Pertahanan Kuat Ukraina Dapat Picu Serangan Brutal Rusia

Putin diduga frustrasi dan marah besar 

Jakarta, IDN Times - Sepekan tentara Rusia menyerang Ukraina, sebagian besar pengamat melihat terjadi kelambatan pencapaian. Itu karena pertahanan yang kuat telah diberikan oleh pasukan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Tapi pertahanan itu, disertai perlawanan sengit tentara Ukraina, dapat mendorong Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukannya untuk melakukan serangan yang lebih keras lagi.

Felix Light dari The Moscow Times menuliskan perkiraan para ahli. Ada kemungkinan Putin mengadopsi jenis taktik keras yang pernah terlihat di Chechnya dan Suriah.

Di Chechnya, wilayah Rusia yang dekat Georgia, Putin mengerahkan pasukan melawan militan Islam. Di Suriah, Putin melakukan intervensi dan membantu rezim Presiden Bashar al-Assad melawan para pejuang pro-demokrasi. Di kedua wilayah itu, Putin memenangkan pertempuran.

Beberapa fasilitas sipil juga telah jadi sasaran serangan tentara Rusia. Ini khususnya terlihat di Kharkiv, kota terbesar kedua Ukraina yang dihuni sebagian besar oleh penduduk berbahasa Rusia. Di ibu kota Kiev, bombardir tentara Rusia juga menyebabkan puluhan warga sipil tewas.

1. Rusia kemungkinan ubah taktik jadi serangan lebih berdarah

Pada hari Selasa (1/3/22) pagi, sebuah rudal milik Rusia menghantam halaman gedung administrasi kota Kharkiv. Enam orang tewas. Video hantaman rudal tersebut beredar di media sosial. Setelah itu, tembakan membabi buta tentara Rusia terlihat menyerang wilayah sipil.

Serangan tentara Rusia ke wilayah sipil telah menimbulkan kekhawatiran para pengamat bahwa Rusia beralih ke taktik yang lebih berdarah untuk mencapai misinya.

Michael Kofman, seorang analis militer Rusia di Washington DC, termasuk orang pertama yang memprediksi invasi skala penuh ke Ukraina, mengatakan Rusia awalnya bertujuan serangan kilat ke ibu kota Kiev. Dilansir The Moscow Times, tujuannya memenggal kepemimpinan Ukraina.

Tapi strategi itu gagal dan kini Rusia sepertinya mengubah strategi dengan serangan yang lebih brutal.

Beberapa bukti mengungkap serangan di Kharkiv bagian timur Ukraina dan Chernihiv bagian utara Ukraina, telah semakin keras. Mark Galeotti, seorang analis di lembaga pemikir militer Royal United Services Institute menjelaskan karena Rusia kesulitan mencapai kemajuan "penggunaan besar-besaran tembakan jarak jauh" dilakukan.

2. Ibu kota Kiev dihujani bom oleh Rusia setelah penduduk sipil diperintahkan untuk pergi

Baca Juga: 5 Fakta Volodymyr Zelenskyy, Komedian Ukraina yang Jadi Presiden

Pertahanan tangguh dan perlawanan tak kenal lelah dari tentara Ukraina terbukti telah mempersulit kemajuan tentara Rusia yang jauh lebih superior. Sejauh ini belum ada kota besar Ukraina yang dikuasai oleh tentara Putin.

Serangan Rusia yang memiliki prestasi baik berasal dari selatan. Mereka menyerang dari Krimea, mengambil kota kecil Melitopol dan Berdyansk, dan kini mengepung Kherson. Meski begitu, klaim tersebut belum dapat diverifikasi.

Kekhawatiran bahwa Rusia mengubah taktik jadi lebih berdarah karena mengalami kelambatan pencapaian, terlihat di ibu kota Kiev. Dilansir Reuters, pada Selasa, Rusia menghujani ibu kota dengan bom dan menghancurkan sebuah menara TV. Lima orang dilaporkan tewas.

Meski begitu, seorang pejabat AS mengatakan konvoi kendaraan lapis baja Rusia yang menuju Kiev tidak membuat kemajuan dalam 24 jam terakhir. Mereka berhenti, entah itu karena masalah logistik, kekurangan bahan bakar dan makanan atau karena ingin mengevaluasi strateginya.

Mengomentari serangan brutal Rusia di Kharkiv dan Kiev, Zelensky mengatakan itu sebagai kampanye teror terang-terangan. "Tidak ada yang akan memaafkan. Tidak ada yang akan lupa," katanya.

3. Putin diduga frustrasi dan marah besar

Pertahanan Kuat Ukraina Dapat Picu Serangan Brutal RusiaPresiden Federasi Rusia Vladimir Putin (Twitter.com/ President of Russia)

Di penghujung Februari, NBC News mengabarkan bahwa badan-badan intelijen Amerika Serikat (AS) memiliki visibilitas ke dalam Kremlin. Menurut mereka, Presiden Putin marah dan frustrasi dengan kelambatan kemajuan pasukannya. Kemarahan itu diluapkan kepada para bawahannya.

Selain karena lambatnya pasukan Rusia mencapai kemajuan, kemarahan itu juga ditimbulkan karena ekonomi Rusia semakin terseok-seok akibat sanksi global yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Sejauh ini Putin dilaporkan mengisolasi di Kremlin karena kekhawatiran akan wabah virus COVID-19. Tapi menurut diplomat Barat, isolasi itu menimbulkan masalah serius.

"Perhatian utama adalah informasi yang dia dapatkan dan betapa terisolasinya dia. Isolasi adalah masalah yang sangat besar. Kami tidak percaya dia memiliki pemahaman yang realistis tentang apa yang terjadi," kata diplomat tersebut.

John Brennan, mantan Direktur CIA mengatakan bahwa Putin saat ini berbeda dari yang dulu. "Dia tidak lagi berdarah dingin, diktator bermata jernih seperti pada 2008." Biasanya, Putin adalah orang yang bisa mengendalikan emosi, tidak meluapkannya dan penuh perhitungan. Itu karena dia dulu adalah agen rahasia KGB era Soviet.

Dalam penjelasan tambahan Brennan, saat ini Putin mengalami kesalahan perhitungan yang buruk. "Dia belum pernah menghadapi hal seperti ini sebelumnya. Saya yakin dia menyerang penasihat, menteri dan lainnya."

Baca Juga: 5 Fakta Volodymyr Zelenskyy, Komedian Ukraina yang Jadi Presiden

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya