Fakta Uzbekistan, Negeri Lahirnya Timur Lenk Sang Penghancur

Pernah jadi pusat Islam di Abad Pertengahan

Jakarta, IDN Times - Uzbekistan adalah negara Asia Tengah paling strategis dalam Jalur Sutra di masa lalu. Dilewati sungai Syr Darya dan Amu Darya, Uzbekistan adalah oasis di padang pasir yang menarik para pedagang dan para perampok ambisius.

Wilayah ini memiliki sejarah peradaban yang berlumuran darah, tapi juga penuh dengan ketakjuban. Penguasa hebat masa lalu seperti Jengis Khan mewarnai peradaban Uzbekistan. Selain itu, Timur Lenk, Sang Raja Penghancur juga berasal dari Uzbekistan dan mendirikan Kekaisaran yang kuat di sini.

Ketika Kekaisaran Rusia melakukan ekspansi ke Asia Tengah, Uzbekistan termasuk wilayah yang ditaklukkan. Saat kaum Bolshevik menghancurkan Tsar dan mendirikan Uni Soviet, Uzbekistan termasuk menjadi wilayah andalan sebagai penyuplai kapas dan tempat uji coba nuklir.

Ketika Soviet runtuh, Uzbekistan merdeka pada tahun 1991. Sebagai negara pasca Soviet, kepemimpinan di negeri tersebut tidak jauh beda, yakni bergaya diktator yang dipimpin oleh Islam Karimov. Kini Uzbekistan mulai melakukan reformasi ekonomi, meski masih terus berkutat menyelesaikan kemiskinan rakyatnya.

Berikut ini adalah fakta-fakta Uzbekistan, negeri dengan populasi terbesar di Asia Tengah, yakni lebih dari 30 juta penduduk.

1. Jalur Sutra membuat kota-kota tumbuh di Uzbekistan masa lalu

Fakta Uzbekistan, Negeri Lahirnya Timur Lenk Sang Penghancurilustrasi (Unsplash.com/Snowscat)

Uzbekistan adalah negeri yang terkunci daratan. Negeri ini tidak memiliki laut. Perairan paling luas yang berbatasan dengan Uzbekistan adalah Laut Aral, yang kini hampir separuhnya telah menyusut karena proyek irigasi pertanian di era Soviet.

Di masa lalu, Uzbekistan menjadi wilayah strategis dan menguntungkan karena jadi bagian utama perjalanan pedagang di Jalur Sutra. Kota-kota tumbuh di wilayah ini seperti Andijan, Khokand, Rishtan, Samarkand, Bukhara, Khiva dan Tashkent.

Orang-orang yang menguasai wilayah ini adalah etnis Turki pengembara, yang sebagian besar menghuni Asia Tengah dan bercampur dengan peradaban Persia klasik. Mereka mendirikan kerajaan Soghdiana,Tokharia dan Baktria. Tumbuh kembangnya kota-kota tersebut, tidak terlepas dari para penguasa yang memerintah.

Kekayaan kota-kota dari kerajaan yang memerintah, sering menarik para suku nomaden untuk merampok. Konflik intra-regional kerap berlangsung di wilayah tersebut, yang membuatnya sering terjadi pertumpahan darah.

Yang paling terkenal adalah penaklukkan Alexander Agung pada 328 SM. Dia dan pasukannya sempat singgah di Samarkand, menggabungkan kerajaan Baktria-Yunani, sebelum akhirnya melanjutkan ekspedisi ke India.

Tapi pengaruh Yunani ini ditumpas oleh para para ksatria nomaden Scythian, para pengembara tangguh yang pernah dibahas secara rinci oleh Herodotus, seorang sejarawan Yunani.

Menurut Herodotus yang dikutip British Museum, orang-orang Scythian adalah para pejuang yang tidak bisa dikalahkan sekaligus tidak bisa didekati karena bangsa pengembara. Perlengkapan seperti kuda, panah, dan pedang yang mereka gunakan, sangat kuat dan kokoh.

2. Uzbekistan jadi bagian wilayah Islam

Fakta Uzbekistan, Negeri Lahirnya Timur Lenk Sang Penghancurilustrasi warga Uzbekistan (Unsplash.com/Salohiddin Kamolov)

Meski orang-orang Scythian disebut mampu meruntuhkan pengaruh Yunani yang menyusut, tapi orang-orang dan budaya dari kerajaan Soghdiana tidak serta-merta menghilang. Memasuki pertengahan abad ke-7, Kekhalifahan Umayyah yang berpusat di Damaskus melebarkan ekspansinya ke barat di Afrika Utara dan ke timur di Transoxiana, yang kini sebagian besar adalah Uzbekistan.

Orang-orang Arab Islam tersebut menyebut wilayah itu Mawannahr.

Jenderal perang cerdik Abu Hafs Qutayba bin Abi Salih Muslim memimpin ekspansi Kekhalifahan Umayyah ke wilayah Persia-Iran, dan secara sporadis mencapai Mawannahr. Karena disebabkan pertikaian internal di kalangan penguasa lokal Soghdiana dan Persia, wilayah itu dengan mudah dapat dikuasai.

Secara bertahap, orang-orang di wilayah ini juga mulai masuk dalam pengaruh Islam dan mulai menjadi muslim. Tapi pengaruh Arab Islam di Uzbekistan yang paling signifikan adalah ketika pasukan Kekhalifahan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad datang ke wilayah tersebut.

Mereka yang bersekutu dengan suku Turki nomaden lokal yang banyak menjadi budak, berhasil menahan ekspansi pasukan Dinasti Tang China pada tahun 750 M. Pertempuran itu terjadi di Sungai Talas. 

Pasukan China kalah telak dan tak lagi melanjutkan ekspansi ke Asia Tengah. Sedangkan Arab Islam menegaskan supremasinya di Asia Tengah, yang nantinya menjadikan agama itu berkembang menjadi budaya yang luhur berdasarkan ilmu pengetahuan.

Kota Bukhoro atau Bukhara jadi salah satu pusat budaya kontemporer yang melahirkan para intelektual terkemuka di dunia muslim. Bahkan, Bukhara dapat julukan "Kubah Islam Timur." Kemegahannya mewarisi kemakmuran kota-kota metropolis saat itu seperti Baghdad, Kairo dan Cordoba.

Saat kekuatan Kekhalifahan Abbasiyah melemah, para penguasa Iran lokal muncul dan memerintah Asia Tengah dengan mendirikan Dinasti Samaniyah. Bahasa Persia mulai memiliki peran di kawasan tersebut. Kombinasi budaya Arab dan Persia serta Turki nomaden kuno saling bersinergi dan terus berkembang di Uzbekistan.

3. Dikuasai suku Turki

Fakta Uzbekistan, Negeri Lahirnya Timur Lenk Sang Penghancurilustrasi Samarkand (Unsplash.com/Snowscat)

Orang-orang Turki nomaden yang banyak menjadi budak dan dijadikan tentara, dengan pelan mulai mengambil alih wilayah Mawannahr tersebut. Mereka juga termasuk jadi tentara di Dinasti Samaniyah, serta tentara di Kekhalifahan Abbasiyah.

Pada akhir abad ke-10, orang-orang Turki ini mulai menduduki kekuasaan seiring melemahnya Samaniyah. Mereka pada akhirnya mendirikan kerajaannya sendiri, dan suku-suku Turki nomaden lainnya mulai bermigrasi ke Mawannahr.

Dinasti pertama yang didirikan oleh orang-orang Turki bekas budak tersebut adalah Ghaznawi atau Dinasti Ghaznawiyah. Pusat pemerintahan mereka berada di Ghazni, salah satu kota di Afghanistan.

Mereka mengambil alih wilayah Samaniyah juga melebarkan kekuasaan sampai sungai Indus di India.

Dinasti Ghaznawi yang didirikan oleh orang-orang suku Turki yang telah terpengaruh budaya Persia-Islam tersebut kemudian pecah oleh kelompok lain. Orang-orang Turki yang dulu pernah mendukung Samaniyah kemudian membangun pasukan dan mendirikan Kekaisaran Turki Seljuk. Mereka melebarkan ekspansi ke barat sampai ke Anatolia atau Turki modern saat ini.

Kekaisaran Seljuk ini banyak menyatukan perpecahan politik dalam dunia Islam timur. Ekspansi mereka mencapai pintu masuk benua Eropa, mulai mengambil wilayah Bizantium atau Konstantinopel, termasuk menguasai Yerusalem dan menyapu tentara Armenia.

Sampainya kekuasaan Seljuk di pintu masuk Eropa inilah yang kemudian memunculkan Perang Salib Pertama (1096–1099).

Melemahnya Seljuk membuat beberapa penguasa lokal Persia lahir dan mendirikan kerajaannya sendiri. Salah satu kerajaan saat itu adalah Kekaisaran Khwarazm. Kerajaan ini berpusat Samarkand dan menguasai sebagian besar wilayah Persia, Uzbekistan dan Turkmenistan serta sebagian Afghanistan.

Baca Juga: 5 Penjelasan Park Solomon soal Berdarah Blasteran Korea-Uzbekistan

4. Dihancurkan oleh Jengis Khan

Fakta Uzbekistan, Negeri Lahirnya Timur Lenk Sang Penghancurilustrasi Jengis Khan yang diabadikan di lembar mata uang (Pixabay.com/jackmac34)

Munculnya sosok Temujin yang kemudian dikenal sebagai Jengis Khan, telah mengubah populasi dan peta kekuasaan di Asia Tengah. Dia awalnya sedang dalam perluasan wilayah ke timur laut China.

Di sisi lain, dia mengirim utusan untuk menjalin hubungan dagang dengan Kekaisaran Khwarazm. Tapi utusan tersebut justru dibunuh oleh gubernur kota Otrar. Jengis Khan murka. Dia memerintahkan pasukan bertahan yang tak terkalahkan di perbatasan China, sedangkan sebagian pasukan lain dibawa ke barat untuk membalas penghinaan tersebut.

Pasukan Mongil, yang termasuk diantaranya pasukan Turki nomaden segera menuju Khwarazm. Kota pertama yang direbut adalah Otrar dan gubernurnya dihukum mati.

Dari kota ini, ratusan ribu pasukan Jengis Khan yang masing-masing dipimpin oleh putra-putranya, kemudian melakukan serangan dengan jalur berbeda yang terarah. Kebrutalan menjadi andalan sebagai teror yang menghancurkan musuh.

Putra sulungnya ke Laut Aral, dua putranya membersihkan Otrar lalu Jengis Khan dan putra bungsu menuju Bukhara dan Samarkand. Selama perjalanan penaklukan, strategi teror yang brutal adalah cara paling efektif sebagai komponen perang.

Oleh karena itu, tetangga-tetangga kota yang mengetahui hal itu dapat menyadari bahwa jika melawan maka akan mendapati nasib yang sama, yaitu pembantaian tanpa ampun.

Bukhara yang megah dan penuh dengan buku-buku, libas disapu pasukan Jengis Khan. Dia melanjutkan perjalanan menuju Samarkand, yang dilindungi lebih baik dari pada Bukhara. Meski mendapat perlawanan, barisan pasukan Mongol mampu melantakkan kota tersebut.

Dua tahun kampanye pasukan Mongol, Kekaisaran Khwarazm musnah disertai jutaan mayat yang bergelimpangan dan bangunan yang rata dengan tanah.

Ketika penaklukkan di Bukhara, konon Jengis Khan pernah berkata kepada penduduk yang dikumpulkan di masjid. Di atas sebuah mimbar Jengis Khan mengucapkan: "Saya adalah hukuman Tuhan. Jika Anda tidak melakukan dosa besar, Tuhan tidak akan mengirimkan hukuman seperti saya kepada Anda."

5. Timur Lenk Sang Raja Penghancur

Fakta Uzbekistan, Negeri Lahirnya Timur Lenk Sang Penghancurpatung Timur Lenk (Pixabay.com/Xusenru)

Jengis Khan dan empat keturunannya telah membuat rekor penaklukkan dengan cara membantai penduduk kota. Bahkan, salah satu putranya menghancurkan Baghdad yang sekaligus menghapus Kekhalifahan Abbasiyah.

Salah satu putra Jengis Khan bernama Chagatai, menguasai wilayah yang sebagian besar Uzbekistan saat ini dengan Samarkand yang dulu ditaklukkan, kembali menemukan peradabannya. Tapi satu setengah abad sejak Jengis Khan, kekuasaan Mongol mengalami perpecahan internal.

Dalam era tersebut, lahirlah seorang lelaki dari bangsawan kecil Turki nomaden yang bernama Timur. Dia berasal dari daerah selatan Samarkand dari tahun 1336 Masehi.

Timur menghiasi masa muda dengan aktivitas kriminal, yaitu merampok para pedagang. Lalu dia kemudian menjadi panglima militer dan mampu merebut kekuasaan Chagatai. Samarkand menjadi pusat pemerintahannya.

Tapi sebagai orang dengan jiwa pengembara dan mengidolakan Jengis Khan, Timur melakukan ekspansi. Selama sekitar 35 tahun kehidupan selanjutnya, dihabiskan untuk berperang di medan tempur.

Timur yang pincang dan dapat julukan Timur Lenk, adalah ahli taktik militer yang terampil dan lawan yang kejam. Dia tidak pernah kalah dalam pertempuran.

Ekspansi pasukannya membentang dari mulai India sampai Eropa Timur, dari mulai China sampai Turki. Dalam setiap ekspansi yang dilakukannya, dia membawa gaya teror Jengis Khan, dengan membantai para penduduk kota. Bahkan, Timur disebut lebih kejam.

Timur Lenk dan pasukannya, setiap melewati kota yang ditaklukkan, menjadikannya puing-puing debu. Sisa-sisa kota tersebut hanyalah piramida tengkorak manusia.

Di Baghdad yang pernah dihancurkan putra Jengis Khan, Timur Lenk melibas penduduk dan membuat 120 piramida yang terbuat dari 90.000 kepala yang dipenggal.

Di Isfahan, sebanyak 28 piramida masing-masing terdiri dari 1.500 kepala yang terpenggal. Sekitar 100 ribu penduduk tewas dibantai. Di Delhi, India, Timur dan pasukannya juga membantai sekitar 100 ribu penduduk. Butuh seabad lebih bagi Delhi untuk bangkit setelah dihancurkan oleh Timur Lenk.

Timur dan pasukannya juga menginvasi Armenia serta Georgia. Pasukannya yang tak kalah ganas dengan pasukan Jengis Khan membunuh semua orang dan membakar seluruh kota. Lebih dari 60.000 orang ditangkap dan dijadikan budak.

Bahkan Turki Ustmani yang sering menjadi teror bagi pasukan Salib Eropa, dihabisi dengan cepat oleh Timur Lenk. Orang-orang Eropa bertepuk tangan ketika Bayazid I dari Turki Ustmani berhasil dikalahkan Timur Lenk.

Timur Lenk adalah raja penghancur. Ketika Timur Lenk banyak menghancurkan kota dan peradabannya, dia tetap membangun Samarkand menjadi kota yang megah, mewah dan penuh dengan para pengrajin handal.

Di Uzbekistan saat ini, dia dianggap pahlawan. Tapi di Irak, Iran, Pakistan, dan India dia adalah penjahat yang membantai jutaan orang.

6. Meraih kemerdekaan dan dikuasai oleh presiden otoriter

Fakta Uzbekistan, Negeri Lahirnya Timur Lenk Sang Penghancurilustrasi Tashkent, Uzbekistan (Unsplash.com/Far Chinberdiev)

Timur Lenk tidak cukup memiliki pewaris yang handal. Kerajaannya segera goyah ketika ia meninggal dalam perjalanan ekspansi ke China. Dinasti Timuriyah kemudian terbagi oleh penguasa kecil.

Di Uzbekistan, ada tiga penguasa yang kuat yakni Khanate Khiva, Khanate Bukhara dan Khanate Kokhanf. Mereka memerintah sekitar 400 tahun, sampai kemudian jatuh ke tangan pasukan Tsar Rusia pada pertengahan abad ke-19 yang melakukan ekspansi dari utara ke Asia Tengah.

Ketika Kekaisaran Rusia runtuh pada awal abad ke-20, Uni Soviet kemudian berdiri dan mewarisi semua wilayah tersebut. Pada era Soviet ini, Asia Tengah yang pernah dikuasai oleh raja-raja hebat, menjadi lumbung kapas untuk industri tekstil dan tempat uji coba nuklir.

Uzbekistan mendapatkan kemerdekaannya dari Uni Soviet pada 31 Agustus 1991. Islam Karimov menjadi Presiden Uzbekistan yang memerintah secara otoriter sampai meninggal pada tahun 2016.

Pengganti Karimov, Shavkat Mirziyoyev, mencoba membangkitkan ekonomi yang hampir mati dibawah kekuasaan pendahulunya. Dia berusaha meningkatkan investasi asing, membangun hubungan erat dengan tetangga Asia Tengah serta Rusia, China dan Amerika Serikat (AS).

Baca Juga: Uzbekistan Batasi Warga Akses Facebook hingga YouTube, Kenapa?

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya