Rusuh di Guadeloupe, Prancis Kirim Pasukan Khusus

Kerusuhan dan penjarahan sudah terjadi tiga hari

Jakarta, IDN Times - Dalam tiga hari terakhir, Guadeloupe telah mengalami kerusuhan dan penjarahan. Kerusuhan itu dipicu oleh protes kebijakan vaksinasi wajib untuk para pekerja tenaga medis. 

Serikat pekerja tenaga medis kemudian melakukan mogok nasional di pulau tersebut, dan kemudian aksi itu merembet ke tindakan kerusuhan serta penjarahan. Alexandre Rochatte, utusan Prancis yang bertanggung jawab atas Guadaloupe pada hari Jumat (19/11/21), bahkan sempat mengumumkan darurat nasional untuk lima hari karena kerusuhan sipil terjadi.

Guadeloupe adalah wilayah seberang Prancis yang berada di Laut Karibia. Wilayah tersebut berada di dekat negara-negara kecil seperti Saint Lucia, Barbados dan Dominika.

1. Situasi yang sudah tidak dapat ditoleransi

Protes terhadap tindakan COVID-19 untuk aturan vaksinasi wajib bagi tenaga medis telah menimbulkan petaka di Guadeloupe. Serikat pekerja wilayah tersebut mulai melakukan mogok kerja pada hari Senin.

Protes yang telah berlangsung sejak pekan lalu, telah menimbulkan kerusuhan dan penjarahan. Pihak berwenang wilayah tersebut menurut Reuters, bahkan menjelaskan ada kelompok bersenjata yang menembaki polisi dan petugas pemadam kebakaran.

Sementara ini, polisi melaporkan telah menangkap 38 orang saat toko-toko dibobol dan mobil-mobil dibakar.

Juru bicara pemerintah yang bernama Gabriel Attal mengatakan "situasi ini tidak dapat diterima atau ditoleransi." Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin, telah menginstruksikan mengirim sekitar 50 anggota pasukan taktis elit dari gendarmerie dan polisi untuk membantu menstabilkan keamanan di Guadeloupe.

2. Ada masalah dalam konteks lokal yang memperparah situasi

https://www.youtube.com/embed/bSUL72Pbvzs

Baca Juga: Prancis: Ribuan Protes atas Kekerasan Terhadap Perempuan

Selain gerakan mogok nasional di Guadeloupe, ada gerakan melakukan blokade wilayah yang kini berdampak membahayakan, khususnya untuk para pasien yang seharusnya menjalani cuci darah atau hemodialisis.

Patrick Portecop, kepala layanan darurat regional mengatakan beberapa pasien yang memerlukan perawatan karena sakit ginjal "sekarang dalam kondisi bahaya." Menurut Associated Press, dia mengatakan "kami memiliki beberapa pasien (di daerah blokade). Kami tidak berdaya."

Presiden Guadeloupe yang bernama Ary Chalus menyatakan bahwa ia mengecam aksi penjarahan yang telah dilakukan oleh beberapa kelompok orang. Katanya, "kita tidak bisa menghancurkan apa yang kita bangun bersama."

Menurutnya, kerusuhan dan penjarahan itu juga bukan cuma masalah instruksi "vaksinasi wajib." Akan tetapi karena pemerintah pusat Prancis belum memberi tanggapan terkait permintaan dukungan ekonomi "secepat mereka mengirim (pasukan) penegakan hukum," yang ditugaskan untuk memadamkan kerusuhan.

Emmanuel Macron, Presiden Prancis, juga menanggapi situasi menegangkan yang sedang berlangsung di Guadeloupe. "Ada situasi yang sangat eksplosif, ada konteks yang sangat lokal. Ada ketegangan yang kita ketahui tentang itu adalah sejarah."

Namun Macron juga mengingatkan bahwa "vaksin adalah perlindungan terbaik," dan menyarankan untuk tidak menyerah pada kabar bohong atau manipulasi.

Guadeloupe memiliki penduduk sekitar 400.000 orang. Wilayah itu memiliki sejarah sebagai daerah jajahan Prancis dan kini menjadi salah satu departemen seberang lautan. Sekitar 33 persen dari penduduk telah mendapatkan vaksin. Jumlah itu terbilang rendah dari angka nasional yang sudah mencapai 75 persen.

3. Perusuh membobol gudang senjata dan kerusuhan dikhawatirkan akan meluas

Sebagian besar kerusuhan dan penjarahan terjadi di Pointe-a-Pitre, ibu kota Guadeloupe. Mobil-mobil terlihat hangus di jalanan dan toko-toko serta apotek menjadi sasaran penjarahan.

Menurut The Guardian, para perusuh kabarnya telah berhasil membobol gudang senjata dan mencuri beberapa senapan. Wali kota Harry Durimel mengatakan "kami tidak tahu seberapa jauh ini akan berlanjut."

Anggota parlemen Guadeloupe yang bernama OIivier Serva memperingatkan bahwa situasi di pulau tersebut "semu pemberontakan." Protes atas kewajiban vaksinasi tenaga medis menurutnya adalah "melemahnya otoritas negara" dan gejala warisan "perbudakan kolonial."

Kerusuhan itu dikhawatirkan akan meluas di pulau lain yakni Martinique, yang berada di sebelah selatan Guadeloupe. Pada hari Senin, serikat pekerja di Martinique juga sudah meluncurkan gerakan mogok kerja.

Baca Juga: Prancis Kembalikan 26 Artefak yang Dijarah dari Kerajaan Benin

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya