Nilai Rusia Imperialistik, Jerman Dukung Swedia-Finlandia Gabung NATO

Perang Rusia-Ukraina ubah pertimbangan Swedia dan Finlandia

Jakarta, IDN Times - Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan dalam konferensi pers bahwa negaranya akan mendukung jika Finlandia dan Swedia bergabung  NATO. Scholz mengatakan hal itu dalam konferensi pers setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Swedia dan Perdana Menteri Finlandia pada Selasa (3/5/22).

Invasi Rusia ke Ukraina telah membuat tatanan Eropa berubah. Finlandia dan Swedia yang netral dalam Perang Dingin akan memutuskan dalam waktu dekat apakah bergabung dengan NATO atau tidak. Menjadi anggota NATO akan membuat mereka mendapatkan pembelaan maksimal dari semua anggota jika mendapatkan serangan dari negara lain.

Scholz menilai Presiden Rusia Vladimir Putin dan kebijakannya saat ini adalah imperialistik. Dia khawatir bahwa pada kesempatan lain, Rusia akan melanggar hukum internasional dengan memperluas wilayah ke negara tetangga lainnya seperti yang dilakukan terhadap Ukraina.

Baca Juga: Kanselir Jerman Olaf Scholz Setuju Kirim Tank Antipesawat ke Ukraina

1. Jerman dengan tegas dukung Swedia dan Finlandia

Nilai Rusia Imperialistik, Jerman Dukung Swedia-Finlandia Gabung NATOilustrasi bendera Jerman (Unsplash.com/ Christian Wiediger)

Kanselir Olaf Scholz menyambut PM Swedia Magdalena Andersson dan PM Finlandia Sanna Marin di Schloss Meseberg, istana kediamannya di utara ibu kota Berlin. Usai pertemuan itu, konferensi digelar dan Shcholz menegaskan dua negara Nordik itu dapat mengandalkan Jerman untuk mendukung jika berkeinginan mendaftar sebagai anggota NATO.

"Bagi kami sudah jelas. Jika kedua negara ini memutuskan bahwa mereka ingin menjadi bagian dari aliansi NATO, maka mereka dapat mengandalkan dukungan kami," kata Scholz dikutip dari Politico.

Kanselir Jerman pengganti Angela Merkel itu juga menjelaskan Jerman siap memberi dukungan yang melampaui saat ini. Hal tersebut karena Swedia dan Finlandia adalah anggota Uni Eropa (UE).

"Bahkan pada periode sebelum keanggotaan NATO diputuskan, mereka selalu dapat mengandalkan dukungan Jerman. Sebagai orang Eropa, kami melihat diri kami berkewajiban untuk melakukannya," ujar Scholz.

Setelah Inggris keluar dari UE, Jerman menjadi salah satu raksasa militer di organisasi tersebut selain Prancis. Karena itu, dukungan dari Jerman adalah hal yang penting.

Baca Juga: Semakin Sengit, Rusia Tuduh Israel Dukung Neo-Nazi Ukraina

2. Invasi Rusia ke Ukraina membuat Swedia dan Finlandia merasa terancam

Pada Mei ini, Swedia dan Finlandia dikabarkan akan segera mengajukan keanggotaan bergabung aliansi keamanan Atlantik Utara (NATO). Alasan utamanya adalah karena invasi Rusia ke Ukraina telah mengancam stabilitas keamanan Eropa, termasuk negaranya.

Dikutip dari Deutsche Welle, kedua pemimpin Nordik itu sama-sama mengatakan serangan Rusia telah memaksa negara mereka untuk memikirkan kembali pertanyaan tentang keanggotaan NATO.

PM Finlandia mengatakan serangan Rusia ke Ukraina telah mengubah lingkungan keamanan mereka sepenuhnya. "Kami harus memutuskan apakah akan mengajukan keanggotaan NATO atau melanjutkan jalan kami saat ini. Itulah diskusi yang kami lakukan sekarang di parlemen nasional," kata Marin.

PM Swedia juga sudah melakukan tinjauan keamanan jika bergabung dengan NATO. Meski Swedia dan Finlandia memiliki kebijakan masing-masing, tapi besar kemungkinan Swedia akan bergabung dengan NATO jika Finlandia melakukannya.

"Kemitraan pertahanan internasional masa depan untuk Swedia, termasuk diskusi tentang NATO, dan semua opsi ada di atas meja," ucap Andersson.

3. Kebijakan pemerintah Rusia dinilai imperialistik

Nilai Rusia Imperialistik, Jerman Dukung Swedia-Finlandia Gabung NATOKanselir Jerman Olaf Scholz (Instagram.com/bundeskanzler)

Invasi Rusia ke Ukraina telah secara drastis mengubah tatanan negara-negara Eropa. Saat ini hampir semua negara di benua tersebut meningkatkan pertahanannya, khususnya yang termasuk dalam blok UE.

Dikutip dari Reuters, Scholz mengatakan "dia (Putin) ingin memperluas wilayahnya dan mendorong perbatasan dengan kekerasan. Dia berusaha mati-matian untuk membangun kembali signifikansi lama Rusia di dunia yang telah berubah."

Scholz menilai bahwa kebijakan Presiden Rusia Vladimir Putin adalah imperialistik. "Tidak ada yang bisa berasumsi bahwa Presiden (Putin) dan pemerintah Rusia pada kesempatan lain tidak akan melanggar hukum internasional dengan kekerasan," ujar Kanselir Jerman tersebut.

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya