PBB: 7,1 Juta Orang di Kongo Jadi Pengungsi dalam Negeri imbas Konflik

Teroris M23 mencapai kemajuan signifikan

Jakarta, IDN Times - PBB memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan di Republik Demokratik Kongo (Kongo) bagian timur semakin parah.

Kepala misi penjaga perdamaian PBB di Kongo (MONUSCO), Bintou Keita, mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa kelaparan dan kekurangan gizi telah terjadi. Dia menambahkan, situasi keamanan terus memburuk dengan cepat dan krisis kemanusiaan mendekati tingkat bencana.

Kongo bagian timur telah lama bergejolak. Kelompok bersenjata M23, yang dianggap teroris, terus menimbulkan ancaman dan semakin banyak menguasai wilayah. Sejak Februari 2024, pertempuran sengit tentara dengan M23 telah memaksa ratusan ribu warga sipil mengungsi.

1. M23 mencapai kemajuan yang signifikan

PBB: 7,1 Juta Orang di Kongo Jadi Pengungsi dalam Negeri imbas KonflikTentara MONUSCO menjaga para pengungsi (Twitter.com/MONUSCO)

PBB mengatakan perang telah mendekati di kota Goma dan berada pada titik puncaknya. Pertempuran M23 dengan tentara mencapai pinggiran Sake, desa yang berjarak sekitar 25 kilometer dari Goma.

"(M23) membuat kemajuan signifikan dan memperluas wilayahnya ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Keita pada Rabu (27/3/2024), dikutip dari Al Jazeera.

"Lebih dari 7,1 juta orang telah mengungsi di negara ini. Itu berarti 800 ribu orang lebih sejak pengarahan terakhir saya tiga bulan lalu," tambahnya.

Pada pertengahan Februari dan Maret, sekitar 250 ribu orang meninggalkan rumah mereka, sebagian besar mencari perlindungan di dalam dan sekitar Goma. Banyak tenda darurat bermunculan di sepanjang jalan dan tidak memiliki akses bantuan dasar.

Baca Juga: PBB: Pengungsi di RD Kongo Bertambah 10 Ribu Orang

2. Melibatkan anak muda untuk mengambil keputusan

Keita mencatat bahwa Kongo adalah negara yang terkena dampak kerawanan pangan. Satu dari empat orang Kongo menghadapi kelaparan dan kekurangan gizi.

Dilansir dari UN News, perwakilan masyaraka sipil STN 2250, Joacquie-Annda, ikut hadir dalam rapat dengan Dewan Keamanan. Dia menyoroti misi agar mempromosikan generasi muda dalam pengambilan keputusan.

"Di negara dengan jumlah penduduk muda yang tinggi, mengabaikan dan mengecualikan mereka sama saja dengan bunuh diri," katanya.

"Berapa banyak perempuan yang harus diperkosa di depan suami dan anak-anak mereka, berapa banyak generasi muda yang masa depannya harus dicuri dan direkrut ke dalam kelompok bersenjata?" tambahnya.

Dia juga mengatakan, tentara M23, yang sebagian besar didukung Rwanda, telah menggunakan pemerkosaan dan bentuk pelecehan seksual sebagai senjata perang.

3. Kelompok bersenjata lain memperkeruh situasi

Dilansir dari laman resmi OCHA, Keita juga menyoroti kekejaman yang terjadi oleh kelompok bersenjata lain, yakni ADF (Allied Democratic Forces). Kelompok ini berbasis di Uganda barat yang berbatasan dengan Kongo bagian timur. Mereka bergerak di perbatasan antara Kivu Utara dan Ituri.

Ada empat milisi lain yang memicu ketidakamanan di wilayah tersebut, yakni CODECO, Zaire, FRPI dan ADF. Hampir 200 orang telah dibunuh sejak awal tahun ini.

MONUSCO dan tentara melanjutkan operasi gabungan dan melakukan operasi pertahanan yang disebut Springbok. Ini untuk melindungi wilayah sekitar Goma, ibu kota Kivu Utara dan Sake yang ada di dekatnya.

Keita mendesak komunitas internasional untuk mengulurkan bantuan guna mencegah bencana kemanusiaan memburuk. Respons kemanusiaan baru-baru ini yang dibutuhkan sekitar 2,6 miliar dolar (Rp41,2 triliun), baru sekitar 14 persen saja yang didanai.

Baca Juga: Tentara Afsel Tembak Rekannya dengan Senapan hingga Tewas di Kongo

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya