Kena Penipuan Online, Lansia AS Kehilangan Rp55,2 Triliun

Penipuan ada yang melibatkan kurir

Jakarta, IDN Times - Agen intelijen Amerika Serikat (AS) FBI, melaporkan bahwa penipu online atau daring (scammer) mencuri 3,4 miliar dolar (Rp55,2 triliun) dari para lansia pada 2023. Ini merupakan peningkatan kerugian dari aksi kriminal yang makin canggih.

Mereka yang tertipu adalah warga yang rata-rata berusia di atas 60 tahun. Dibanding tahun sebelumnya, penipuan mengalami kenaikan 11 persen. Penyidik juga memperingatkan, meningkatnya jenis skema pengurasan rekening bank yang melibatkan kurir untuk mengambil uang tunai atau emas.

Baca Juga: Modus Penipuan Soceng di Indonesia, Jangan Sampai Ketipu!

1. Rincian kerugian para korban

Laporan berjudul The Elder Fraud Report tersebut merinci jenis penipuan, dari mulai individu yang bertindak palsu sebagai pegawai pendukung teknis hinga investasi palsu serta pemerasan dan pencurian identitas.

"Memerangi eksploitasi keuangan terhadap mereka yang berusia di atas 60 tahun terus menjadi prioritas FBI," kata Michael Nordwall, asisten direktur FBI di Divisi Investigasi Kriminal, dikutip dari CNN.

"Bersama dengan mitra kami, kami terus berupaya membantu para korban dan mengidentifikasi serta menyelidiki individu dan organisasi kriminal yang melakukan skema ini dan menargetkan orang lanjut usia," tambahnya.

Berdasar laporan, lebih dari 100 ribu lansia menjadi korban yang merugi sekitar 33.915 dolar (Rp552 juta), dan hampir 6.000 korban kehilangan masing-masing lebih dari 100 ribu dolar (Rp1,6 miliar).

2. Jenis penipuan terbanyak

Wakil Asisten Direktur James Barnacle dari Divisi Investigasi Kriminal FBI mengatakan, hal itu bisa jadi dampak buruk bagi warga lanjut usia yang tidak memiliki kemampuan mencari uang.

"Orang-orang kehilangan seluruh uangnya. Beberapa orang menjadi miskin," katanya dikutip dari VOA News.

Barnacle mengatakan, jenis penipuan terbanyak adalah penipuan dukungan teknis. Penipu berpura-pura sebagai perwakilan teknis atau layanan pelanggan.

Para penipu juga mengaku sebagai pejabat teknologi, perbankan dan pemerintah untuk meyakinkan korban bahwa peretas asing telah menyusup ke rekening bank. Kemudian mereka menginstruksikan untuk memindah uangnya ke rekening baru, yang dikendalikan penipu.

Sebenarnya tidak hanya warga lanjut usia, FBI juga menemukan lebih dari 300 ribu orang di bawah usia 60 tahun juga menjadi korban penipuan.

Baca Juga: Jerman Tangkap 11 Geng Kriminal Nigeria atas Penipuan Kencan

3. Penipuan melibatkan kurir

Kena Penipuan Online, Lansia AS Kehilangan Rp55,2 Triliunilustrasi (Unsplash.com/Scottsdale Mint)

Penipu juga memiliki skema melibatkan kurir. Kasus ini terjadi peningkatan antara Mei dan Desember 2023, di mana kurir bertugas mengambil uang dari korban yang ditipu.

Dilansir Associated Press, dalam kasus tersebut, penipu memberi tahu para korban bahwa rekeningnya telah diretas dan perlu melikuidasi aset menjadi uang tunai atau membeli emas untuk melindungi dana mereka. Lalu penipu mengatur kurir untuk mengambilnya sendiri.

"Banyak skema penipuan yang meminta korban mengirim uang melalui transfer kawat, atau transfer mata uang kripto. Ketika korban enggan melakukan itu, mereka diberikan alternatif lain. Jadi orang jahat itu akan menggunakan jasa kurir," jelas Barnacle.

Ada dugaan, kerugian besar yang dialami warga lansia AS tidak terhitung. Ini karena hanya sekitar setengah dari lebih 880 ribu pengaduan yang dilaporkan yang memuat informasi tentang usia korban.

Baca Juga: Kenali 8 Jenis Penipuan Online yang Wajib Kamu Waspadai

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya