Invasi Terhambat, Rusia Ancam Hancurkan Senjata AS-NATO di Ukraina

Aliran senjata ke Ukraina dari negara Barat tak terhentikan 

Jakarta, IDN Times - Suplai senjata dari Amerika Serikat (AS) dan NATO menambah daya tempur pasukan Ukraina dalam menghadapi tentara Rusia. Moskow, yang tidak mau operasi militernya terhambat, memutuskan untuk menjadikan senjata dan alutsista dari negara-negara Barat sebagai salah satu objek serangan utama. 

Beberapa intelijen Barat menilai selama Rusia menginvasi Ukraina bantuan senjata dari Barat terus mengalir dan tidak ada gangguan yang berarti. Bahkan, menurut beberapa sumber, ketika senjata itu sudah sampai di perbatasan Ukraina, sekitar 48 jam kemudian senjata-senjata tersebut telah sampai ke tujuan dan siap digunakan untuk bertempur.

1. Rusia sasar alutsista dari Barat

Invasi Terhambat, Rusia Ancam Hancurkan Senjata AS-NATO di UkrainaSergei Ryabkov (Twitter.com/BRICSRussia2020)

Perang Ukraina dan Rusia yang telah berlangsung selama hampir dua bulan dapat dilihat sebagai perang yang tidak seimbang. Ukraina sangat kekurangan peralatan militer jika dibandingkan dengan Rusia, yang menjadi salah satu negara utama produsen senjata di dunia.

Meski begitu, permintaan bantuan senjata Ukraina kepada AS dan NATO telah sedikit mengubah permainan. Senjata-senjata itu, misalnya seperti senjata antitank Javelin, telah menghancurkan banyak kendaraan lapis baja Rusia.

Kini AS, NATO, dan negara-negara Barat telah menyiapkan bantuan militer tambahan untuk Ukraina.

Terkait rencana tersebut, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov mewanti-wanti, setiap senjata AS-NATO yang bergerak melintasi Ukraina akan dilihat sebagai target militer yang sah, dikutip dari Tass

Ryabkov juga kembali menggemakan dalih Putin dalam menyerang Ukraina. Dia menekankan bahwa Moskow tidak punya rencana menduduki Ukraina, melainkan demiliterisasi dan denazifikasi di negara tersebut.

Baca Juga: 5 Fakta Moskva, Kapal Perang Rusia yang Tenggelam di Laut Hitam

2. Rusia akan menekan keras pasokan senjata Barat ke Ukraina

Meski mendapatkan ancaman dari Moskow, tampaknya sekutu Barat akan terus membantu Ukraina. Tidak menutup kemungkinan kapasitas bantuan justru meningkat, seperti yang telah dijanjikan. 

Produsen senjata Jerman, Rheinmettal, baru-baru ini menyatakan kesiapannya memasok 50 main battle tank Leopard 1 ke Ukraina.

Presiden AS, Joe Biden, belum lama ini juga mengumumkan akan memberi bantuan militer tambahan ke Ukraina senilai 750 juta dolar atau sekitar Rp10,7 triliun.

"Kami (akan) membuat Amerika dan (neagra) Barat lainnya memahami bahwa upaya untuk memperlambat operasi khusus kami dan untuk merusak kontingen Rusia dan formasi DPR dan LPR (Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk), akan ditekan dengan keras," kata Ryabkov, dikutip dari Reuters

Angkatan bersenjata Rusia saat ini telah memfokuskan serangan ke Donbass, Ukraina timur. Di wilayah itu ada kelompok pemberontak DPR dan LPR yang mencoba memisahkan diri dari Ukraina dengan bantuan Rusia.

3. Aliran bantuan senjata ke Ukraina tak terhentikan

Invasi Terhambat, Rusia Ancam Hancurkan Senjata AS-NATO di UkrainaJohn Kirby (Twitter.com/Stratcom Centre UA)

Dikutip dari Associated Press, sejak perang berlangsung, AS telah mengirim lebih dari 12 ribu senjata untuk menghancurkan kendaraan lapis baja, sekitar 1.400 rudal antipesawat Stinger, lebih dari 50 juta amunisi, dan perlengkapan lain.

Jumlah itu belum termasuk bantuan senjata dari negara-negara Barat lainnya, termasuk dari Australia. Intelijen menilai Rusia gagal menghentikan aliran pasokan senjata tersebut. Alasannya adalah Rusia gagal mendominasi langit Ukraina. Di sisi lain, Rusia juga berjuang untuk mengirim senjata ke pasukan mereka sendiri.

"Jawaban singkat untuk pertanyaan itu (kenapa Rusia gagal menghentikan suplai senjata) adalah bahwa mereka adalah tentara epik yang tidak kompeten yang dipimpin dengan buruk dari atas," kata pensiunan Angkatan Laut AS dan mantan komandan tertinggi NATO, James Stavridis.

Juru bicara Pentagon, John Kirby, mengatakan bahwa volume dan jangkauan material pengiriman senjata ke Ukraina telah mengejutkan setiap harinya.

"Cakupan dan kecepatan dukungan kami untuk memenuhi kebutuhan pertahanan Ukraina belum pernah terjadi sebelumnya di zaman modern," tambah Kirby. 

Kirby juga mengklaim bahwa senjata itu terkadang mencapai tentara Kiev yang ada di lapangan dalam waktu 48 jam setelah memasuki perbatasan Ukraina.

Baca Juga: Iran Disebut Kirim Rudal Buat Rusia via Milisi Syiah di Irak

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya