PBB: 2,2 Miliar Orang Kekurangan Air Minum Bersih

Kelangkaan air berisiko mendorong migrasi dan konflik

Jakarta, IDN Times - PBB dalam laporan terbarunya, mengatakan bahwa sebanyak 2,2 miliar orang di dunia kekurangan akses air minum bersih. Sekitar 3,5 miliar orang tidak memiliki akses terhadap sanitasi yang dikelola dengan aman.

Mereka menyebutkan, perempuan dan anak perempuan merupakan korban pertama dari kekurangan air. Ini khususnya kasus di pedesaan. Kelangkaan air bersih juga dapat memicu konflik geopolitik.

Laporan PBB tersebut berjudul World Water Development Report 2024 yang dirilis pada Jumat (22/3/2024) oleh UNESCO.Laporan itu dikeluarkan dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia yang jatuh pada tanggal 22 Maret.

1. Kekurangan air mengganggu perawatan medis dan mendorong migrasi

PBB memperingatkan, akses terhadap air bersih sangat penting untuk mendorong perdamaian. Ketimpangan akses air bersih saat ini diperburuk oleh konflik bersenjata, perubahan iklim serta krisis lainnya.

"Kekurangan air tidak hanya memperparah ketegangan geopolitik tetapi juga menimbulkan ancaman terhadap hak-hak dasar secara keseluruhan, misalnya dengan melemahkan posisi anak perempuan dan perempuan," kata Audrey Azoulay, ketua UNESCO, dikutip dari Al Jazeera.

Risiko kekurangan air tidak hanya menimpa anak-anak yang mengalami kehausan dan kelaparan, tetapi juga telah mengganggu perawatan medis dan kebersihan. Selain itu, kurangnya ketahanan air dapat mendorong migrasi dan para pengungsi menghabiskan sumber daya di lokasi tempat baru mereka menetap.

Baca Juga: PBB: 5,5 Juta Warga Haiti Butuh Bantuan Kemanusiaan

2. Pengelolaan air bisa menjaga perdamaian

Antara 2002 dan 2021, kekeringan berdampak pada lebih dari 1,4 miliar orang. Pada 2022, sekitar setengah populasi dunia mengalami kelangkaan air yang parah selama setahun.

Dilansir laman resminya, PBB mengatakan perubahan iklim diperkirakan akan meningkatkan frekuensi dan tingkat keparahan fenomena ini. Risikonya adalah terhadap stabilitas sosial.

"Seiring dengan meningkatnya kekurangan air, risiko konflik lokal atau regional juga meningkat. Pesan UNESCO jelas: jika kita ingin menjaga perdamaian, kita harus bertindak cepat tidak hanya untuk menjaga sumber daya air tetapi juga untuk meningkatkan kerja sama regional dan global di bidang ini," kata Azoulay.

“Air, jika dikelola secara berkelanjutan dan adil, dapat menjadi sumber perdamaian dan kesejahteraan," kata Alvaro Lario, ketua UN-Water.

3. Tujuan keberlanjutan air telah gagal

PBB: 2,2 Miliar Orang Kekurangan Air Minum Bersihilustrasi (Unsplash.com/Nathan Dumlao)

Sektor pertanian menggunakan lebih dari dua pertiga air di seluruh dunia. Tapi persaingan mendapat sumber daya air terutama dari industri dan rumah tangga perkotaan.

Pada 2016, PBB memiliki tujuan yakni semua orang dapat mengakses air pada 2030. Tapi target itu jauh dari tercapai dan ada alasan kekhawatiran bahwa kesenjangan akses air akan terus meningkat.

"Komunitas global telah menetapkan tujuan ambisius, termasuk hak asasi manusia atas air dan sanitasi. Namun, dari sudut pandang saat ini, tujuan keberlanjutan air dan sanitasi telah gagal," kata Ulla Burchardt, anggota dewan Komisi UNESCO Jerman dikutip dari Deutsche Welle.

Bantuan untuk pembangunan sektor air juga mengalami penurunan sebesar 15 persen antara 2015 dan 2021. Bantuan dari 9,6 miliar dolar (Rp151,9 triliun) turun menjadi 8,1 miliar dolar (Rp136,1 triliun).

Baca Juga: Kepemilikan dan Budidaya Ganja akan Dilegalkan di Jerman Mulai April

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya