NATO Bahas Bantuan Militer ke Ukraina Senilai Rp1.721 Triliun

Ukraina punya kebutuhan yang mendesak

Jakarta, IDN Times - Para Menteri Luar Negeri aliansi NATO berkumpul di Brussel, Belgia. Pertemuan pada Rabu (3/4/2024), membahas proposal untuk menyediakan bantuan militer ke Ukraina senilai 108 miliar dolar atau Rp1.721 triliun.

Rencana itu diajukan oleh Sekretaris Jenderal Jens Stoltenberg. Dia menyebut pentingnya dukungan untuk Kiev tidak pada durasi jangka pendek tetapi pada komitmen jangka panjang NATO.

Meski pembicaraan itu dilakukan, tapi keputusan tidak akan diambil sampai para kepala negara anggota NATO bertemu pada pertemuan puncak pada Juli.

Baca Juga: NATO: Selain Senjata, Ukraina Juga Butuh Lebih Banyak Pasukan 

1. Dukungan jangka panjang untuk Ukraina

NATO Bahas Bantuan Militer ke Ukraina Senilai Rp1.721 Triliunilustrasi (Unsplash.com/Kedar Gadge)

Pertemuan di Brussel berlangsung selama dua hari. Proposal yang dibahas akan memposisikan NATO mengambil alih beberapa koordinasi kelompok Ramstein, kelompok bantuan untuk Ukraina yang terdiri dari sekitar 50 negara dan diketuai oleh Amerika Serikat (AS).

"Para menteri luar negeri akan membahas cara terbaik untuk mengatur dukungan NATO terhadap Ukraina, untuk menjadikannya lebih kuat, dapat diprediksi, dan bertahan lama," kata pejabat NATO dikutip dari Al Jazeera.

Langkah ini juga disebut untuk mencegah pengurangan dukungan AS ke Ukraina jika Donald Trump kembali menjadi Presiden AS.

Sampai saat ini, NATO membatasi diri pada bantuan tidak mematikan untuk Ukraina. Hal tersebut karena kekhawatiran dapat memicu ketegangan dengan Rusia. Sebagian besar anggota NATO memberi senjata ke Ukraina secara bilateral.

2. Ukraina punya kebutuhan yang mendesak

Stoltenberg mengatakan rencana NATO tersebut akan mengirimkan pesan kepada Moskow, bahwa mereka tidak bisa menang jika perang berlangsung lama.

"Ukraina mempunyai kebutuhan yang mendesak. Setiap keterlambatan dalam memberikan dukungan mempunyai konsekuensi di medan perang saat ini," katanya dikutip dikutip dari VOA News.

Saat ini, AS sebagai donatur utama Ukraina, masih menahan bantuan karena masalah politik internal negara tersebut. Kongres AS belum mau mencairkan dana tambahan untuk Kiev yang diminta oleh Presiden Joe Biden.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyerukan agar Kongres AS segera mencairkan dana bantuan militer tersebut.

"Kita berada pada momen kritis di mana sangatlah penting untuk memberikan kepada Ukraina apa yang mereka butuhkan untuk mempertahankan diri, terutama dalam hal amunisi dan pertahanan udara," katanya.

Baca Juga: Pengiriman Pasukan NATO ke Ukraina Bisa Picu Perang Dunia III

3. Perbedaan pandangan

NATO Bahas Bantuan Militer ke Ukraina Senilai Rp1.721 TriliunPresiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Menlu Jerman Annalena Baerbock (Twitter.com/Außenministerin Annalena Baerbock)

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menggambarkan rencana itu sebagai hal penting dan benar. Bantuan untuk Ukraina harus melalui struktur jangka panjang yang dapat diandalkan.

Dilansir Reuters, Menteri Luar Negeri Latvia Krisjanis Karins juga menyambut baik usulan tersebut. Dia menyatakan, kontribusi dari anggota bisa berupa persentase dari PDB (Pendapatan Domestik Bruto) masing-masing negara.

Namun Hungaria berpendapat lain. Menteri Luar Negeri Peter Szijjarto mengatakan, negaranya dengan tegas tidak akan mendukung proposal NATO apa pun, yang mungkin membuat aliansi itu kian dekat dengan perang, atau mengalihkan dari koalisi defensif menjadi ofensif.

Baca Juga: Belarus Gelar Latihan Militer di Perbatasan Negara NATO

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya