KTT Konservasi Alam: Climate Change Ancam Biodoversitas

'Tidak ada vaksin untuk planet yang sakit' kata Macron

Jakarta, IDN Times - Perubahan iklim itu nyata dan bukan sekedar isu. Ini terbukti dengan gejolak alam seperti kebakaran hutan di Australia, pesisir Mediterania, Rusia dan Amerika yang dipengaruhi meningkatnya suhu akibat pemanasan global.

Curah hujan yang tinggi, yang juga dipengaruhi oleh perubahan iklim, telah memicu banjir yang destruktif di Jerman, China, India, Jepang, dan kini Amerika baru saja dihantam badai Ida yang mematikan.

Pada 3 September 2021, ribuan ilmuwan dan konservatoris berkumpul di Marseille, Prancis, untuk melakukan konferensi keanekaragaman hayati. Dalam kesempatan itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron yang hadir mengatakan "tidak ada vaksin untuk planet yang sakit."

1. Alam tidak membutuhkan kita, kita yang membutuhkan alam

KTT Konservasi Alam: Climate Change Ancam BiodoversitasPulau Padar di Taman Nasional Komodo. (Unsplash.com/Killian Pham)

Konferensi tingkat tinggi (KTT) konservasi alam di Marseille yang mulai dibuka pada hari Jumat (3/9), jadi pertemuan para ilmuwan terbesar sejak pandemik virus corona. Acara itu seharusnya berlangsung tahun 2020 lalu dan terpaksa ditunda karena sebaran infeksi virus yang mengganas.

Kini, ketika KTT itu digelar, berbagai diskusi mengenai kerusakan habitat alam, industri tak berkelanjutan, dampak buruk pertambangan dan memanasnya suhu global jadi topik utama pembahasan dan perdebatan.

Mari Elka Pangestu, World Bank Managing Director of Development Policy and Partnerships yang pernah menjabat sebagai Menparekraf Indonesia, menulis dalam blog yang tampil di laman IUCN bahwa "alam tidak membutuhkan kita, tetapi kita membutuhkan alam, namun jasa-jasa ini seringkali diremehkan dan tidak diperhitungkan dalam perencanaan pembangunan."

Mari Pangestu menekankan pentingnya mencegah hilangnya keanekaragaman hayati dengan strategi pembangunan industri hijau dan inklusif.

Bank Dunia, menurutnya, dalam lima tahun ke depan, 35 persen dari semua pembiayaan rata-rata akan digunakan untuk aksi iklim: mengurangi emisi dengan dekarbonisasi energi dan sistem transportasi, memulihkan dan melindungi hutan, untuk mengubah sistem pangan mereka dan membangun ketahanan masyarakat terhadap dampak iklim.

2. Menurut Presiden Prancis, tidak ada vaksin untuk planet yang sakit

Baca Juga: Climate Change itu Nyata, Ini 5 Cara Inovatif Anak Muda Mengatasinya 

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang ikut ambil bagian dengan memberi pidato pembukaan IUCN World Conservation Congress tersebut, menekankan untuk menempatkan alam sebagai prioritas internasional.

"Tidak ada vaksin untuk planet yang sakit,” kata Macron seperti dikutip The Guardian. Ia mendesak penghapusan penggunaan pestisida secara bertahap, mengakhiri polusi plastik dan memberantas bahan mentah yang terkait dengan deforestasi hutan.

Selain itu, menurut Associated Press, Macron juga mengingatkan "kita harus menemukan kembali kebijakan perdagangan kita sehingga sejalan dengan kebijakan iklim dan keanekaragaman hayati kita."

Konferensi yang diadakan oleh IUCN itu akan berlangsung sampai 11 September mendatang. Ada 1.400 entitas swasta dan pemerintah yang ikut hadir dengan ribuan ilmuwan yang bergabung, dan beberapa di antaranya menghadiri secara virtual ditengah virus corona yang masih menjadi tantangan global saat ini.

3. Tekad membangun dunia yang selaras dengan alam

China sebagai salah satu negara dengan industri raksasanya, juga ikut ambil bagian dalam pertemuan yang diadakan oleh IUCN tersebut.

Perdana Menteri China yang bernama Li Keqiang bergabung dengan virtual dan berbicara lewat rekaman video, menekankan bahwa PBB harus menyusun aturan global dan menciptakan sistem pemerintahan yang adil, masuk akal, dan berbagi manfaat.

Li menggambarkan keprihatinannya dengan mengatakan banyak tempat telah dilanda badai dan banjir meski sebelumnya jarang terjadi.

"Peristiwa cuaca menimbulkan ancaman berat bagi kelangsungan hidup dan perkembangan umat manusia, dan membuat perlindungan alam dan masalah keamanan non-tradisional global menjadi lebih jelas," katanya dikutip The Guardian.

Dilansir kantor berita Reuters, Li pada hari Jumat mengatakan "masyarakat internasional harus menggunakan tekad dan tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mempromosikan pembangunan dunia yang indah di mana umat manusia selaras dengan alam," tambahnya.

Baca Juga: Makin Banyak Perusahaan Bergabung, Apa Itu The Climate Pledge?

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya