Masinis di Jerman Mogok Kerja Tuntut Naik Gaji, 700 Kereta Terhenti

Memberi pukulan telak dari upaya pemulihan pandemik COVID-19

Jakarta, IDN Times - Masinis yang tergabung dalam Gewerkschaft Deutscher Lokomotivführer (GDL) atau serikat pekerja kereta api Jerman melakukan mogok kerja pada Selasa malam (10/8/2021). Rencananya, mogok kerja itu akan berlangsung sampai Jumat pagi (13/8/2021).

Aksi unjuk rasa itu berdampak terhadap ratusan kereta kargo dan kereta penumpang. Pemogokan lebih lama akan memberikan pukulan keras bagi industri di Jerman dan Eropa, seiring upaya pemulihan dari hantaman pandemik virus corona. 

Selain itu, Jerman saat ini sedang dalam masa libur musim panas. Seiring pelonggaran aturan di tengah pandemik COVID-19, banyak penduduk Jerman yang pergi menggunakan fasilitas kereta. Pemogokan juga berdampak pada industri wisata.

1. Pemogokan dilakukan untuk menuntut kenaikan gaji

Para masinis yang tergabung dalam serikat GDL menggelar mogok kerja karena menuntut kenaikan upah terhadap Deutsche Bahn, perusahaan transportasi kereta api yang dikelola negara. 

Melansir dari Reuters, para masinis menuntut kenaikan gaji sebesar 3,2 persen dan meminta tunjangan virus corona senilai 600 euro atau sekitar Rp10,1 juta untuk dibayarkan lebih awal.

"Rekan-rekan kami mogok dengan cara yang sangat disiplin," kata ketua serikat GDL Claus Weselsky.

Ia juga menyampaikan bahwa serikat pekerja tersebut hanya akan kembali ke meja perundingan jika Deutsche Bahn membuat tawaran gaji yang lebih baik.

Pemogokan masinis Jerman mendistrubsi layanan di seluruh negeri. Rantai pasokan Eropa menjadi terganggu dan para penumpang yang ingin melancong selama liburan musim panas merasa frustrasi karena tingginya ketergantungan terhadap kereta api.

Baca Juga: Pelaku Kanibalisme untuk Kepuasan Seksual di Jerman Jalani Persidangan

2. Pemogokan menghancurkan kemajuan yang sedang diinginkan

Permintaan perjalanan kereta di Jerman sedang meningkat karena tren infeksi corona yang mulai menurun. Selain itu, banyak industri sedang berusaha bangkit setelah terpuruk imbas virus yang telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia.

Dikutip dari laman Deutsche Welle, Deutsche Bahn menilai keputusan mogok kerja sebagai "eskalasi yang tidak perlu".

"Sama seperti orang-orang yang bepergian kembali dan menggunakan kereta api, para pemimpin GDL menghancurkan kemajuan yang sangat kita butuhkan mengingat kerusakan besar akibat pandemi virus corona," kata Martin Seiler, anggota dewan DB.

Deutsche Bahn berdalih bahwa perusahaan telah mengalami kerugian besar pada 2020, belum lagi bencana banjir dan longsor di bagian barat Jerman yang berdampak terhadap jalur kereta di wilayah itu. 

Prioritas mereka saat ini adalah menutuipi kerugian sekitar 1,3 miliar euro atau setara Rp21,9 trilun akibat banjir dan longsor yang terjadi bulan lalu. 

Kendati demikian, Weselsky menuduh manajer Deutsche Bahn menjadikan kerugian selama pandemik sebagai alasan untuk memperkaya diri. 

Baca Juga: Duh! Ada Vaksin COVID-19 Palsu Berisi Air Garam di Jerman

3. Sekitar 700 kereta tidak beroperasi karena pemogokan

Serikat GDL diketahui telah melakukan pemogokan nasional delapan kali pada 2014 dan 2015 agar tuntutannya dipenuhi.

Melansir laman ABC News, Deutsche Bahn telah menolak tuntutan tersebut. DB menjelaskan, hanya sekitar seperempat kereta api jarak jauh yang akan beroperasi, memberikan prioritas koneksi antara ibukota Berlin dan kota-kota di barat termasuk Hamburg dan Frankfurt.

Selain itu, perusahaan negara tersebut juga mendesak penumpang untuk menahan diri dari perjalanan yang tidak penting. Kemungkinan, pelanggan yang telah memberli tiket kereta untuk perjalanan tetapi tidak bisa pergi karena ada mogok kerja, mereka dapat meminta pengembalian uang.

Welesky mengumumkan bahwa 95 persen anggota serikat mendukung unjuk rasa dan sejauh ini sekitar 700 kereta telah terhenti.

Pemogokan telah membuat banyak penumpang terdampar di stasiun, menunggu kereta mereka datang di seluruh Jerman. David Jungck, seorang penumpang yang diwawancarai oleh Reuters mengatakan "pemogokan itu bisa dimengerti. Saya mendukungnya, tetapi masalahnya adalah hampir tidak ada informasi di internet tentang itu."

Presiden VDA, asosiasi industri mobil Jerman, Hildegard Mueller mengatakan "jika pemogokan berlangsung lebih lama, biaya yang cukup besar dapat timbul bagi perusahaan karena rantai pasokan yang terputus dengan cepat menyebabkan penghentian produksi," kata dia.

Baca Juga: Jerman Butuh Hingga Rp507 Triliun untuk Pulih dari Banjir

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya