisasi pasukannya pada 16 Desember 755, empat tahun setelah pasukan Tang kalah dalam Perang Talas.

Pemberontakan An Lushan jadi salah satu pemberontakan terkenal dalam peradaban China. Dia menggoyang dan menggetarkan Diansti Tang. Ribuan orang tewas dalam peristiwa tersebut.

Episode ini tragis karena pada tahun 757 Masehi, Jenderal An Lushan sendiri dibunuh oleh puteranya yang bernama An Qinxu. An Qinxu kemudian dibunuh oleh Jenderal Shi Siming, pengikut setia dan teman masa kecil An Lushan.

Baca Juga: Sejarah Penulisan Al-Qur'an dan Pengumpulannya dalam 3 Masa

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya